5. Guardian

4.3K 698 22
                                    

"Makasih ya Lin. Tapi lain kali lo gak usah repot-repot kayakgini." Ujar Serra sesampainya dirumah.

Entah bagaimana ceritanya, tapi tadi sesaat sebelum Serra memesan taxi, Guanlin tiba-tiba saja menghampirinya, Guanlin bilang ia baru selesai latihan basket dan memaksa Serra untuk pulang dengannya.  Padahal mereka tinggal di tempat yang berjauhan.

Guanlin tersenyum lembut membalas ucapan itu, "Gak kok kak. Gak ngerepotin sama sekali!" Balas pemuda itu.

"Gue nya yang gak enak sama lo. Soalnya rumah kita kan jaraknya jauh, gue juga bisa pesen taxi atau biasanya bareng Jaemin."

"Jaemin?" Tanya Guanlin seraya menyipitkan mata besarnya, "Na Jaemin maksudnya?" Yakinnya lagi.

"Iya. Dia temen sekelas gue. Kebetulan rumahnya gak jauh-jauh amat dari sini."

"Loh? Jaemin kan udah jadian sama Heejin?" Kata Guanlin yang juga nampak menimang.

Kini Serra yang ikut menyipitkan matanya setelah mendengar pernyataan itu. 

Jadi, acara bagi-bagi hamburger yang Jaemin lakukan tempo hari itu untuk merayakan hubungannya dengan Heejin? Batin gadis itu.

"Oh, ya?" respon Serra pada akhirnya.

"Daripada nungguin Hyunjin kayak tadi, mending sama aku aja kak. Serius deh, aku gak keberatan. Si Jaemin juga udah punya pacar tuh. Aku tau dari Jeno sih. Tadi dia gak sengaja ngomong gitu abis latihan basket." Ujar Guanlin.

Serra sontak tertawa mendengar perkataan Guanlin barusan, "Hahahaha, iya, iya! Btw, waktu itu lo berantem ya sama Hyunjin? Kenapa? Gue kaget tau lo kenal sama dia." 

"Hngg itu, hngg,, gapapa sih kak, hehe. Udah sore nih, aku pulang deh! hehehe,," Balas Guanlin lalu menurunkan kaca helmnya dan melajukan motornya untuk membelah jalanan ibu kota.

Serra menatap penuh tanya pungung Guanlin yang sudah menghilang dari indra penglihatanya, kemudian gadis itu mengendik acuh. "Kenapa si semua orang aneh belakangan ini?"

+++++

"Apa-apaan ini? Kau.. berkelahi?!"

Wanita paruh baya itu melipat tanganya angkuh di depan dada, namun menatap jengah kelakuan anak satu-satunya ini yang sedang menundukkan kepalanya takut di hadapan nya.

"Sudah kubilang, bersekolah di Korea tidak ada gunanya! Kembali lah ke Taiwan untuk belajar bersama ayahmu bagaimana cara mengelola perusahaan. Kenapa kamu bersikeras untuk sekolah disini?! Hanya karna kamu memahami bahasa negara ini, itu bukanlah sebuah alasan mengapa kau disini. Ibu menetap disini untuk bekerja, bukan untuk bersenang-senang sepertimu, mengerti?!" 

Guanlin dengan gusar menggeleng. "Tolong beri aku kesempatan, bu. Aku tidak akan mengulanginya lagi.." Pinta Guanlin. Bibirnya bahkan sudah mulai bergetar saat ini.

Ia masih ingin tetap disini, untuk memastikan jika gadis itu benar masih hidup. Guanlin sangat ingin kembali bertemu cinta pertamnya. Kembali bertemu gadis yang selalu ada bersamanya dari ia hanyalah seorang pria culun yang jadi sasaran empuk korban bullying, sampai Guanlin yang dikenal keren oleh orang-orang seperti sekarang.

"Terlalu banyak kesempatan untukmu dan kau masih tidak becus dengan sekolahmu!"

"Hanya sampai aku lulus. Dan aku akan benar-benar menetap disana. Kumohon bu.." Bujuk Guanlin yang sekarang sudah berani menatap manik mata amarah sang ibunda.

Nyonya Lai melipat bibirnya kedalam sambil memejamkan matanya yang sudah penat sedari tadi, "Tinggalkan semua kegiatan sekolahmu dan jadilah peringkat satu. Setidaknya kau bisa di banggakan karna itu."

Solitude | hhj ✓Where stories live. Discover now