Part 3

6.2K 257 8
                                    

"Lo suka sama dia?"

Semua kepala seketika menoleh ke arah belakang, karena Kesya duduk di barisan paling belakang.

Fagan menatap Lala tidak percaya, bisa-bisa nya dia berbicara seperti itu, padahal dirinya sedang berada di depan adik kelas.

Lala terdiam, mengatup mulut nya rapat-rapat. Menyesali perbuatan yang baru saja ia lakukan, di depan adik kelasnya.

"Udah, gak ada yang mau Lo bahas lagi kan." Ucap Fagan.

Lala menggeleng.

"Ya udah lanjuti kegiatan selanjutnya."

Sebelum pergi, fagan sempat melirik sekilas ke arah Kesya, Kesya pun menyadari. Namun, karena dirinya masih merasa sangat malu, dia tidak menggubris lirikan dari fagan.

Lala juga beranjak dari meja Kesya, menuju ke depan. Dan mencoba melupakan semuanya yang barusan terjadi.

🍁🍁🍁

Bel istirahat berbunyi. Kesya merasakan hari ini, hari yang sangat teramat panjang. Dia merasakan, hari kemarin terulang kembali, namun dengan masalah yang berbeda.

"Kenapa Lo teledor banget sih sya?. Itu kan foto UN Lo, malah itu juga gak bikin Lo bahagia." Gerutu Kesya, meletakkan kepalanya di atas meja.

"Sya, Lo gak salah kali." Ara datang dengan membawa minuman, lalu meletakkannya tepat di meja Kesya.

Walaupun terasa berat, Kesya mengangkat kepalanya. Mendapati temannya itu sedang menyeruput minumannya, yang sudah tersisa setengah.

"Lagian gue setuju sama kak Fagan, setiap orang kan punya moment bahagia nya masing-masing. Masa moment bahagia Lo harus ditentuin sama Lala gitu. Ya enggak lah, emang dia nyokap Lo." Lanjut Ara, sembari menikmati minumannya itu.

"Tapi kenapa harus kak Lala nuduh kaya gitu coba, kan gue malu."

Kesya menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dirinya teringin menangis, tapi tidak bisa.

"Udah sya, biarin aja. Apa perlu gue labrak Lala?"

Tiba-tiba nada suara Ara berubah menjadi serius.

Kesya langsung menyingkirkan kedua tangannya secara perlahan, dari wajahnya.

"Lo mau cari masalah ya?"

"Ya kagak lah, ngapain juga masalah dicari. Mendingan nih ya, cari ilmu yang banyak, ilmunya bisa buat bekal di masa depan."

"Ya terus, Lo mau ngapain ngelabrak kak Lala. Itu sama aja, Lo cari masalah sama OSIS tau gak."

Kesya mengambil minumannya dan menyeruput hingga habis tak tersisa.

Ara menengguk salivanya. "Lo haus apa lapar air sih? Berasa tinggal di Padang pasir Lo ya."

"Hehe, gue haus tau." Wajah Kesya seperti seseorang yang sedang memikirkan sesuatu hal.

"Apa?" Tanya Ara, melihat perubahan ekspresi Kesya.

Kesya berdiri dari duduknya, dan menarik Ara untuk keluar kelas. "Sama lapar."

"Cantik-cantik gila Lo ya!!." Teriak Ara, yang pasrah ditarik tangannya oleh Kesya.

Aurora (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora