1 : Naik Kelas

8.2K 657 49
                                    

Tidak biasanya sekolah sudah ramai, padahal matahari saja masih malas-malasan muncul. Yaiyalah ini masih jam 5:30 pagi.

Ya, habis mau bagaimana lagi.. namanya juga semester baru. Kelas dipisah-pisah lagi, mencar lagi, berebut bangku lagi.

Jadi, harus banget dateng pagi biar tidak dapat kursi di depan komuk guru. Seperti yang terjadi sekarang ini, lapangan sekolah sudah sangat ramai dengan para murid, mereka berkelompok, berlarian ke sana ke mari. Ada yang bahagia, tertawa, ada juga yang mengeluh sampai hampir menangis.

Seorang anak laki-laki berwajah oriental tampan dengan seragam putih abu-abunya terlihat tidak senang, "Anjirlah, masa gua gak sekelas sama kalian, mana dari ujung ke ujung lagi kelas kita."

"Sukurin, paling deket sama ruang guru," Sahut satu lagi anak lelaki dengan mata bulat yang lucu.

Kedua temannya yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepala, seperti sudah biasa. Yang satu berbadan lebih mungil dibanding temannya yang lain, dengan senyum menggemaskan bernama Anthony. Sedang, yang satu lagi memiliki senyum kalem dengan wajah putih bersinar bernama Rian.

Anthony, Rian, Marcus—si tampan bermata sipit—dan Kevin memang tadinya sekelas bareng waktu mereka kelas dua, tapi sekarang Marcus mental sendiri. Ketika Anthony, Rian dan Kevin kembali berada di kelas yang sama.

"Jom, lu mau ngasih apa nih ke gua? Kan udah tiga tahun sekelas mulu." Kata Anthony, dengan mata berbinar.

"Kasih Kevin nih, mau?" Jawab Rian, dengan sedikit tawa.

"Idih ogah. Kalo eek suka belepotan di pasir."

Hidung Kevin sudah kembang-kempis menahan emosi, "Tai kucing."

"Ini lagi si Fajar, dia ke mana? Udah jam segini belom dateng," Ujar Marcus sengaja mengalihkan perdebatan antara Anthony dan Kevin.

Tidak lama setelah itu, sesosok anak laki-laki dengan senyum lebar yang menambah pesonanya terlihat di ujung lapangan, baru saja masuk lewat lobi depan sekolah.

"Ett si pea. Buruan!"

Kevin teriak-teriak. Tidak suka dia melihat Fajar yang masih saja sempet-sempetnya tebar pesona. Melambaikan tangan ke sana sini, bak artis papan atas berjalan di red carpet.

"Selaw elah, paling gak belajar." Ujar Fajar santai setelah bergabung dengan temannya. Tangan kanannya langsung merangkul Rian yang terlihat jengah dengan kelakuan Fajar.

"Ih! Nyari kelas tauu." kata Anthony sambil menghentakan kaki.

Fajar dengan cengirannya, memperhatikan tingkah Anthony, "Eh? Potong rambut? Lucu amat." Serunya, saat melihat Anthony dengan potongan rambut baru.

Fajar jadi ingat waktu pertama kali sekelas sama Anthony, dia bingung bagaimana cara berinteraksi sama Anthony. Secara itu anak manis banget, lucu. Dia takut bikin nangis Anthony. Tapi dia ngeliat Rian yang deket dan sayang banget ke Anthony, dia jadi penasaran juga.

"Dia anaknya gimana sih Yan?"

"Asik kok anaknya."

Saat itu Fajar memang sedang pdktin Rian, dengan seringnya dia nyamperin bangku Rian otomatis dia juga ngobrol dan main sama Anthony .

Benar saja, ternyata Anthony asik banget anaknya. Receh juga, Fajar tidak lucu juga dia ketawa. Anaknya baik dan naif, tapi suka jutek dan ngambek juga. Pokoknya, rasanya pengen ngelindungin Anthony dari siapapun. Sekarang Fajar ngerti, kenapa Rian bisa sesayang itu sama Anthony.

Belum lagi Anthony dukung dia seratus persen, sering banget si Anthony bantuin Fajar pdkt ke Rian. Dia juga yang jadi perantara curhatannya Rian ke Fajar dan juga sebaliknya.

[TAMAT] Masih SMA! Where stories live. Discover now