Being Barata's Girlfriend

45.7K 4K 241
                                    

"Nadia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nadia."

Aku tersentak saat baru saja diam-diam hampir masuk ke bilik kamar mandi. Kebiasaan yang selalu kulakukan tiap istirahat—yang selalu aku harap untuk berhasil kulakukan. Aku menoleh. Ada lima perempuan tak kukenal yang berdiri agak jauh dariku. Seperti biasa, tatapan mereka seolah ketakutan saat melihatku.

"Kenapa?" tanyaku pelan, was-was. Dalam hati aku tahu apa yang akan mereka katakan.

"Lo dicariin Barata."

Benar apa dugaanku.

Gagal sudah usahaku untuk melarikan diri kali ini. Niatku bersembunyi di sini malah dengan cepat ketahuan. Aku memperhatikan raut mereka yang tidak tenang seakan mereka akan mendapat masalah jika aku tidak segera menemui laki-laki itu. Bahkan ketika menyebut nama laki-laki itu saja suara mereka gemetaran.

"Dia... dimana?" tanyaku hati-hati.

"Di kantin."

"Bisa bilang kalau gue bakal lama di kamar mandi, nggak?" Pintaku memohon.

Salah satu perempuan berambut paling panjang menggeleng cepat, wajahnya gusar luar biasa, "Nggak berani, Nad. Barata bilang lo harus secepetnya nemuin dia."

"Please ya, Nad. Lo ke Barata sekarang aja gimana? Kita cuma nggak mau dapet masalah sama dia dan temen-temennya." yang berambut pendek memegang tangannya sendiri yang sudah gemetaran.

Melihat wajah mereka yang memohon padaku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku juga tidak mau mereka kenapa-kenapa. Hanya karena aku tidak mematuhi laki-laki itu. Pada akhirnya aku mengangguk.

"Thanks, ya. Udah sampaiin pesan Bara ke gue."

"Emang udah kewajiban kita, Nad."

Mereka berlima mengangguk dan langsung menghindar membuka jalan untukku. Aku hampir keluar saat salah satu dari mereka mengatakan, "Hati-hati, Nad." Kata-kata yang sering aku dengar dari semua orang sejak tiga bulan ini.

Begitu aku keluar kamar mandi, aku bisa merasakan semua murid menatapku dengan tatapan yang selalu mereka tujukan untukku. Ketakutan, ngeri, dan hormat. Bahkan beberapa sampai menunduk dan tak jarang lebih memilih berbalik atau menghindar bila berpapasan denganku di koridor, maupun kantin.

Aku yang merasa tidak nyaman tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan teman-teman dekatku pun lebih memilih untuk menghindariku.

Cepat-cepat aku berjalan. Aku tidak mau membuatnya marah. Saat aku sudah masuk ke wilayah kantin, semua kegaduhan reda seketika. Kondisi sunyi senyap, semua mata mengarah padaku, menanti apa yang akan terjadi.

Di kursi kantin paling pojok, aku melihat Barata dan teman-teman satu gengnya. Formasi mereka lengkap berlima. Masih memakai seragam kaos basket SMA. Pandangan mereka berlima mengarah padaku saat menyadari aku berjalan menghampiri mereka. Di tengah-tengah, ada dia, yang tiba-tiba menatapku tajam.

Aku berjalan dengan ketakutan. Ini bukan yang pertama kali aku datang padanya, tapi reaksiku tetap sama. Badanku gemetaran, jantungku berdentam-dentam keras. Karena aku tahu siapa sosok mereka sebenarnya. Bahkan semua orang tahu.

"Kesayangan lo udah dateng, tuh, Bar." kata Rio, salah satu dari antara mereka.

Saat aku sudah dekat, dia mengulurkan tangannya. Kepalanya miring dan sebelah alisnya terangkat saat aku memilih untuk diam berdiri di antara mereka, ragu-ragu apakah aku harus menyambut uluran tangannya atau lari—menurut instingku. Tapi aku tahu aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Nadia?" Nadanya dingin dan tajam.

Dengan takut dan terpaksa, aku menyambut tangannya. Walau pun ekspresi datar dan sedikit dinginnya tak berubah, aku bisa merasakan dia puas dengan balasanku.

Aku dibawanya duduk tepat di sampingnya. Tangan besar dan kekarnya sekali-kali mengelus belakang kepalaku. Tapi aku sama sekali tidak bisa melepaskan ketakutan dan kecanggunganku.

"Nah gitu dong, Nad. Tinggal ngulurin tangan aja apa susahnya? Masih malu-malu aja lo." kata Brian, tapi aku diam. Hati-hati untuk menjawab jika berada di antara mereka.

"Cewek lo kayaknya laper tuh, Bar," kata Arga yang duduk di seberangku persis, "Dari tadi lihat ke arah makanan lo terus."

Asal Arga tahu saja, aku begini karena sama sekali tidak berani menatap wajah satu pun dari antara mereka. Bahkan bukan aku saja. Seluruh murid pun tidak ada yang pernah berani berinteraksi dengan mereka.

Tiba-tiba kurasakan tangannya mencengkeram bahuku agar lebih dekat ke arahnya, ke pelukannya. Aku tersentak saat bibirnya mendekat ke arah wajahku dan berkata pelan.

"Kamu lapar?"

Aku menggeleng cepat dan kaku. "Nggak. A-aku... nggak lapar."

Aku tidak mau lebih lama berada di sini. Berada di antara orang-orang mengerikan ini dan menjadi pusat perhatian semua orang. Bahwa seorang Nadia Aulia, diriku yang seorang perempuan biasa bisa berada di posisi ini.

Selang beberapa detik aku diam, tangannya tiba-tiba menarik daguku dengan kasar hingga aku bisa melihat tatapan matanya yang tajam dan berbahaya itu. Rahangnya mengeras. Dia terlihat marah. Bagus. Aku salah apa lagi kali ini?

"Perlu aku ingetin aturan pertama, Nadia?"

Ah! Aku bergidik ngeri mendengar desisan dinginnya. Aku lupa. Dia tidak suka jika saat aku berbicara, aku tidak menatap matanya.

Perlahan aku mengangguk, "Ma-maafin aku... Nggak akan kuulangi. Maaf ya, Bar?" bisikku.

Aku bisa bernapas lega setelah dia melepas tangannya dari daguku, walaupun kini bahuku harus menjadi gantinya. Gara-gara itu, aku bisa melihat jelas tatapan mata keempat temannya yang menatapku dengan senyum miring.

"Be a good girl, Nadia." bisik Bara pelan, ada nada mengerikan yang tersirat.

Tangannya mengulurkan sesuap nasi goreng ke arah mulutku. Aku yang tak ingin makan tak punya pilihan lain selain patuh, jika tidak mau dia marah. Jika itu sampai terjadi, maka habislah aku. Tidak akan pernah ada yang menyangka apa yang bisa dia lakukan agar semua sesuai dengan kehendaknya.

Barata Saputra Birawa.

Dia adalah pacarku. Monster berbahaya dan mengerikan yang tidak pernah aku bayangkan bisa berada di sampingku, sedang merangkulku sekarang. Keinginan dan harapanku yang terbesar, bahkan satu-satunya adalah agar aku bisa putus darinya.

Aku, Nadia. 

Dan ini adalah kisahku.

Being Barata's GirlfriendEND

DANGEROUS BOYFRIEND✔Where stories live. Discover now