13th (We're Okay, Right?)

2.3K 303 89
                                    

"Miyeon-ah, sini."

Sehyoon melambaikan tangannya pada Miyeon yang sedari tadi memilih untuk bersembunyi dibalik punggung Sehyoon dengan jarak yang cukup jauh.

Miyeon menggigit bibir bawahnya dan menggeleng pelan. "Tidak jadi deh. Sepertinya Jennie masih marah padaku."

Sehyoon berdecak tidak sabar. "Terbalik. Yang marah-marah kan kamu, bukannya Jennie."

Miyeon mengerucutkan bibirnya. "Aku tahu, tapi....."

"Sudah sini cepat." Sehyoon meraih jemari Miyeon dan membawanya dalam genggaman tangannya.

Miyeon melotot. "Hey! Kok mencari kesempatan sih?"

"Biar saja. Nanti aku memohon ampun pada Tuhan sebelum Tuhan mengutuk diriku karena sudah mencari kesempatan menggenggam jemari kekasihku sendiri," sahut Sehyoon sekenanya.

Miyeon terdiam dan menundukkan kepalanya. Kedua pipinya terasa memanas.

Kekasih.

Ya, status hubungan Sehyoon dan Miyeon sudah jelas. Dan atas paksaan Sehyoon, Miyeon pada akhirnya menerima pernyataan cinta pemuda itu.

Memang dasarnya lelaki, sepolos apa pun Sehyoon, pemuda itu tetap saja pintar mencari kesempatan. Contohnya ya seperti sekarang ini. Pemuda itu nekat menggenggam jemari Miyeon karena kondisi koridor kampus yang sepi.

"Cho Miyeon...." Sehyoon kembali memanggil kekasihnya.

"Apa?" sahut Miyeon dengan ketus.

"Boleh....cium lagi tidak?"

Miyeon refleks membekap mulutnya sendiri menggunakan tangannya yang bebas.

"Heh! Mesum!" seru Miyeon pada Sehyoon.

Kim Sehyoon ini sepertinya ketagihan mencium kekasihnya sendiri. Pemuda itu bahkan merengek meminta Miyeon untuk segera menikahi dirinya karena ia takut tidak dapat menahan dirinya untuk mencium Miyeon.

"Sudah lah. Kenapa Oppa jadi mencari kesempatan begini sih? Tadi kan Oppa sudah janji mau menemani diriku untuk minta maaf pada Jennie." Miyeon mengalihkan pembicaraan.

Sehyoon menggembungkan pipinya yang memang sudah gembul dari sananya. Sepertinya, pipi tembam Sehyoon dan Jennie merupakan turunan.

"Kamu sudah membawa hadiah kecil untuk Jennie kan? Adikku itu mudah sekali memaafkan orang lain kalau disogok," ucap Sehyoon pada Miyeon.

Miyeon mengangguk. "Aku sudah berusaha membuatkan bekal untuk Jennie meski pun masakanku pasti tidak seenak buatan Jennie. Tapi, itu jauh lebih baik dari idemu yang menyuruh diriku membawakan bunga bakung untuk Jennie. Dasar absurd." Miyeon malah melakukan diss pada kekasihnya sendiri.

"Untuk Taeyong? Kamu juga kan sudah membentak kakakmu sendiri."

Miyeon menghela napas. "Sejak hari itu, hubunganku dengan kakakku jadi mendingin. Taeyong Oppa selalu menghindari diriku. Aku tahu bahwa dia tidak membenciku. Mungkin, dia hanya merasa tidak enak padaku dan tidak mau memihak pada siapa pun."

Sehyoon membulatkan kedua matanya mendengar penjelasan Miyeon. Ia beringsut mendekati kekasihnya. "Kamu menggemaskan deh. Aku jadi ingin menciummu."

BUK! BAK! BUK!

Sehyoon meringis kesakitan karena digebuki oleh Miyeon.

"Cium terus! Kenapa sih? Ciuman itu sarang penyakit tahu! Kamu senang ya jika kita bertukar kuman dan bakteri?" omel Miyeon pada Sehyoon.

"Lagipula, kemana dirimu yang polos? Kenapa jadi begini sih?"

"Itu kan karena kamu yang sudah menodai diriku. Karena kamu yang tiba-tiba saja menciumku," balas Sehyoon pada Miyeon.

Kissing Booth (Jenyong)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt