3. Happiness

4.9K 828 63
                                    

"Ck!"

Seharusnya ia tak membiarkan Heejin-nya berkeliaran tadi.

Siapa yang menyangka jika akhirnya akan begini?

"Yaudah. Buruan naik." Ajak pemuda itu yang sebenarnya tidak ikhlas untuk memberi tumpangannya.

"Hngg?" Gadis itu memilih menggeleng, seraya mengulum senyuman kecil, "Guㅡgue ada urusan. Lo duluan aja deh. Gue bisa minta naik taxi nanti." Tolaknya kemudian.

Aura redup di wajah tampan-nya memudar. Hyunjin langsung melengkungkan bibir penuhnya keatas setelah mendengar penolakan itu. "Oh. Bagus deh." Sarkasnya.

Setelah mengatakan itu, Hyunjin segera menyalakan motornya dan berlalu pergi meninggalkan Serra.

Serra tersenyum nanar. Menatap miris motor Hyunjin yang melaju begitu kencang hingga benda itu sudah tak tertangkap lagi oleh netranya.

"Seengaknya gue tadi ngeliat Hyunjin senyum kan? Hahaha."

Walaupun tertawa miris, tapi tanpa terasa satu persatu tetesan air mata menjatuhi pipinya.  Namun Serra masih mempertahankan senyuman elok pada bibir mungil senada sakura. Memangnya siapa dirinya yang bisa sehancur ini?

+++++

"Hyun! Eh, mau kemana?! Itu papi mau ngomong, woy!" Teriak Yeji, adik kembar Hyunjin.

"Gak ada hubungannya sama gue." Saut lelaki itu acuh, lalu kembali menunggangi motornya setelah mengambil beberapa baju untuk persediaan.

"Hyunjin!!!" Yeji berlari, mencoba menyusul Hyunjin. Tapi apa daya, dirinya tak mungkin bisa mengejar lajunya motor ninja itu.
 

(20 menit setelah kepergian Hyunjin dari rumah)

"Lagi, njing? Woy! Mikir kenapaa?!"

Hyunjin mendecak. Bisakah Seungmin berhenti mengomelinya dan membiarkannya menenangkan diri sebentar saja?

"Lo yang mikir. Temennya lagi pusing, gak usah berisik kenapa?!"

"Lah? Ini kan rumah gue setan! Udah deh! Mending lo ngomong baik-baik sama bokap lo. Mau sampe mati juga semua gak bakal kelar kalo lo kerjaannya kabur terus!" Cerca Seungmin dengan serius.

Hyunjin berpura-pura tuli dan memilih untuk meneguk kembali kaleng bir di tanganya, tanpa memperdulikan ucapan Seungmin.

"Gue gak peduli sama apapun yang bakal dilakuin bokap gue, termasuk keputusan dia untuk nikah lagi. Ada atau enggaknya dia di hidup gue, itu gak ada perubahannya. Jadi itu bukan masalah besar buat gue. Tapi ini beda.. gue nggak bakal terima kalo bokap gue nikahin orang itu!" Ujar Hyunjin dengan gertakkan kesal diujung kalimat.

Seungmin menghela nafasnya, lalu menepuk punggung Hyunjin pelan, menyalurkan rasa iba yang pada sahabatnya, "Jin, memangnya seberapa yakin lo sama dia? Kalian bahkan gak ada hubungan terikat. Dan yang gue denger, dia juga lagi deket sama Jaemin. Jadi udahlah, Jin. Lupain dia dan berdamai sama bokap lo. Cewek gak cuman satu."

+++++

Serra masih termenung di depan halte tempat Hyunjin meninggalkanya tadi. Ia sama sekali tak berniat untuk pulang kerumah.

Memangnya dirumah ada apa? Gadis itu justru kembali tertawa miris.

Orang tuanya sudah pasti tidak ada disana, lebih memilih untuk mengurusi cabang perusahaannya ketimbang memperhatikan Serra yang selalu merasa kesepian sepanjang hari.

Dan kakaknya, Mark Lee, tentu lebih memilih bersenang-senang dengan temannya. Serra pernah beberapa kali bertemu mereka. Semuanya tampan dan terlihat seperti anak kolongmerat.

Disisi lain, gadis itu tidak memiliki banyak kenalan. Ia adalah tipikal orang yang tertutup dan tidak pandai bergaul. Serra tak pernah sesedih ini sebelumnya. Ia selalu berpikir hidupnya sudah cukup menyenangkan.

