chapter 4

517 43 0
                                    


Terkadang cinta harus berani. Berani berjuang dan mengambil resiko. Semenjak mendengar jika Swara hamil, Sanskar sekarang berubah jadi overprotektif kepada wanitanya itu. Dan wanita itu hanya akan menghela napas dan pasrah dengan kelakuan Sanskar. Seperti sekarang, ia yang sudah rapi dengan setelan kerjanya harus menghela napasnya kesal.

"Gak usah kerja lagi!" titah Sanskar tegas.

"Aku mau kerja, Sanskar! Aku bosan di rumah sendirian, please!"
Swara menunjukkan wajah memelasnya ke arah suaminya. Dan Sanskar tak tega melihatnya, terpaksa ia mengangguk dan menyejujui.

《》

Sanskar rasanya ingin cepat-cepat keluar dari ruang meeting menyebalkan ini. Sesekali ia menoleh ke arah kursi yang diduduki Swara. Dan lelaki yang duduk di kursi di samping istrinya itu yang membuatnya kesal. Berani sekali lelaki itu menatap istrinya dengan tatapan yang Sanskar tahu apa arti tatapan itu. Tatapan orang yang mencintai. Jika saja ini bukan di ruang meeting, pasti ia sudah memberi pelajaran pada lelaki itu untuk menjaga matanya.

"Sanskar!"
Pria itu tersadar saat momynya menyebut namanya. Ia menghela napas sejenak, lalu lanjut berbicara.

"Kita sudahi sampai di sini saja pertemuan kali ini," ucap Sanskar mengakhiri sesi meeting.

Momynya yang duduk di dekatnya yang memang hadir di pertemuan ini nampak mendengus tak suka. Sanskar juga dapat melihat mata momynya itu menatap sinis ke arah wanitanya.

"Kalian boleh pergi," lanjut Sanskar.
Semua yang berada di ruangan itu pergi satu persatu.

Swara juga ikut berdiri, dan sampai di depan pintu seseorang mencekal tangannya membuat langkahnya terpaksa berhenti.

"Sanskar akan meninggalkanmu secepatnya," bisik Seryl--momy Sanskar pada Swara.

"Gugurkan kandunganmu jika tak mau ia lahir tanpa seorang ayah," lanjut Seryl dalam satu tarikan napas. Dan ia berlalu setelah menghempas tangan Swara dengan tatapan sinisnya.

Wanita itu masih diam di depan pintu. Berkelana dengan pikiran-pikirannya.

"Sweetheart!"
Swara tersadar saat Sanskar memegang lengannya.

"Kenapa masih berdiri di sini?" tanya Sanskar bingung.

Swara menghela napasnya. Untung pria ini tak melihat apa yang telah Siren lakukan padanya. Ia tidak ingin Sanskar terus beradu mulut dengan momynya hanya karena dia.

"Menunggu kamu," jawab Swara asal.
Sanskar menyunggingkan senyumnya.

"Really? Kau sudah siap jika semua karyawan tahu jika kau ... Ms. Danenta," ujar Sanskar dengan senyum menyeringainya.

Swara langsung menggeleng, "Tidak! Tidak sekarang!"

"Oke."

Sanskar menyuruh Swara berjalan lebih dulu keluar, dan ia mengikuti dari belakang dengan jarak beberapa meter. Saat Swara akan masuk ke lift, Sanskar langsung mencekal tangan wanita itu dan ikut membawanya masuk ke dalam lift khusus.

"Sanskar!" teriak Swara kesal. Untung saja tidak ada karyawan yang melihat mereka.

"Ikut ke ruanganku," ucap Sanskar, menekan tombol 12 di mana ruangannya berada.

Sanskar menarik pinggang Swara menepis jarak mereka. Ia menyeringai ke arah istrinya. Tatapannya bergantian menatap mata serta bibir tipis wanita itu. Sial! Ia jadi tergoda.

Dan seperkian detik, merah delimanya sudah melumat bibir chery istrinya. Ciuman lembut tanpa menuntut membuat Swara terbuai dan melingkarkan tangannya ke leher Sanskar. Dan aksi mereka berhenti saat napas mereka mulai habis. Keduanya nampak menghirup oksigen dengan rakus.

"Kamu ingin membunuhku!" teriak Swara kesal.

Sanskar menaikka alisnya, "Bukannya kamu menikmatinya, hem?" goda Sanskar. Dan see! Pipi istrinya itu merona membuat wanita itu bertambah manis.

"Menyebalkan!" rutuk Swara, memalingkan wajahnya yang memerah.
Sanskar terkekeh melihat aksi malu-malu istrinya. Benar-benar menggemaskan!

Pintu lift terbuka. Sanskar berjalan lebih dulu diikuti Swara di belakangnya. Sanskar berjalan melewati meja sekretarisnya yang menatapnya penuh tanya, lalu sekretaris itu beralih menatap Swara dengan tatapan tak sukanya. Ada hubungan apa bosnya dengan perempuan ini? Mungkin itulah pertanyaan yang ada di kepala sekretaris itu.

"Kenapa ajak aku ke sini?" tanya Swara begitu ia telah berada di ruangan Sanskar.

Pria itu tak menjawab. Melepaskan jasnya dan menyampirkannya di kursinya. Berjalan menghampiri istrinya yang duduk di sofa.

Swara tersentak begitu Sanskar berlutut di hadapannya. Menyingkap blose yang ia gunakan. Tangan hangat pria itu menyentuh kulit perutnya.

"Permata Dady apa kabar?" tanya Sanskar mengelus pelan perut wanitanya yang masih rata.

Swara tersenyum melihat apa yang dilakukan suaminya. Bolehkah ia egois tidak ingin melepaskan pria ini?

"Momynya lagi lapar, Dad," jawab Swara dengan suara seperti anak kecil.

Sanskar beranjak duduk di samping Swara. Dan berbaring meletakkan kepalanya di pangkuan wanita itu. Sepertinya ia begitu suka dengan posisi ini.

"Aku sudah suruh OB pesan makanan," ucap Sanskar. Menyembunyikan kepalanya di perut istrinya.

Wanita itu membelai surai lembut prianya. Sesekali ia terkekeh mendengar lelucon yang dibuat pria itu.

"Sweetheart!"
Sanskar mengangkat tangannya menyentuh wajah Swara.

"Jangan pernah tinggalkan aku," ucapnya, menatap dalam bola mata cokelat wanitanya. Seolah mengisyaratkan bahwa ia bersungguh-sungguh.

Swara tersenyum. Memegang tangan Sanskar yang berada di pipinya.

"Ingatkan aku," jawab Swara.

Hanya itu jawaban yang bisa ia berikan. Ia tak yakin akan terus bersama pria ini.
Sanskar hanya mengangguk, dan ketukan pintu menginterupsi mereka.

Sanskar berdiri membukakan pintu. Seorang OB datang membawakan pesanannya. Ia menutup pintu setelah itu. Duduk kembali ke sofa. Sanskar mengeluarkan kotak nasi, memberikan satunya kepada Swara dan satu lagi untuknya. Keduanya makan dalam diam. Karena tidak baik berbicara saat makan.

*****

Swara tampak asik memasak di dapur, ditemani salah satu pelayan yang dipekerjakan oleh Sanskar. Ketukan pintu membuat Swara beranjak akan membukakan pintu.

"Biar saya saja, Nyonya," ucap pelayan yang tadi menemaninya.
Swara menggeleng, dan ia berjalan menuju pintu utama.

Sosok wanita dengan tatapan sinis dan angkuh berdiri di depan Swara begitu ia membuka pintu.

"Mom!"

Swara terpaku.

TBC

Story Our Love [End √] (SUDAH TERBIT DI GOOGLE PLAY STORE) Where stories live. Discover now