11th (I'll Make It Right)

2.3K 321 36
                                    

"Jadi? Kenapa kamu mau ikut denganku begitu saja?"

Mark menopang kepalanya dengan menggunakan tangannya, bersandar pada meja, menatap Jennie dengan senyumannya yang terkesan meledek.

Jennie mendengus sebelum kemudian memalingkan wajahnya. “Aku hanya sedang ingin mabuk sedikit saja, Mark. Tidak perlu memandangi diriku seperti itu.”

Mark menyodorkan sebotol Corrona kepada Jennie. “Nih. Sesuai dengan permintaanmu. Aku yang akan membayarnya.”

Jennie mengambil botol minuman keras tersebut, menenggaknya sebelum kemudian menatap Mark dengan tampangnya yang datar. “Tidak perlu. Kamu pikir aku miskin sehingga tidak sanggup membeli minuman dengan harga murah seperti ini?”

Mark terkekeh pelan. “Sejak kamu mengakhiri hubunganmu denganku, kamu berubah. Kamu tidak lagi tersenyum padaku. Kamu selalu menatapku dengan tatapan penuh kebencian.”

“Tentu saja. Bagaimana mungkin aku memaafkan pemuda brengsek yang sudah menyakitiku secara batin mau pun fisik. Terlebih lagi, pemuda itu merupakan tipikal pemuda yang posesif dan senang memegang kendali atas kekasihnya sendiri,” tukas Jennie dengan sarkas.

Mark mengedikkan bahunya. “Terserah. Itu prinsipku. Bagiku, gadis yang menjadi kekasihku harus menurut padaku. Dan karena itu lah, aku memutuskan untuk mencampakkan kekasih terakhirku.”

Jennie menaikkan satu alisnya. “Kamu sudah tidak dengan kekasihmu lagi?”

Mark mengangguk. “Ya. Maksudku, untuk apa aku tetap bertahan dengan gadis genit seperti dia? Ketika sedang menjalin hubungan, aku dengan senang hati akan membanggakan kekasihku di depan publik. Namun, aku juga menginginkan suatu hubungan timpal balik. Aku ingin dihormati dan didengarkan. Aku ingin agar kekasihku menghargai perasaanku, menurut kepada diriku.”

Jennie hanya terdiam mendengar ocehan Mark. Benaknya kini beralih pada sosok Lee Taeyong. Mark dan Taeyong merupakan dua sosok pemuda yang bertolak belakang. Bagaimana Mark yang kasar namun secara terang-terangan mengakui seseorang sebagai kekasihnya dan mampu membuat publik merasa iri kepada si gadis. Serta bagaimana Taeyong yang lembut namun terjebak dalam situasi yang salah sehingga membuat dirinya harus menyembunyikan hubungannya dengan kekasihnya.

Jennie tidak bodoh. Ia tahu betul bahwa pertengkarannya dengan Taeyong merupakan hal paling konyol yang pernah terjadi. Jennie juga tahu bahwa Taeyong sama sekali tidak bersalah.

Tapi, entah lah. Bukan hanya Taeyong saja yang merasa tersiksa dengan hubungan mereka yang dijalani secara diam-diam. Jennie pun merasakan hal yang sama dengan Taeyong.

“Hey…” Mark mengulurkan tangannya dan menepuk pipi Jennie.

“Apa?” Jennie mendelik galak, menepis tangan Mark dari pipinya.

“Kamu benar-benar kekasihnya Taeyong ya? Kamu benar-benar menjalin hubungan dengan kakak dari sahabatmu?” tanya Mark pada Jennie.

“Hmm…” Jennie bergumam tidak jelas.

“Tapi, bukankah kamu pernah bercerita padaku bahwa kamu tidak akan pernah jatuh cinta pada Taeyong? Bukankah kamu bilang bahwa kamu sudah memiliki perjanjian dengan Miyeon untuk––“

“Aku tahu. Karena itu, aku tidak akan memberitahu kepada dirimu mengenai status hubunganku dengan Taeyong. Silahkan mengambil kesimpulan sendiri,” potong Jennie cepat.

Jennie hampir lupa bahwa dirinya pernah bercerita kepada Mark perihal perjanjian konyolnya dengan Miyeon.

“Jennie….”

“Hmm?”

“Aku….minta maaf.”

Jennie mengerutkan keningnya, menoleh menatap Mark. Ada apa dengan mantan kekasihnya ini? Tidak biasanya, seorang Mark Tuan yang merupakan penguasa kampus meminta maaf kepada mahasiswa biasa seperti Jennie.

Kissing Booth (Jenyong)Where stories live. Discover now