Tapi jika di renungi, gadis itu tak memiliki apapun, bahkan orang yang ia suka pun begitu membencinya. Mungkin hanya Siyeon lah yang Serra miliki. Tapi dalam situasi begini, Serra tahu, Siyeon pasti sibuk membantu ibunya mengurusi restoran kecil-kecilan milik keluarga mereka ketimbang bermain bersamanya.

Hari semakin gelap. Udara pun semakin dingin. Tapi Serra, sama sekali belum berniat untuk pindah dari tempatnya.

Dari tempat yang tidak jauh dari tempat Sera melamun, Hyunjin tiba-tiba saja mengurungkan niatnya untuk memarkirkan motornya ke mini market yang sudah di depan matanya itu. Pria itu memilih ke halte terlebih dahulu untuk memastikan apakah benar gadis yang termenung seorang diri disana adalah Lee Serra.

"Gila ya lo?! Ngapain lo ngedekem disini? Pulang bego!" Sentak Hyunjin saat ia yakin jika gadis itu benar-benar Serra.

"Hah??" Jiwanya sedikit tersadar ketika mendengar sentakan itu. Matanya mengerjap beberapa kali saat netranya melihat sosok itu hadir lagi di hadapanya.

"Keㅡkenapa?"

"Mau sampe kapan lo disitu?! Kalo emang gak ada urusan, mending tadi bareng gue aja! Gak usah sok jual mahal deh." Cerca Hyunjin seraya turun dari motor besarnya lalu dengan kasar menarik tangan Serra untuk mendekat.

Niatnya awalnya ingin membeli beberapa cemilan di dekat sini karena di rumah Seungmin tidak ada makanan. Tapi ia justru melihat gadis malang itu seperti gelandangan. Tertuduk lesu seperti tak ada tujuan hidup.

"Apa sih Hyun?" Kalimat itu yang justru keluar dari mulut Serra dan menambah tingkat kekesalan Hyunjin memuncak.

"Drama Queen lo! Ah, udah cepet naik. Gue anterin lo pulang. Kalo emang tadi mau bareng, ngomong aja kali. Kayak gak biasa ngerepotin gue aja!"

Serra tersenyum masam bersamaan dengan kaki gadis itu yang tiba-tiba melemas. Lalu membuatnya tak kuat berdiri.

Emosinya sudah melebihi batas wajar, gadis itupun akhirnya melepaskan tangisnya yang sedari tadi dicoba ia tahan. Masalah hidupnya terlalu banyak, namun Hyunjin mana mungkin paham.

"Eh, gila lo ya?! Kok nangis?!" Hyunjin pun menjadi kaget. " Aduh, lo tenang dulu ya, plis... nanti dikira gue apa-apain lo lagi???" Ujar Hyunjin yang frustasi dan mau tak mau ikut berjongkok untuk berusaha menenangkan Serra.

"Lo jahat!!" Hyunjin kembali terkejut setelah mendengar sentakan Serra.

"Kenapa sih lo sejahat ini sama gue?! Seharusnya lo itu ngehargain perasaan orang yang suka sama lo! Tapi kenapa lo malah jahatin gua? Memangnya yang selama ini gue lakuin ke lo itu salah besar ya?! Enggak kan. Lo punya banyak fans, lo bisa ramah ke mereka, tapi kenapa ke gue enggak?!" Serra semakin menjadi, dan untuk pertama kalinya gadis itu berani memaki-maki seseorang Hwang Hyujin ybegini.

Hyunjin menjadi semakin kalang kabut dan gelisah. Bukan karna ucapan Serra, namun,

Banyak sosok mata memperhatikan mereka. Terlebih melihat tak suka kearah Hyunjin. 

"Duh! Kok malah gini sih! Eh udah woy! Ayok balik! Iya iya gua gak akan jahat lagi sama looo!" Balas Hyunjin masih dengan nada frustasinya.

Mendengar itu, tangisan Serra mulai mereda. Gadis itu mendongak, menatap dalam-dalam sorot mata kesal yang Hyunjin tunjukan.

"Beㅡbener ya?" Tanya Serra ragu-ragu.

"Apaan lagi?"

"Lo... Gak jahat lagi sama gue?"

Awalnya Hyunjin terkejut mendengar pernyataan itu. Dan juga menyesal karena melepaskan kata-kata yang bisa saja menjadi boomerang baginya.

Tapi itu cukup ampuh untuk segera meredakan drama ini. Jadi Hyunjin mengesampingkan efek sampingnya dan memilih bersikap sedikit lebih manis untuk gadis itu.

"Iya. Udah gak usah nangis ya? Cepet naik, gue anter pulang."

Entahlah mimpi a[a Serra semalam, namun kenyataan seperti ini lebih indah dari mimpi apapun baginyal.

Solitude | hhj ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang