16 | Selebrasi Kelahiran

40.7K 7.4K 975
                                    

16 | Selebrasi Kelahiran




DapurKina menjadi lokasi yang Aksa pilih untuk merayakan ulang tahunnya.

Tempat itu adalah kafe bernuansa kayu dengan dekorasi ruangan seperti berada di dapur. Gantungan di dinding seperti spatula, wajan, dan panci semua merupakan barang tiruan dari clay yang telah dikakukan. Waktu tempuh dari rumah Dhisti ke DapurKina hanya lima belas menit. Dhisti mendatangi lokasi itu dengan angkot karena tempatnya berhadapan dengan jalan raya.

Usai memasuki kafe, Dhisti mendapati isi kafe tak terlalu ramai. Dia langsung naik ke lantai dua setelah bertanya kepada pelayan mengenai meja yang direservasi Aksa. Sekarang sudah pukul 19.30. Dhisti agak takut dia telat menghadiri acara.

Ketika sampai di lantai dua, dia melihat meja yang berisi Aksa, Fadila, Wisnu, dan beberapa orang lain yang wajahnya familier. Semuanya Dhisti yakini adalah wajah-wajah anak murid SMA mereka.

Perlahan, Dhisti mendekat. Sosoknya segera ditangkap oleh mata Fadila. "Eh, Dhis!" seru Fadila, segera berdiri dan menghampiri Dhisti. Yang lain pun mengarahkan pandangan pada kedua gadis itu. "Untung lo nggak ilang, ya. Baru pertama kali kan ke daerah sini?"

"Iya, nih. Untung tempatnya pas di depan jalan raya gitu." Dhisti tersenyum. Merasa kikuk sendiri karena setelah melihat pakaian Fadila yang berupa A-line dress putih selutut yang manis, kemudian melihat tiga perempuan lain teman Aksa menggunakan pakaian seperti rok atau blus, Dhisti merasa salah kostum mengenakan kaus, jaket bertudung, dan celana jins. Berdeham kecil, dia pun berbisik ke Fadila, "Dil, gue salah kostum, ya?"

"Enggak, kok. Santai aja, Dhis. Nggak ada dresscode juga, kok." Fadila pun menarik tangan Dhisti untuk duduk di sebelahnya.

Sebelum duduk, dia berkenalan dulu dengan teman-teman Aksa yang belum dia kenal. Dari dua perempuan yang diundang Aksa, yang satu adalah sepupu Aksa, yang dua lagi adalah teman Aksa di kelas IPS. Tak ada dari mereka yang memperkenalkan diri sebagai 'Naya'. Mungkin Naya emang belum datang, pikir Dhisti, entah mengapa merasa gugup.

"Cewek lo ke mana, Sa? Masih belum datang?" tanya seorang gadis yang Dhisti ingat namanya sebagai Veronica.

"Masih di jalan. Rumahnya emang jauh dari sini," jawab Aksa sambil mengecek ponselnya. "Eh, gue ke bawah dulu, ya."

Dhisti terdiam. Dia melirik kursi di sebelahnya yang masih kosong. Aksa duduk di kursi sebelah kursi kosong itu. Apa ini kursi buat Naya? pikir Dhisti, gugup. Hatinya terasa campur-aduk hingga tak tahu lagi harus merasakan apa.

Tak lama, Aksa muncul dengan menggandeng seorang gadis mungil berambut panjang yang sangat cantik. Terlihat seperti boneka porselen. Matanya mulat dan pipinya agak merah, yang Dhisti yakini bukan hasil dari blush-on.

"Maaf ya semuanya, aku telat. Tadi macet banget, parah," ujar Naya, tertawa canggung sebelum menyalami satu-satu orang di situ. Ketika sampai pada Dhisti, Naya menoleh kepada Aksa. "Ini siapa, Sa?"

"Dhisti. Temen sekelas si Fadila. Anak ranking satu paralel loh dia," ujar Aksa, menaik-naikkan alisnya kepada Dhisti.

Dhisti hanya bisa tersenyum kaku. Gestur Aksa yang jenaka itu tak bisa lagi membuatnya terhibur. Melihat Naya dan Aksa berdampingan rasanya menyesakkan.

"Wow, ranking satu paralel?" Naya terlihat takjub. "Keren banget! Pasti kamu rajin banget belajar, ya?"

"Iyalah. Tiada hasil tanpa usaha," jawab Aksa, menarik sebuah kursi kosong di sebelah kursi Dhisti. Tepat di sebelah kursi kosong itu adalah kursi Aksa sendiri. "Silakan duduk, Princess Elsa," ujar Aksa sambil memberi salute.

Heart of Gold | ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora