chapter 3

813 48 0
                                    


Malam di Kota Paris saat ini begitu dingin. Jam dinding yang berdenting menunjukkan angka 03.45 A.M. Swara tampak terusik dari tidurnya. Perutnya yang lapar membuat wanita itu terjaga. Ia menoleh ke sampingnya. Sanskar masih damai dan lelap dalam tidurnya, membuat ia tidak tega untuk membangunkan pria itu. Akhirnya, dengan langkah lesu ia berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Penthouse nampak hening. Tentu saja saat ini semua orang masih asik bergelung dalam selimut mereka masing-masing.

Swara mencari bahan makanan di kulkas. Baru saja membuka pintu kulkas, wanita itu langsung berlalu ke kamar mandi. Mual hebat ia rasakan begitu mencium aroma dari dalam kulkas.

"Huek ...."

Wanita itu terus saja memuntahkan isi perutnya yang bergejolak. Namun nihil, tak ada apapun yang keluar, kecuali cairan putih bening. Tubuh wanita itu nampak lemas, wajahnya juga begitu pucat. Swara nampak menggelengkan kepalanya berkali-kali menepis pusing yang ia rasakan.

"Nyonya!"

Salah satu pelayan yang melintas langsung menyambar tubuh Swara yang hampir limbung.
Pelayan itu langsung memapah Swara ke meja makan. Ia berlari menuju lantai atas untuk membangunkan Sanskar.

Pelayan itu mengetuk pintu dengan keras membuat Sanskar yang berada di kamarnya terusik. Matanya terbuka, ia menoleh ke samping. Kosong. Tidak ditemukannya Swara di sampingnya. Ia beranjak membukakan pintu. Ia mengernyitkan keningnya mendapati salah satu pelayan di hadapannya yang nampak ngos-ngosan.

"Ada apa?" tanya Sanskar bingung. Pelayan itu nampak menarik napasnya kuat sebelum berbicara.

"Nyonya pingsan di kamar mandi, Tuan," ucap pelayan itu cepat.

Sanskar nampak diam beberapa saat. Sampai akhirnya pria itu berlari menuju lantai bawah diikuti pelayan tadi. Begitu sampai di dapur, pria itu langsung menghampiri Swara yang berada di kursi makan.

"Bangun, Sayang!"
Sanskar menepuk pelan pipi Swara. Mata wanita itu terbuka sedikit.

"Pusing!" lirihnya dan kembali memejamkan mata.

Tanpa buang waktu Sanskar langsung mengangkat tubuh wanitanya itu menuju ke kamar mereka. Ia melangkah sedikit kesusahan karena menurutnya tubuh istrinya ini beratnya sedikit bertambah. Langkahnya sudah sampai ke kamar. Sanskar meletakan tubuh Swara dengan hati-hati. Baru saja ia akan beranjak untuk menelepon dokter, tangannya sudah ditahan.

"Tetap di sini!"
Swara membuka matanya. Sanskar pun mengurungkan niatnya. Ikut berbaring di samping wanitanya.

"Besok aku telepon dokter, ya!"
Sanskar mengelus ubun-ubun wanitanya. Swara menggeleng lemah. Sanskar tak bersuara lagi, membawa wanita itu ke dalam dekapan hangatnya.

*****

Pagi ini Swara kembali bolak-balik kamar mandi memuntahkan isi perutnya yang bergejolak. Sanskar terusik dari tidurnya. Pria itu berjalan menyusul istrinya di kamar mandi.

"Masih mual?" tanya Sanskar. Pria itu membantu memijit tengkuk Swara.
Swara tak menjawab. Tubuhnya terlalu lemah untuk sekadar menjawab pertanyaan Sanskar. Swara berpegang pada lengan suaminya saat tubuhnya hampir limbung. Sanskar nampak khawatir, pria itu langsung menggendong tubuh Swara keluar dari kamar mandi.

"Aku telepon dokter!"
Sanskar mengambil ponselnya yang berada di nakas. Swara bergeming. Tidak membantah lagi karena tubuhnya benar-benar lemas.

Sanskar menghampiri Swara setelah selesai menelepon dokter.

"Masih pusing?"

Sanskar duduk di pinggiran kasur. Pria itu tak tega begitu melihat wajah pucat istrinya. Swara hanya tersenyum, terlalu lemah bahkan untuk berbicara saja.

Story Our Love [End √] (SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY STORE) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora