4 : Topi Upacara

3.7K 504 48
                                    

Pagi ini cerah. Mobil avanza berwarna abu-abu itu membelah hiruk pikuk ibu kota Jakarta.  Seorang perempuan berparas ayu berada di kursi kemudi, jari-jarinya bergerak mengikuti irama lagu yang keluar dari music player.

Ia mengenakan jaket berwarna hijau army dan jeans hitam. Penampilan modisnya berbanding terbalik dengan seseorang yang duduk di kursi penumpang. Karena seseorang yang duduk di sana masih mengenakan seragam putih-putih, dengan artibut lengkap khas anak SMA di hari senin.

"Dek, ayah tuh suka sedih kalo dedek gak mau berangkat sekolah bareng." Perempuan cantik itu melirik ke arah adiknya yang masih sibuk memandang ke luar jendela.

"Aku takut telat kak, makanya bareng kak Niken kan sekarang? Ayah mah telatpun gak masalah." Jawab Anthony tanpa melihat ke arah kakaknya.

"Tapi kalo jadwal kuliah kakak udah gak sama kaya gini lagi, adek gimana?" Nada bicara Niken masih selembut tadi.

Niken juga bingung, kenapa adiknya ini anti banget pergi ke sekolah bareng ayahnya sendiri, padahal ayahnya kepala sekolahnya. Niken juga masih inget, anak bungsu di keluarganya ini sering pura-pura tidak kenal pas Niken sama dia masih satu sekolah dulu.

Waktu Niken kelas 3, Anthony baru saja jadi anak SMA. Dia senang banget, secara adik kesayangannya masuk sekolah yang sama kaya dia. Tapi, Anthony justru terkesan menghindar dari dia kalau lagi di sekolah.

Niken tahu, Anthony tidak benci dia. Soalnya kalau sudah di rumah, Anthony balik lagi jadi putra mahkota yang manjanya tidak ketulungan.

Akhirnya Niken tahu kenapa Anthony semaksimal mungkin tidak berinteraksi sama dia di sekolah. Anthony tidak suka anak-anak yang deketin dia cuma karena dia adiknya Niken. Karena dulu Niken salah satu angota saman, dimana eskul saman ketat banget dalam pemilihan anggotanya. Otomatis anggotanya dicap sebagai anak yang cantik, pintar, baik dan eksis.

Niken juga secara terang-terangan interaksi sama ayahnya, ntah itu dia minta uang buku atau uang seragam di sekolah. Niken banyak sekali temannya, dia juga anggota dari tongkrongan sekolah.

Anthony malas banget deh ngeladenin orang yang manis ke dia cuma buat kecipratan eksis kakaknya. Mending dia pura-pura tidak kenal kakaknya sekalian.

"Emangnya sampe sekarang masih ada yang gak tau kamu anak ayah dek?"

Anthony merotasikan matanya malas, dia membalikan badan sampai menghadap ke kakaknya yang sekarang masih fokus nyetir.

"Jangankan anak-anak di sekolah kak. Guru aja ada yang belom tau aku anak ayah"

Jujur, Anthony sering bingung harus bertingkah gimana, kalau salah satu guru yang ngajar di kelasnya punya rasa tidak suka ke ayahnya, dan jelek-jelekin ayahnya di depan kelas.

Rian pastinya sudah ngeliat ke arah Anthony yang lagi ngeringis salah tingkah. Rasanya dia mau bilang kalau yang guru itu omongin semua tidak benar. Tapi lucu juga kalau guru itu akhirnya tahu Anthony tuh anak dari kepala sekolah yang sering dia jelek-jelekin.

"Masa sih? Yaampun dek, kamu emang bener-bener ya."

Niken sebenarnya kecewa sama sikap Anthony yang kaya gini. Dia mijat pelipisnya "Gak ngerti lagi deh kakak sama kamu."

Anthony meringis, tahu kalau kakanya pusing sama sikap dia yang terlalu kuper. Buat nyairin suasana Anthony ngambil ipod yang menyambung ke music player mobil.

Deretan judul lagu terpampang di layar sentuh ipod kakaknya itu, jari Anthony menekan satu judul lagu,

Semisonic - Closing Time.

[TAMAT] Masih SMA! Where stories live. Discover now