Part 8

5K 189 4
                                    

Kesya datang tepat waktu, dimana Dewi sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Menatap cemas ke arah Kesya, tubuh Kesya sudah basah kuyup.

Kesya memarkirkan sepedanya di depan rumahnya, mengambil semua pakaian kotor yang harus segera dicuci.

"Tante, maaf Kesya lama. Kesya tadi berteduh dulu Tan." Ucap Kesya dengan bibir yang sedikit gemetar, karena dinginnya udara yang menusuk ke kulitnya, ditambah lagi dengan kondisi bajunya yang basah.

Dewi langsung merengkuh Kesya ke dalam pelukannya, meletakkan dagunya tepat di atas kepala Kesya. "Tante, gak mau lihat kamu kaya gini lagi. Kalo hujan lebih baik kamu berteduh dulu, jangan menerobos hujan kaya gini lagi."

Mata Kesya mendelik. "Maaf Tante." Kesya menjauhkan tubuhnya. "Ya udah Kesya mau mandi dulu deh, baju Tante jadi basah tuh. Gara-gara peluk Kesya." Lanjutnya, sambil menunjuk ke arah baju yang dipakai Dewi.

"Ya udah sana."

Setelah Kesya berlalu masuk ke dalam, Dewi mengambil alih pakaian kotor itu dan membawanya ke belakang untuk segera di cuci olehnya.

🍁🍁🍁

Keesokan harinya, tadi pagi Kesya berangkat sekolah tepat waktu, entahlah hari ini dirinya merasa semangat untuk masuk sekolah.

Suasana di kelasnya sangat ramai, karena memang sedang jam istirahat. Seperti biasa, Kesya harus merapikan buku-buku ke kolong mejanya agar tidak ada yang menghilang.

Walaupun baru beberapa hari Kesya belajar di kelas barunya, tapi sudah 4 pulpen Kesya yang hilang begitu saja. Entahlah, kenapa mereka sangat pelit mengeluarkan uangnya untuk membeli satu pulpen. Padahal, jika dipikir-pikir membeli pulpen tidak sampai jual rumah.

"Sya ada sendal gak?"

Keno sang ketua kelas, menghampiri Kesya yang masih sibuk merapikan buku-buku​nya.

"Buat apaan si?" Tanya Ara yang berada di samping Kesya.

"Gua nanya Kesya bukan Lo." Ucap keno, pria yang biasa di sapa Ken itu memang tidak begitu akur dengan Ara. Mengingat mereka adalah sepasang mantan kekasih, yang di persatukan kembali di kelas yang sama dan sekolah yang sama.

"Kesya lagi sibuk, jadi gue yang jawab!!" Jawab Ara yang selalu tidak ketinggalan nada nyolot nya.

"Tapi gue gak nanya Lo."

Kesya duduk tegak, menoleh ke kanan dan kiri. Merasa heran dengan dua insan ini, mungkin karena ini, banyak​ orang yang bilang, jika sudah jadi mantan akan jadi musuh. Padahal mantan tidak harus jadi musuh kan.

Kesya mengeluarkan kakinya dari bawah meja, dan melepaskan sendal yang ia pakai.

"Tuh." Ucap Kesya.

"Apa?!!" Jawab Ken yang masih sedikit emosi.

"Tadi kan Lo nanyain sendal."

Ken menepuk keningnya. "Oh iya gue lupa. Gara-gara tuh orang si!!" Ucapnya sambil menunjuk ke arah Ara.

"Kok jadi gue. Ap-."

Sebelum Ara melanjutkan bicaranya, Kesya sudah lebih dulu menghentikan nya. Karena jika dibiarkan, perang antara Ara dan keno akan berlanjut, sampai tahu bulat menjadi tahu segitiga pun tidak akan selesai perang itu.

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang