1. Xiao Mei Lan

96.5K 4K 56
                                    

Pagi ini begitu cerah, rencananya Meilan dan seluruh keluarga besarnya akan mengadakan acara piknik di danau dekat Villa keluarga yang sudah mereka tinggali dari semalam.

Begitu khususnya acara kali ini hingga seluruh anggota keluarga hadir dan menghentikan kesibukan mereka. Meilan sungguh senang ketika paman dan bibinya menghubungi keluarganya tentang acara ini minggu lalu, sudah sangat jarang sekali mereka berkumpul seperti ini. Mungkin yang terakhir adalah saat pernikahan adik ayahnya yang terakhir.

Ngomong-ngomong, ia memang sedang berlibur bersama keluarga sang ayah selama lima hari. Keluarga ibunya sudah tidak ada, sejak neneknya meninggal dunia.

Karpet sudah tergelar. Meja-meja berisikan makanan dan minuman sudah siap, para pria dewasa sibuk mengobrol tapi ada juga yang sedang membakar daging untuk makan siang ini. Sedangkan yang wanita ada memperhatikan anak-anak dan ada juga yang menyiapkan segala perlengkapan.

Di halaman luas itu para sepupu kecilnya sedang asyik bermain bola, ada juga yang bermain boneka. Dikeluarga ini sebenarnya bukan hanya dirinya yang menginjak umur remaja, ada beberapa sepupunya yang usianya tidak terpaut jauh bahkan sepantaran.

Kendalanya disini adalah para sepupunya itu sedikit tidak menyukainya, entah karena alasan apa ia pun tak paham. Mungkin karena Meilan selalu dipuji oleh paman dan bibinya membuat para sepupunya tak suka. Tapi Meilan tak peduli, ia tidak pernah meminta paman dan bibi untuk memujinya, jadi itu bukanlah kesalahannya.
Meilan mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Zhuko, dia adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang saat ini sudah bisa membantu ayah mereka mengelola bisnis. Meilan berjalan mendekati bibinya yang sibuk menata minuman.

"Sini bi, biar Mei bantu." Tapi bibinya itu malah tersenyum.

"Tidak perlu, bibi masih bisa melakukannya sendiri. Lebih baik kau bermainlah dengan sepupumu yang lain." Meilan pun tak bisa memaksa hanya bisa mengangguk dan berjalan menjauhi bibinya.

Sayangnya ia tidak berniat untuk mendekati atau bahkan bermain dengan para sepupunya. Tapi sialnya, Meilan pun tak membawa ponsel untuk menghabiskan waktu hingga waktu makan mereka tiba.

Terpaksa ia memutuskan untuk berjalan-jalan saja sendirian. Di tepian danau tenang ini Meilan merasa damai. Ditambah masa libur sekolah yang dirasakannya semakin membuat Meilan tak terbeban karena tumpukan soal atau tes. Sebentar lagi masa sekolahnya akan berakhir dan ia harus dipusingkan dengan perguruan tinggi mana yang akan dipilihnya untuk melanjutkan pendidikan.

"Cih dasar anak sombong, disaat keluarga sedang berkumpul dia malah memilih untuk menyendiri. Sungguh bukan tindakan yang sopan." Meilan mendengar cercaan itu tapi memilih diam dan melanjutkan jalan santainya.

"Dia bahkan tidak menyapa kita sama sekali, melirik pun tidak. Aku heran apa yang disukai oleh Lay darinya." Meilan tak ambil pusing, dia juga sebenarnya sedikit sebal dengan pemuda yang disebut namanya itu. Sudah tahu sepupunya menyukai pemuda itu, malah dengan seenaknya pemuda itu menolak dan mengatakan menyukai dirinya padahal mereka belum saling kenal.

"Hey gadis angkuh! Berhenti kau!" Meilan tak mengindahkan teriakan sepupunya itu -Ailin.

"Ku bilang berhenti!" Dengan kasar tangannya ditarik hinga ia harus berhenti.

"Apa mau kalian?" Tanya Meilan malas. Dari dulu juga begitu, dirinya tidak pernah diperlakukan baik oleh sepupu-sepupunya ini. Jadi ia memilih menjauh dan tidak mengadukan pada orangtua mereka atau kakaknya.

"Gadis tuli, kau dengan tidak berdosanya melewati kami begitu saja tanpa menyapa." Kali ini Yulan yang bersuara.

"Aku sudah sering menyapa kalian tapi tidak pernah dihiraukan. Jadi untuk apa aku menyapa lagi jika hanya dihiraukan kembali?" Tanya Meilan pelan.

"Dasar bodoh! Tidak tahu sopan santun!" Meilan sangat malas meladeni tiga makhluk ini. Mulut Yangji memang sepedas cabai.

"Terserah kalian ingin berkata apa, aku tidak perduli." Saat ingin melangkahkan kakinya, ia malah dijegal hingga membuatnya jatuh.

"Rasakan itu!" Rambutnya terasa ditarik dengan kuat membuatnya meringis.

Tubuhnya tak bisa digerakkan karena ditahan oleh ketiga gadis itu. Tiga lawan satu tentu tak imbang.

"Aku sangat membencimu! Orang tuaku begitu membanggakan dirimu di depanku dan aku tidak suka. Ditambah lagi kau sudah merebut Lay dari Yulan semakin membuat aku muak padamu!" Ailin mengeluarkan semua isi hatinya.

"Aku juga tahu kau selalu mendapatkan uang tambahan dari ibu Yangji karena mencari muka membantunya membuat kue. Aku jadi jijik pada wajahmu ini!"

Digulingkan tubuh Meilan dan dengan cepat pula pipinya terasa memanas karena tamparan kuat itu. Membuat Meilan meringis menahan sakit dan juga perih secara bersamaan.

"Dari dulu aku sangat ingin membuatmu menderita! Dan aku rasa ini adalah saatnya." Tubuhnya diseret menuju tepian sungai. Lalu wajah nya dicelupkan ke air itu hingga membuat Meilan sulit bernafas. Tubuhnya dipegang erat oleh dua sepupunya yang lain, ia tidak bisa melakukan apapun.

"Jangan sampai kau berani mengadukan hal ini pada orang lain. Jika itu terjadi, aku akan menyiksamu lebih dari ini." Secara berulang-ulang kepala Meilan dimasukkan ke dalam air dengan kasarnya hingga Meilan merasa tubuhnya lemas sekarang.

Ia pikir siksaan ini akan berhenti, karena ia sudah dibiarkan berdiri walau dengan tubuh lemas. Begitupun dengan cengkeraman ditubuhnya yang dilepas.

"Aku dengar danau ini cukup dalam. Jadi ku pikir lebih baik membuktikannya." Saat ucapan itu usai dengan senyum licik Ailin dan kedua sepupunya yang lain mendorong tubuhnya hingga ia tercebur ke danau.

Meilan tahu dirinya pandai berenang, ia juga masih bisa melihat daratan yang begitu dekat dengannya. Tetapi kakinya tak bisa bergerak, kakinya terasa kram.

Ia sudah meminta tolong tapi ketiga sepupunya malah hanya tertawa tanpa ada niat sedikitpun untuk menolongnya. Jika begini Meilan yakin ia bisa mati.

Hingga semuanya gelap.
Meilan terbatuk begitu keras hingga dirinya terbangun dan membuka mata. Saat disentuh sudut bibirnya, terdapat darah. Dengan terkejut ia mengusap mulutnya yang ternyata memuntahkan darah.

Pintu terbuka dan ia menemukan seorang gadis muda tersenyum padanya. Sepertinya gadis ini seusia dengannya, tapi melihat baju yang dipakai gadis ini membuatnya mengernyitkan kening.

Ia merasa ada yang aneh dengan semua ini. Segera matanya menyisir sekitaran, barang antik terpajang rapi dan ruangan ini terlihat indah seperti kamar seorang putri sebuah kerajaan zaman dulu. Ia pun terfokus pada apa yang dipakainya, ini bukan pakaian yang terakhir kali dikenakan. Ini pakaian orang lain tapi indah dan terkesan aneh. Ia biasa melihat baju semacam ini di drama kolosal. Ia jadi semakin bingung sekarang.

"Putri, air mandi Anda sudah siap." Lapor gadis yang masih berdiri didepannya itu. Meilan tak paham situsi ini. Sungguh!

Saat dirinya ingin bangkit dari duduk nya yang tiba-tiba tadi dengan dibantu gadis yang tak ia tahu namanya itu, kepalanya berdenyut sakit.

Sekelebat ingatan muncul dalam otaknya. Si pemilik tubuh ini. Hingga Meilan tahu bahwa dirinya adalah seorang putri dari kerajaan kuno.

Vote and Comment!

Queen of Emperor [OPEN P.O]Место, где живут истории. Откройте их для себя