MSIMH: 15

16.2K 481 7
                                    

Happy Reading.......

Setelah kesepakatan 4 hari yang lalu, hari ini adalah hari kepindahan  David dan Yana di rumah baru mereka. Dan sekarang disinilah mereka dirumah yang berlantai dua dengan bergaya klasik modern.

Sebenarnya saat sampai dirumah ini, Yana sempat kaget tak percaya, apakah ia akan tinggal dirumah sebesar ini hanya berdua saja dengan David?. Tak mau ambil pusiang, Yana hanya bisa pasrah karna dia sudah menyetujui ajakan David, jadi mau tak mau dia harus menerimanya.

Dan saat ini, semua orang baik mertua, orang tuanya, Brenden dan sahabat, baik sahabat David maupun Yana. Semua sedang sibuk membereskan ini dan itu baik kursi, meja alat dapur kamar dan lain lain.

"Yana, ini bagusnya disimpan dimana? Disani apa disana?" tanya Mila yang memegang sebuah foto pernikahan Yana.

"Terserah mama, bagusnya dimana" jawab Yana.

"Na, fasnya mau di taro mana?" kini giran Sindi yang bertanya.

"Situ aja sin dekat pintu seblah kanan" jawab Yana masih sibuk dengan aktifitas melapnya.

"Yana sayang, nanti pesan ketringnya untuk berapa banyak?" kini giliran mertua Yana.

Ya, setelah kepindahan hari ini, dia berencana akan mengadakan syukuran kecil kecilan. Hanya dihadiri kerabat terdekat dan anak anak yatim piatu.

"Pesan untuk 100 orang aja ma" jawab Yana kembali dan entah sudah berapa kali Yana menjawab pertanyaan pertanyaan dari mereka.

Setelah kurang kebih 4 jam membereskan ini dan itu, akhirnya pekerjaan mereka akhirnya selesai dan hanya tinggal menunggu syukuran yang dilaksanakan sebentar malam. Tadi mertua dan orang tua Yana kembali terlebih dahulu, katanya ingin istirahat untuk pengajian nanti malam. Ya, maklum lah sudah berumur, dan jadilah Yana David dkk yang melanjutkan aktifitas beres beres rumah baru.

"Ahhh..... akhirnya, selesai juga. Lo sih Vid, punya rumah segedek gini" lega Julio dengan nada capenya sambil memijit sendiri pundaknya.

"Ya elah lo niat ngak sih ngebantuin, kan mana juga gue tau kalau gue di beliin rumah segede ini" sanggah David.

"Elah.....Dasar emang lu aja yang banci Yo, kerja dikit aja udah ngeluh capek" kini suara Haikal yang terdengar, membuat semua yang ada di tempat itu tertawa. Sedangkan sang empu yang dibicarakan memanyunkan bibirnya.

"Eh, udah udah...... ngak boleh ngatain temannya kayak gitu" perkataan Berden barusan langsung membuat Julio tersenyum sumringah.

"Ah, bang Branden emang is the best lah, ngak ada yang ngalahin pokoknya" ucapnya tersenyum so manis membuat orang yang ada diruangan itu ingin muntah saat itu juga "ngak kayak mereka, katanya sahabat. Eh, malah ngatain emang temang teman laknat" lanjutnya sok sok sedih.

"Eh eh, siapa juga yang temenan sama lo ngarep aja. Kita ngak butuh teman oon ya kaya lo" kini Saidan yang mengeluarkan suara.

"Tu kan bang..." ucal Julio kembali dengan muka memelasnya.

Meliahat tingkah teman teman adiknya ini ia hanya bisa menggeleng, Branden menjadi ingat masa masa SMAnya dulu. Ingin rasanya iya kembali ke masa masa seperti ini, dimana ia bisa bercanda tawa dengan teman temannya, ah Branden merindukan itu.

Berbica tentang masa SMA, Branden ingat dulu pada seorang gadis cupu sekelasnya dulu. Entah kenapa, dulu saat ia dekat dengan gadis cupu itu rasanya jantungnya berdebar, apa mungkin ia suka dengan gadis cupu itu? Ah, entah lah dia tidak mau ambil pusing. Itu sudah cerita masa lalu, lagi pula dia sudah tidak pernah bertemya dengan dia si gadis cupu.

My Senior Is My HusbandWhere stories live. Discover now