Chaot-- 61• Promise

886 29 0
                                    

"Lo udah sadar? Alhamdulillah." Nicholas mengelus puncak kepala Kirana sayang lalu mengecupnya. Bersyukur karena gadisnya sudah terbangun.

"Nich.."

"Tunggu sebentar, gue panggil dokter." Nicholas menjauh guna memanggil dokter yang bekerja di sekolahnya.

Kirana di periksa dan dokter berkata jika keadaan gadis cantik ini sudah membaik. Dokter pergi, meninggalkan mereka berdua.

Nicholas membantu Kirana untuk minum. Dan gadis itu bernapas lega. Ia menatap langit-langit UKS dengan tangan yang bergerak menyentuh dadanya.

"Gue tadi kenapa?"

Nicholas mengusap rambut Kirana, membuat Kirana nyaman dan memejamkan matanya. Menikmati elusan itu. "Tadi kamu demam terus pingsan di kelas."

"Beneran?"

"Iya. Bella bilang kayak gitu."

"Bella? Terus dianya mana?"

"Udah pulang setengah jam lalu."

"Hah? Udah pulang?"

"Iya, awalnya dia gak mau, dia kekuh mau nungguin kamu sadar tapi aku paksa buat pulang."

"Kok gitu? Jam berapa sekarang?"

"Setengah empat sore."

Kirana terkejut lantas ia langsung duduk. "Pantas saja, sudah bel pulang."

Kirana hendak turun namun di tahan Nicholas. "Mau kemana?"

"Kakak." Jawab Kirana menggigit bibirnya.

"Dia gak masuk."

Wajah itu berubah jadi sendu. Matanya mulai berembun, "Antar pulang. Mau ketemu kak!" Pintanya parau.

Nicholas mengangguk, ia memeluk gadis itu lalu menggendongnya di belakang punggung karena Kirana yang masih lemas.

Kirana terpaksa menurut, karena Nicholas yang memaksa dan keadaannya yang tidak memungkinkan.

Untung saja sekolah sudah sepi, jadi mereka tidak perlu menjadi bahan tontonan.

Kirana melingkarkan tangannya di leher Nicholas. Dan menempelkan pipinya pada bahu Nicholas.

"Mau beli sesuatu sebelum pulang?" Tanya Nicholas setelah memasangkan sealbelt Kirana.

Kirana nampak sedang berpikir. "Kita beli pizza kesukaan kakak dulu ya, boleh?"

"Tentu saja."

Kirana tersenyum lebar. "Terimakasih."

Nicholas tersenyum sambil mengangguk, kemudian melajukan mobilnya menjauhi sekolah.

Selesai membeli pizza, Kirana dan Nicholas bergegas pulang. Mereka memasuki rumah dengan bergenggaman tangan, dan saat Kirana melihat bi Mintil yang sedang memasak, mereka melepaskan genggaman itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, eh.. non udah pulang."

"Iya, bi." Kirana dan Nicholas duduk di atas kursi makan. Dan bi Mintil menyajikan minuman dingin untuk keduanya.

BI Mintil menatap wajah Kirana dengan gusar. Ia ingin berkata sesuatu tapi takut membuat gadis itu shock dan khawatir. Ia tidak ingin melunturkan senyuman itu. Tapi, kalau ia tidak memberi tahu pasti Kirana akan marah dan kalau ia tidak memberitahunya, cepat atau lambat Kirana akan tahu.

"Non." Panggil Bi Mintil ragu,

"Iya, bi?" Kirana heran melihat bibi yang hanya diam menunduk. "BI, kenapa? Baik-baik saja kan?" Nicholas diam, hanya menyaksikan.

"Eum, itu..."

"Itu apa..?"

"No-- non Karina!" BI Mintil memejamkan matanya dengan bibir mengatup.

Kirana tegang, firasat buruk menghampirinya. "Ke--kenapa sama kak Karin?"

"Itu.."

"Itu apa? Langsung inti aja bi."

"Tadi bibi lihat non Karina turun dari lantai atas, terus jalan keluar rumah naik taksi. Non Karina kayaknya sakit, soalnya tadi lemes non. Saat bibi ajak bicara gak nyahut, dan saat bibi mau cegah non Karina gak ngubris. Maaf non.." sesal Bi Mintil.

Kirana memegang dadanya yang berdegup kencang. Napasnya mulai tersendat-sendat. Dan keringat dingin membasahi dahinya. "Sa-- sakit? Ka-- kak Karin..."

Tiba-tiba Kirana menangis dan bergegas menaiki tangga dan mencoba membuka pintu kamar Karina yang terkunci. Ia menendang dan memukul-mukul pintu itu sambil sesenggukan.

Dibelakangnya, Nicholas mencoba menenangkan gadis itu dan mencoba untuk membantu membuka pintu.

Akhirnya Nicholas mendobrak secara paksa lalu keduanya masuk ke dalam kamar Karina.

Kirana terkejut dengan pemandangan di depannya, ia langsung merosot jatuh dengan tangan yang menutup mulut. Tak menyangka jika kamar kakaknya begitu berantakan.

Ia terisak dengan Nicholas yang memeluk gadis itu. Ia melihat ada serpihan beling, kaca, dan juga darah di lantai.

Kirana histeris dan Nicholas segera menggendong Kirana dan membawanya menuju kamar gadis itu.

Tak hanya Kirana, namun Nicholas pun sama terkejutnya. Tak menyangka jika kamar itu begitu menyeramkan untuk seorang perempuan.

"Sayang... Udah jangan nangis terus. Kesehatanmu.."

Kirana masih terisak, ia mencengkeram erat seragam Nicholas dan menenggelamkan wajahnya pada dada cowok itu. "Kak.. Karin.. kakak..." Racaunya,

Nicholas panik saat dirasakannya tubuh rapuh yang ia peluk itu mengeluarkan suhu panas. Ia berteriak memanggil bi mintil dan menyuruhnya untuk mengambil air dingin untuk mengompres Kirana.

"Kak Karin..."

"Hey, hey, sadar! Kirana, come on.."

"Nich, kakak nich! Ayo kita cari kakak!" Kirana berusaha bangkit namun Nicholas menghalangi, ia kembali menidurkan Kirana.

"Iya-iya nanti kita cari. Sekarang istirahat dulu ya."

"Sekarang, nich.."

"Keadaan mu tidak memungkinkan, Kirana. Lebih baik istirahat dulu."

"Please.."

"No!"

"Please."

"Big no!"

"Nich, hiks!"

"Dengarkan kata-kata ku. Lebih baik kamu tidur biar aku yang mencari Karina. Oke?"

"No.. aku ikut bersama mu."

"Sst, sudah! Sekarang tutup matamu, beristirahatlah. Aku akan mencarinya."

"Temukan dia, Nich.."

"Yeah.."

"Promise?"

"I am promise.."

Tbc~

Hay, gue akan updet cepet kalau kalian juga mau bekerja sama. Jangan lupa vote / coment. Biar gue bisa lebih semangat buat nulis dan kalian gak akan nunggu lama buat update! (:

Jgn lupa baca cerita gue yang lainnya,

🐻 ALDEBARAN

🐼 DAELDIR

Iamfrozenn

TRIANGEL LOVE OF THE TWINS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang