✔Chptr.3

58 41 74
                                    


Jangan lupa vote dan comment ya✨️

🍃

'Aku mohon, pergilah dari kehidupan ku yang berharga ini! Aku tak ingin kau menjadikan ku pendendam yang abadi.
Enyahlah!'
—Ran

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

         
          Aiden terlihat sangat marah, terlihat dari ekspresinya. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal sempurna, matanya tajam dan menusuk. Aku tidak tahu ada hubungan apa Aiden dengan anak-anak ini, tapi sepertinya hubungan mereka tidak baik.

"Lepasin dia! Leno gak ada hubungan apa-apa sama lo." Suara Aiden mengema di kelas. Suara yang sebelumnya terdengar lembut saat berbicara padaku, lenyap, tidak terdengar saat ini. Suaranya berubah menjadi menyeramkan.

Cowok yang tadi menarik kerah Leno beralih menatap Aiden. Perlahan dia mulai melepaskan tangannya dari kerah Leno.

Aiden masih saja menatap mereka dengan tajam, tapi itu tidak mempengaruhi mereka sama sekali. Mereka malah memandang remeh Aiden, sesekali juga terkekeh geli saat melihat Aiden.

"Wah, sepertinya orang yang kita cari ada disini." Salah satu dari mereka berkata dengan suara yang menyebalkan.

Mereka bilang sedang mencari Aiden? Apakah situasi ini akan semakin buruk? Semoga saja tidak, aku mohon.

"Lo akhirnya muncul juga, Aiden."

Salah satu diantara mereka berjalan maju mendekati Aiden. Aku bisa melihat bordiran namanya di bajunya yang kucel itu, dia Alexander Mike. Dibajunya aku juga tidak melihat ada jahitan bendera merah putih, dia bisa saja anak kelas sebelas atau mungkin kelas dua belas.

"Ngapain lo kesini? Lo ngga pantes datang kesini!" Nada suara Aiden terdengar tidak stabil.

"Kenapa? Lo nggaa suka gue kesini?" Mike berjalan perlahan menuju kearah Aiden yang masih berdiri diambang pintu. Dia berhenti saat sudah berdiri tepat dihadapan Aiden.

"Urusan lo sama kami belum selesai." Cowok dibelakang Mike terlihat maju beberapa langkah.

"Mending kalian pergi!"

Aku mendengar suara Aiden lagi, kali ini suaranya naik satu oktaf.

"Kalo gue ngga mau? Lo mau apa, ha?!" Mike mendorong tubuh Aiden keras sekali. Jika Aiden tidak bisa mengontrol tubuhnya, dia bisa saja jatuh tersungkur dilantai.

Aku melihat Aiden yang hendak memukul wajah Mike. Dengan spontan aku menahan lengannya itu sekuat tenagaku. Sontak Aiden dan Mike menoleh ke arahku.

Aku menggelengkan kepalaku. "Jangan berantem," ucapku lirih.

Aku bisa melihat wajah Aiden yang terkejut melihatku, sepertinya dia lupa sejak tadi aku berada tepat disebelahnya. Aiden menurunkan tangannya perlahan membuatku lega.

Aku beralih melihat Mike yang sedang tersenyum miring. Dia menatap Aiden, lalu setelah beberapa saat dia kemudian menatapku.

Jujur, aku merasa takut tapi aku tidak mau diremehkan oleh orang seperti mereka. Aku berusaha keras membalas tatapannya yang hampir membuat nyaliku ciut.

Mike berjalan mendekatiku. Perlahan aku mundur beberapa langkah karena takut. Tinggal beberapa langkah lagi dia sampai dihadapanku, Aiden menahan tubuh Mike. Mike masih menatapku.

"Oh, jadi lo yang namanya Rani Apriliani Aqilla. Yang biasa dipanggil 'Ran' itu kan?"

Aku diam, tidak menanggapi. Aku tidak mau berurusan dengan mereka. Aku bisa melihat Aiden yang menolehkan kepalanya kearah ku. Sepertinya dia tau aku ketakutan.

Fulfilled [ON GOING]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz