GUYS SEBELUM BACA AKU MAU MAU MINTA PENDAPAT KALIAN DULU.
Kalo cerita ini diterbitkan ke versi cetak, apa kalian minat buat beli??
Jawab yak guysss hehehe
Jan lupa vote+comentnya yaaaaa😄😄Mika masih dapat bertahan walau nyatanya Angkasa sudah menghilang sejak seminggu. Ia bahkan terus menyibukan diri dengan kepanitiaan yang Ia ikuti atau mengikuti UKM yang lumayan menyita perhatian agar waktunya tak selalu tentang Angkasa.
"Lo udah hubungin buat pembawa acaranya kan?" Tanya Mona si ketua Humas.
"Udah Kak." Ujar Mika. "Tapi mau datengnya dijemput. Nggak ada kendaraan katanya."
Mona mengangguk. "Yaudah itu masalah gampang." Ujar Mona. "Lo udah hubungin bendahara belum?"
Mika menggeleng.
"Sekarang Lo hubungin bendahara. Terus mintain bayaran buat si pembawa acara, bilang aja Kita yang bakal ngasihin duitnya."
Mika mengangguk paham. "Oke Kak. Kalo gitu Saya ke bendahara dulu."
Mona mengangguk lalu kembali mengamati berkas-berkas yang ada dihadapannya.
Mika berlalu dari hadapan Mona dan melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari bendahara.
Dan ketika Mika menangkap siluetnya, tak menunggu waktu lama Ia lantas menghampirinya. "Kak, boleh ngomong." Ujar Mika.
Si bendahara mendongak. "Eh Iya, Kamu divisi apa?"
"Saya Divisi humas Kak."
Si Bendahara mengangguk. "Ada perlu apa?"
"Gini Kak, Saya disuruh Kak Mona buat minta dana buat bayar pembawa acara. Soalnya nanti yang bakal ngasihinnya dari Humas langsung."
Icha a.k.a Bendahara mengangguk-anggukan kepalanya tanda menyimak. "Boleh deh."
Mika tersenyum.
Icha merogoh amplop yang ada di dalam ranselnya. "Nih, ntar kalian berarti langsung kasihin aja yak. Nggak usah ada konfirmasi lagi."
Mika menerima amplop tersebut. "Oke Kak. Makasih."
Mika berlalu dari situ dan kembali menghampiri Mona. "Nih Kak. Kata Kak Icha nanti nggak usah konfirmasi lagi."
Mona mengambil amplop tersebut. "Yaudah kerja Lo hari ini udah beres. Lo boleh pulang. Tapi inget, besok jangan lupa dateng. Ntar yang ada Lo udah cape sana sini pas hari-Hnya malah nggak dateng."
Mika tersenyum. "Pasti Kak."
"Kalo gitu Saya duluan Kak." Pamit Mika. Mona mengangguk.
Mika meraih ranselnya lalu menyampirkan dibahunya. Lalu Ia mulai melangkah keluar dari ruang rapat.
"Lo mau pulang?" Tiba-tiba suara dari arah samping mengagetkannya.
Mika sontak menoleh. "Eh, Iya Kak."
"Gue anter."
Mika menggeleng. "Nggak usah, Saya udah pesen grab." Ujar Mika, padahal belom.
Aldi menghela napas. "Yaudah, ati-ati."
Mika mengagguk. "Saya duluan."
Mika kembali melanjutkan langkahnya. Untuk menemani kesepiannya Ia merogoh handphone yang ada disaku celananya.
Namun nampaknya itu adalah sebuah kesalahan terbesarnya. Sebab saat Ia membuka lock handphonenya yang terpampang disana adalah foto Angkasa.
Mika memejamkan matanya, Ia masih bisa bertahan walau nyatanya tak ada kabar dari Angkasa seminggu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Senior
Teen FictionMika, seorang gadis pembuat onar, sementara Angkasa adalah ketua OSIS yang paling disukai di sekolah mereka. Tidak ada yang menduga kalau dua orang bertolak belakang ini akan terjebak dalam perjodohan. Setelah melewati pasang-surut dan waktu yang me...