19 | Aku Tenang [END]

66.1K 7.1K 1.4K
                                    


19 | Aku Tenang [END]




Tanpa terasa, dua bulan berlalu dari hari Dhisti menyelesaikan wisata alamnya.

Dia masih menjalin hubungan baik dengan teman-temannya dari wisata alam. Namun, Dhisti pun menjalin pertemanan baru dengan teman-temannya di sekolah, seperti Sofyan. Sofyan juga yang sering mengajak Dhisti ikut melihat latihan band dan berkenalan dengan anggota ekskul band di sekolah. Dhisti selalu berusaha membiasakan diri untuk memulai obrolan, menanggapi topik yang dibicarakan teman-temannya. Kuncinya sebenarnya sederhana: Dhisti ingin mengobrol untuk mencari tahu tentang orang-orang itu, bukan menimbrung obrolan untuk membicarakan tentang dirinya sendiri.

Untuk menyibukkan dirinya, Dhisti mencoba belajar gitar dan mulai berkenalan dengan band-band yang tergabung di ekskul sekolah. Dia diajari main gitar hingga cukup mahir, kemudian diajak untuk ikut tampil di Pentas Seni sekolah.

Pensi SMA Bangkit Nusantara diadakan pada hari Sabtu. Setelah latihan tiap pulang sekolah selama dua bulan ini, Dhisti akan tampil bermain gitar bersama ekskul band membawakan medley beberapa lagu.

Aksa sudah tak lagi mengirim chat kepada Dhisti, sesuatu hal yang Dhisti syukuri karena dengan begitu, dia tak perlu sering-sering berhubungan dengan Aksa lagi. Di sekolah, mereka masih saling sapa. Namun Dhisti menghindari mereka makan semeja, sehingga Dhisti lebih pilih membawa bekal dari rumah atau bekal kosong untuk diisi makanan kantin, lalu membawa makanannya ke kelas. Dia butuh waktu sebelum bisa berhadapan benar-benar dengan Aksa tanpa canggung atau mengharapkan sesuatu yang konyol, seperti harapan bahwa diam-diam Aksa menyukainya. Dhisti harus mengenyahkan harapan itu.

Sejak pulang dari wisata alam, Dhisti hanya melihat Aksa beberapa kali saja, yakni pada saat kelas Aksa olahraga dan kadangkala ketika Dhisti pulang sekolah. Aksa tetap menyapanya dengan ringan dan bersahabat seperti biasa, tetapi Dhisti membalas dengan sopan dan sekadarnya saja. Dhisti tahu dia tak boleh terlalu banyak interaksi, nanti dia sendiri yang malah terbawa perasaan lebih dalam. Sebab yang sakit bukan cuma masalah Dhisti terbawa perasaan di saat Aksa tak berniat mendekatinya untuk jadi pacar, tetapi sakit juga karena hati Aksa seluruhnya adalah untuk perempuan lain. Bukan untuk dirinya. Dhisti masih merasa agak sakit hati jika ada yang membahas tentang Naya. Meski demikian, dia selalu berusaha biasa saja. Karena Naya tak salah apa-apa. Dan tak seharusnya Dhisti memberi perhatian lebih pada hubungan Aksa dan Naya. Itu kan bukan urusannya.

Kini, sambil memainkan lagu dengan gitarnya, Dhisti duduk di dalam kelas kosong yang menjadi basecamp anak-anak band sambil menunggu giliran tampil. Ketika memetik gitar, dia mendengar suara seorang gadis memanggil namanya.

"Dhistiii!" seru Fadila dari belakang. Dhisti menoleh, menemukan Fadila dan Wisnu memasuki kelas. Mereka mengangguk dan menyapa beberapa anak lain yang mereka kenal sebelum mendekati Dhisti. "Eh, Dhis, lo tampil jam berapa? Nanti tampil kan?"

"Iya, tampil," jawab Dhisti, merasa lega melihat teman-teman yang sudah lama dia kenal menghampiri. Pensi sekolahnya ramai bukan hanya dari murid sekolah mereka. Tapi juga dari sekolah-sekolah lain. Keramaian ini membuat Dhisti makin gugup harus tampil nanti. "Gue tampil agak sorean, Dil. Jam 3, abis Tari Bali," balas Dhisti.

"Ohh oke. Masih ada waktulah ya buat napas. Lo udah makan?" tanya Fadila.

"Udah sih tadi makan siang. Tapi kalau lo mau jajan-jajan nggak apa-apa, gue temenin."

"Hih, harusnya gue kali bawain makanan ke temen yang mau tampil." Fadila terkekeh sendiri. "Sori ya Dhis gue nggak bawain apa-apa. Takutnya lo juga udah makan terus takut kekenyangan."

Heart of Gold | ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon