chapter 10

707 40 8
                                    


"Anda mengandung Nyonya. Bagaimana bisa Anda bersama pria lain? Ck, memalukan!" Kalimat telak dari Sanskar membuat Swara bak ditampar dengan tangan tak kasat mata. Ada perih yang dirasakannya. Sedangkan lelaki bernama Ken itu menatap Sanskar tidak suka.

"Maaf, Sir. Hati-hati jika bicara jika tidak tahu apa-apa," ujar Ken langsung menarik tangan Swara pergi. Swara hanya diam begitu tangannya digengam oleh Ken. Ucapan dari Sanskar membuatnya terdiam. Ken tidak tahu jika pria tadi adalah suaminya. Lalu Ken yang tiba-tiba mencium pipinya tadi ... tidak! Sanskar pasti sudah salah paham akan ini. Ah, bagaimana ia menjelaskan semua ini?

...

"Shit! Apa yang kamu lakukan padaku, Swara?" Sanskar berteriak frustasi di ruang kerjanya. Jasnya entah sudah ia lempar kemana. Ia kesal, marah, dan kecewa. Kenapa Swara membiarkan pria lain menyentuh dirinya. Harusnya wanita itu tahu jika ia tidak suka miliknya disentuh tapi, kenapa wanita itu tidak berusaha membentengi dirinya. Ah, kepalanya pusing memikirkan semua ini.

"Kita bermain-main sedikit, Sayang...."
Senyum devil itu tercetak di bibir Sanskar. Ah, sepertinya sedikit bermain akan menyenangkan. Ia pastikan Momynya akan menyukai hal ini. Ah, ia jadi tidak sabar menantikan ekspresi wajah-wajah itu.

"Kita akan memulainya," ujar Sanskar, bangkit dari kursinya. Ia menelepon seseorang suruhannya. Oh, permainan ini akan sangat seru tentunya. Karena ia yang akan jadi pemeran utama.

...

Swara berdiri dengan bingung di depan pintu. Keningnya sesekali mengerut melihat beberapa orang bersetelan hitam di hadapannya.

"Maaf, ada apa ini?" Swara menatap wajah-wajah tanpa senyum orang di hadapannya. Sang pria berbadan tinggi dengan mata sedikit sipit itu angkat bicara, "Sir Danenta meminta Anda untuk kembali bekerja," ujarnya, "menjadi sekretarisnya," lanjut pria tadi. Swara langsung diserang panik. Ia takut. Bagaimana jika Seryl--mertuanya itu tahu jika Swara berada dekat dengan Sanskar. Ah, satu lagi ... kenapa juga Sanskar bisa tahu jika ia tinggal di sini? Oh tidak. Sepertinya ia melupakan sesuatu tentang kuasa pria itu. Ah, jika sudah begini dia mau bagaimana lagi.

"Jika saya menolaknya?"

"Maka Sir Danenta sendiri yang akan menyeret Anda," ujar pria bermata sipit itu. Swara menghela napasnya. Ah, bagaimana bisa Sanskar memaksanya begini. Tidak tahukah pria itu jika Seryl sangat memusuhinya.

"It's ok. Katakan pada bos kalian besok aku akan mulai bekerja."

"Sir Danenta berpesan agar Anda hari ini mulai masuk kerja dan meminta kami menjemput Anda," ujar pria bermata sipit tadi dalam satu tarikan napas. Swara menghela napas kasar.

"Ok, tunggu aku 20 menit untuk bersiap." Swara akhirnya mengalah. Pria otoriter itu benar-benar ... ah tapi, ia mencintainya.

...

Setelah melalui waktu hampir 30 menit dari Mittelbergheim menuju kota, mobil sedan yang dinaiki Swara berhenti di depan lobi. Keadaan di sekitar situ sudah sepi karena ini memang sudah jam kerja. Swara turun dari mobil. Para pria bersetelan hitam itu langsung menuntunnya menuju ruang Sanskar di lantai teratas gedung itu. Perut buncit wanita itu tersamarkan oleh chardigan abu-abu yang dikenakannya.

"Kami hanya mengantar Anda sampai sini Nona."

Swara mengangguk, "Terima kasih." Mereka yang terdiri dari 4 orang itu berlalu dari hadapan Swara. Wanita itu menghela naps sebelum membuka pintu di hadapannya.

"Anda tidak sopan sekali. Ketuk pintu jika ingin masuk!" Sebuah suara dingin itu membuat Swara memberengut kesal. Tanpa mau membantah ia mengulangi lagi masuknya dengan mengetuk pintu dan setelah ada seruan dari pria di dalam ia baru masuk kembali.

Story Our Love [End √] (SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY STORE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang