16th (Bonus Chapter)

3.3K 294 28
                                    

Suami.

Entah lah. Setiap mendengar kata tersebut, relung hati Jennie terasa seperti tergelitik. Kedua pipinya menghangat dengan semburat merah muda yang perlahan hadir bagai sebuah lukisan manis.

Ada satu hal yang menjadi kegiatan baru bagi Jennie. Sebuah kegiatan yang tidak pernah ia lewatkan.

Memandangi sang suami, menjadi hobi baru bagi Jennie Kim.

Suaminya, Lee Taeyong.

Hingga kini, Jennie rasanya masih seperti bermimpi. Bagaimana pertemuan pertamanya dengan Taeyong. Bagaimana peristiwa di Kissing Booth yang membuat dirinya terjerat dalam perangkap seorang Lee Taeyong. Serta bagaimana, hatinya yang perlahan condong kepada Taeyong.

Hingga kini, Jennie masih tidak dapat percaya bahwa pemuda yang sedang sibuk memasak di hadapannya adalah suaminya sendiri.

“Kenapa lihat-lihat begitu? Tidak mau membantuku memasak?”

Teguran Taeyong membuyarkan lamunan Jennie. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya. Ia mendongak, beradu pandang dengan tatapan tajam namun teduh milik Taeyong.

“Sini. Aku ingin memasak bersamamu,” pinta Taeyong pada Jennie.

Jennie menggigit bibir bawahnya. Ini aneh. Ia merasa gugup memandangi wajah suaminya. “Anu…kamu saja deh yang masak. Aku…”

Taeyong berdecak. Ia beringsut mendekati Jennie, menarik lengan istrinya dengan lembut. “Sini, Sayang. Kamu harus menurut pada suamimu. Aku kan tidak meminta yang aneh-aneh.”

Lagi-lagi, Lee Taeyong dengan mudahnya membuat Jennie luluh. Wanita itu menggelayut manja pada Taeyong, bagaikan seekor kucing kecil yang merinduhan sentuhan lembut sang majikan.

“Kenapa hmm? Masih malu pada suamimu?” goda Taeyong sembari menyolek hidung Jennie, membuatnya kini ternodai oleh tepung.

Jennie mengerucutkan bibirnya. “Memangnya kamu tidak merasa gugup? Status kita kan sudah berbeda!”

Taeyong terkekeh pelan. “Iya. Status kita sudah berbeda. Sejak seminggu yang lalu, aku resmi menjadi suamimu dan kamu resmi menjadi istriku. Perasaanku padamu juga berbeda. Aku jadi tambah mencintaimu.”

“Lee Taeyoooonnnggg….” Jennie merengek, membenamkan wajahnya pada bahu sang suami. Digoda seperti itu sama sekali tidak baik bagi kesehatan jantung Jennie.

“Tidak apa-apa, Jennie. Gugup itu wajar. Merasa malu pada pasanganmu itu wajar. Aku justru senang jika jantungmu berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya karena diriku. Itu artinya, kamu tidak akan pernah bosan dengan diriku. Iya kan?”

“Hmm….” Jennie memejamkan kedua mata kucingnya dengan lengannya yang memeluk pinggang Taeyong. Sementara tangan kanan Taeyong merangkul bahu Jennie dengan tangan kirinya yang masih sibuk dengan peralatan dapur.

“Kamu berniat ingin memberiku Lee Taeyong junior tidak?”

Pertanyaan Taeyong membuat Jennie tersedak ludahnya sendiri. “Uhuk! Uhuk! Ya!” Wanita itu memukul bahu suaminya. “Apa-apaan sih itu? Masa bertanya seperti itu!”

Taeyong menaikkan satu alisnya. “Loh, kenapa? Miyeon dan Sehyoon Hyung saja sudah berencana untuk mempunyai seorang anak. Yah, meski pun sebenarnya Sehyoon Hyung lah yang merengek kepada Miyeon. Katanya, ia ingin menjadi papa keren dan muda seperti yang biasa ia lihat di drama-drama.”

“Aku belum siap…” Jennie menundukkan wajahnya. “Aku takut jika aku tidak bisa menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku kelak…”

“Anak kita.” Taeyong mengoreksi kalimat Jennie.

Kissing Booth (Jenyong)Where stories live. Discover now