3. Dekrit Kaisar Naga

42.1K 2.9K 10
                                    

Perjamuan beberapa bulan lalu berjalan dengan lancar. Bahkan pernikahan Putri An Ping akan berlangsung besok di Kerajaan Selatan. Lalu setelahnya pengantin baru itu menuju ke Kerajaan Zhou dan melakukan perayaan kembali.

"Putri Mei Lan, Kaisar Chang mengirimkan Anda pakaian." Meilan tersenyum kecil, hatinya menghangat. Ayahnya begitu perhatian padanya sampai-sampai mengirimkan pakaian khusus. Tapi Meilan ingat ini bukanlah pertama kalinya Kaisar Chang berlaku demikian.

"Dimana Ayahanda saat ini?" Tanya Meilan pada Wuyen yang masih terpesona dengan pakaian yang diberikan Kaisar Chang.

"Menjawab Putri, saat ini Yang Mulia Kaisar sedang berada di ruang kerja beliau." Meilan mengangguk. Dan memotong benang sulaman yang baru saja diselesaikannya.

"Aku akan kesana Wuyen."

"Baik Putri." Meilan mengangguk dan memimpin perjalanan dengan membawa sapu tangan yang penuh dengan sulaman indah buatannya.

Setelah melapor pada Kasim kepercayaan Ayahnya, Meilan pun diperbolehkan untuk masuk kedalam ruangan sendirian.

"Mei'er, apa pakaianmu sudah sampai?" Tanya Kaisar Chang menatap puteri tersayangnya lembut.

Meilan tersenyum dan mengangguk anggun. "Sudah Ayahanda, terimakasih atas pakaiannya. Seharusnya Ayahanda tidak perlu repot seperti itu, lagipula Ibu Permasuri pasti sudah menyiapkan semuanya." Kaisar Chang tersenyum puas.

"Tidak ada yang merepotkan untuk putri kesayangan Ayah. Aku pun sudah memberitahu ibumu agar tidak mengirimimu pakaian untuk besok. Bagaimana? Apa kau menyukainya?"

"Sangat. Pakaiannya begitu indah." Puji Meilan tulus. Ia pun mengeluarkan sapu tangan miliknya.

"Ketika pakaian itu sampai, Mei'er baru saja selesai menyulam sapu tangan. Mei'er pikir Ayahanda akan menyukai ini." Meletakkan sapu tangan itu di telapak tangan besar ayahnya.

Kaisar Chang menatapnya terharu. "Mei'er, besok Ayah akan melepaskan satu orang puteri ayah untuk menjadi tanggungjawab pria lain. Ayah sudah akan mengikhlaskannya, tapi Ayah tidak yakin jika itu adalah dirimu. Bagaimana Ayah bisa hidup tanpa melihat indahnya sinar matamu, mendengar suaramu, merasakan perhatian seorang puteri seperti ini lagi."

"Ayah.."

"Tidak Mei'er. Ayah belum bisa melepaskan dirimu begitu saja. Kau permata hidup Ayah, begitu berharga untuk Ayah. Bagaimana jika kau nanti menikah dengan Jendral Wang saja agar ayah bisa melihatmu terus menerus tanpa harus merasakan perpisahan?" Meilan menggeleng pelan. Hatinya pun ikut sedih melihat bagaimana kasih Kaisar Chang untuk puterinya.

"Ayah, Mei'er masih belum ingin menikah. Mei'er masih terlalu muda untuk itu. Lagipula Mei'er masih ingin bersama Ayah sampai Ayah bosan dan-" "Ayahmu ini selalu bahagia saat bersamamu bagaimana bisa merasa bosan Mei'er." Meilan merasa tangannya digenggam sekarang begitu erat tetapi terasa nyaman.

"Sudah puluhan lamaran aku tolak agar terus bisa bersamamu Mei'er. Tapi Ayah kembali terpikir bahwa kau adalah seorang gadis yang harus menikah dan membina rumah tangga seperti saudarimu yang lain. Apa kau setuju dengan pilihan Ayah?" Meilan ragu untuk mengambil keputusan sebesar ini dalam hidupnya. Menikah.

Walau ia tahu dan sangat mengenal Jendral Wang yang merupakan adik bungsu dari Selir Wang. Pria itu berusia sekitar dua puluh tahunan menuju ke angka tiga puluh, cukup matang untuk Meilan yang bahkan akan baru berusia tujuh belas tahun.

Lumayan tampan dan berbudi baik sehingga dipercaya dapat memimpin para prajurit dalam peperangan. Tidak terlalu buruk, lagipula Meilan akan tetap tinggal di istana ini jika menikah dengan pria itu. Tetapi ia tidak boleh gegabah.

"Ayah, ini merupakan hal sulit bagi Mei'er ditambah lagi tidak ada perasaan sama sekali diantara kami. Mohon Ayahanda untuk memberikan Mei'er waktu untuk berpikir."

Dilihatnya Kaisar Chang mengangguk paham. "Berpikirlah selama yang kau mau Mei'er. Tetapi ketika Ayah meminta harap kau sudah memberi keputusan. Ayahanda tidak ingin lagi menolak lamaran untukmu karena sudah tidak punya alasan mengingat dirimu sebentar lagi akan cukup umur untuk menikah."

"Baiklah Ayah."

"Bagaimana jika kita berjalan-jalan menuju taman? Sepertinya menyenangkan, cuaca hari ini pun begitu cerah." Meilan mengangguk setuju. Mereka berdua pun berjalan menuju tujuan yang dikatakan Kaisar Chang diikuti Kasim Qi, Wuyen serta Dayang Kaisar lainnya.

Saat sedang asyik mengobrol dan menikmati perjalanan, Jendral Wang datang dan langsung memberi hormat pada junjungannya.

"Ada apa Jendral Wang?"

"Maaf mengganggu waktu Anda Yang Mulia, tetapi saat ini kita kedatangan utusan dari Kerajaan Naga." Kaisar Chang menaikkan alisnya tak paham.

"Mengapa Kerajaan Naga mengirim utusan kemari?"

"Menjawab Yang Mulia. Mereka mengatakan bahwa ada yang harus disampaikan kepada Anda." Kaisar Chang mengangguk paham.

"Kalau begitu beri mereka pelayanan yang baik. Siang ini kita akan mengadakan rapat dadakan di aula istana."

"Sesuai perintah Anda Yang Mulia." Kaisar Chang melirik Kasim Qi dibelakangnya.

"Kasim Qi, kau tahu bukan apa yang harus kau lakukan?"

"Saya mengerti Yang Mulia." Lalu secara bersamaan Kasim Qi dan Jendral Wang pergi melaksanakan perintah.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan." Ajak Kaisar Chang tanpa beban. Meilan pun mengangguk dan kembali berjalan bersama.

Sepulangnya dari acara jalan-jalan, Meilan langsung menuju ke kediamannya untuk beristirahat. Ia memikirkan tubuh aslinya dan Jiwa Puteri Mei Lan yang sesungguhnya. Belum lagi permintaan Kaisar Chang yang ingin dirinya menikah dengan Jendral Wang, sedikit membebani dirinya walau ia sangat ingat bahwa Meilan bukanlah seorang yang pemikir berlebihan dan terlalu acuh.
Wuyen datang dengan wajah pucatnya membuat Meilan bertanya-tanya. Biasanya gadis itu selalu tersenyum ketika melihatnya.

"Apa yang terjadi Wuyen? Kenapa wajahmu pucat seperti itu?" Wuyen menatap majikannya gelisah.

"Puteri, seperti yang Anda tahu utusan dari Kerajaan Naga datang kemari. Dan sekarang rapat di aula di istana seharusnya dilaksanakan, tetapi utusan tersebut mengatakan bahwa seluruh anggota Kerajaan harus turut hadir untuk mendengarkan dekrit Kaisar Naga." Meilan mengangguk paham dan berdiri dari duduknya.

"Kalau begitu ayo kita ke aula istana. Kau tidak perlu setakut itu Wuyen semua akan baik-baik saja." Ujar Meilan mencoba menenangkan Wuyen.

"Tetapi Puteri, perasaan saya tidak enak akan hal ini. Apalagi ini ada kaitannya dengan Kerajaan Naga." Meilan paham akan kekhawatiran Wuyen. Ia setidaknya mendapat informasi dari otaknya tentang Kerajaan Naga.

Sesampainya di aula istana, Meilan dapat melihat seluruh keluarganya sudah hadir disana termasuk para saudarinya yang sudah menikah bersama suami dan anak mereka.

"Seluruh keluargaku sudah berada disini. Silahkan bacakan dekrit dari Kerajaan Naga." Sang Utusan mengangguk paham dan membuka gulungan kertas tebal yang dibawanya dari Kerajaan Naga.

Meilan mendengarkan dengan seksama. Tetapi ia paham maksud dari dekrit tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kerajaan Naga akan melakukan seleksi pencarian Selir untuk Kaisar Naga, gadis lajang yang belum pernah menikah atau sedang dalam pertunangan wajib mengikuti seleksi ini.

Dengan keuntungan mendapatkan hadiah dari Kaisar Naga jika puteri mereka lolos. Seorang puteri dari sebuah kerajaan akan lolos tanpa seleksi. Tetapi untuk puteri seorang bangsawan harus melewati beberapa tes terlebih dahulu.

Meilan menatap seluruh keluarganya yang merasa iba padanya, begitupun pada para pejabat yang hadir disini sangat menyayangkan hal ini. Dan yang terakhir adalah sang Ayah yang menatapnya tak rela dan marah.

Vote and Comment!

Queen of Emperor [OPEN P.O]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin