✔Chptr.2

74 48 72
                                    

          Jangan lupa tinggalkan vote dan comment kalian yaa ✨️

🍃

          "Sekeras itu? Sampe berdarah segala, gilak!" Adzra sedikit berteriak setelah mendengar ceritaku tentang kejadian di gudang semalam. Dia syok sekaligus geram terhadapku.

"Ngga tau deh Zra, kayaknya sih gitu. Tapi yaudah deh, udah berlalu juga."

"Astaga Ran, segitunya amat. Padahal dia udah nolongin lo tau, gilak nih bocah." Adzra berhenti sejenak untuk mengunyah batagornya, "Lagian ngga semua cowok kayak Sammy, Ran."

Cukup. Aku tidak bisa melanjutkan perbincangan kalau sudah menyangkut pautkan masalah cowok, terutama Sammy. Tiba-tiba selera makanku hilang.

"Kenapa sih lo ngga bosan-bosannya bahas masalah itu terus Zra? Ngga penting tau." Aku meminum habis teh manis ku dengan sekali teguk.

"Eh?"

"Gue kekelas duluan, Zra. Nanti gue ada presentasi." Aku meninggalkan Adzra yang hanya bengong melihatku pergi di kursi kantin. Samar-samar aku mendengar suara Adzra yang mengutuk dirinya sendiri.

Aku berjalan di koridor yang memisahkan antara kantin dengan gedung kelasku. Aku berhenti sejenak lalu melirik jam tanganku, bahkan aku baru beberapa menit dikantin. Adzra membuat jam istirahatku jadi sia-sia. Kalau saja dia tidak membahas soal itu, aku pasti sudah menghabiskan dua mangkuk batagor spesial.

"Ck, ngga tau deh. Mending uangnya di tabung aja." Aku kembali melangkahkan kakiku.

Ting!

Aku mengecek ponselku saat terdengar ada notif masuk. Ternyata pesan dari Gendis, bendahara kelasku.

Gendis
RAN!!
10:13✓✓
Uang kas Lo belum lunas 2 minggu. 5000×2= 10.000
10:13✓✓
Lo juga blm bayar uang denda Lo krn g bawa tugas kmren, 10.000.
10:13✓✓
10.000+10.000= 20.000. HARUS LUNAS HARI INI!!!
10:14✓✓

Aku sempat takjub kepada Gendis. Kenapa dia tidak langsung mengatakannya kepadaku saat di kelas tadi? Padahal tempat duduk kami tidak jauh berbeda dan masih dibarisan yang sama. Padahal lebih mudah menagih langsung daripada harus di beri notif satu per satu seperti ini bukan?

Tapi ada untungnya juga sih tadi Adzra membuat selera makanku hilang, aku jadi tidak perlu beralasan tidak membawa uang kepada Gendis dan langsung membayar uang kas dan denda ku tanpa tunggakan lagi.

"Yah, ga jadi nabung deh gue." Aku mematikan ponsel ku dan memasukkannya ke saku rok putih abu-abu. Aku harus segera menuju kelas sebelum di bom chat oleh Gendis.

Gedung kelasku berhadapan langsung dengan lapangan basket. Saat aku sudah sampai di koridor, aku melihat sekilas ke lapangan dan tatapanku berhenti saat melihat cowok itu. Siapa lagi kalau bukan Aiden.

Aku melihatnya sedang duduk di tribun lapangan basket. Dia sedang tidak bermain basket. Mungkin karena kondisinya yang sedang tidak baik, pikirku.

Aku menghela nafas pendek dan melanjutkan tujuanku untuk segera pergi kekelas. Saat dikelas, aku langsung membayar semua tagihan ku kepada Gendis, sebelum dia benar-benar akan berteriak kepadaku.

"Nah gitu dong, langsung dibayar lunas. Jadi ngga perlu teriak-teriak gue." Gendis menerima uangku lalu menceklis kolom di bagian deretan namaku.

"By the way, nanti kelompok siapa aja yang presentasi?" Aku mengabaikan ucapan Gendis yang sebelumnya.

Gendis membuka buku catatannya, "Kelompok Fahmi sama kelompok lo."

Fulfilled [ON GOING]Where stories live. Discover now