✔Chptr.4

50 32 47
                                    


Jangan lupa vote dan comment ya✨️

🍃

Kamu harus bisa berdamai dengan masa lalu, jangan memusuhinya! Sesakit apapun itu, sepedih apapun itu, buatlah ia sebagai teguran bagimu. Berdamailah dengan masa lalu mu itu! Agar kamu bisa memiliki masa depan.
—Fatih

☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁☁

          Aku tidak berani berbicara dengan kak Fatih selama di dalam mobil. Aku sejak tadi hanya menatap keluar kaca mobil. Kak Fatih juga sejak tadi tidak mengajakku berbicara.

"Dek, kamu mau beli makanan dulu?" Setelah sekian lama kami diam, kak Fatih akhirnya membuka pembicaraan duluan.

Aku masih tidak berani menatap kak Fatih, jadi aku hanya menundukkan kepalaku sambil memainkan jariku sendiri. "Makanan apa?"

"Cemilan, maybe." Aku bisa melihat dari ujung mataku kak Fatih melihat kearah ku. Sedangkan aku menunduk semakin dalam.

"I-iya deh kak." Aku akhirnya mengiyakan tawaran kak Fatih.

Memang tadi saat aku masih di kelas, aku memiliki niatan untuk mengajak kak Fatih buat belanja. Salah satunya mengisi cemilan kosong dirumahku. Aku sudah mengeluh dengan kak Fatih untuk dibelikan cemilan dari seminggu yang lalu, tapi tidak juga kesampaian.

Padahal aku paling bersemangat saat disuruh belanja cemilan dengan kak Fatih. Tapi entah kenapa, energi ku terasa seperti tersedot habis dengan kejadian tadi.

Aku masih tidak bisa melupakan kejadian tadi. Dimana aku harus bertemu lagi dengan Sammy. Aku sudah bersusah payah melupakan semua kenangan tentang dia. Tapi, semuanya kembali muncul saat dia tiba-tiba saja datang dan terlihat oleh mataku.

"Kamu mau kentang dek? Kentang dirumah udah habis kan?" Kak Fatih menolehkan kepalanya kearah ku yang berada tepat di sebelahnya.

Aku mendongak. "Iya kak, mau." Aku kembali menundukkan kepalaku sambil mengeratkan genggaman ku di tali tas punggungku.

Aku bisa mendengar kak Fatih menghembuskan nafasnya berat. Aku jadi tambah takut untuk melihat wajah kak Fatih saat ini.

"Dek."

Aku tidak menanggapi, berusaha untuk tetap menenggelamkan kepalaku.

"Dek!"

Aku melirik kak Fatih sekarang yang sudah tepat di depan ku. Tapi aku tetep keukeh tidak menanggapi.

"Rani Apriliani Aqilla."

Kak Fatih memanggil nama lengkapku, itu berarti tandanya dia sudah benar-benar kesal sekaligus marah terhadapku. Aku perlahan mendongakkan kepalaku dan takut-takut menatap mata kak Fatih yang tajam.

"Tolong lah, jangan terus terlarut dalam masa lalu."

Aku menelan salivaku, "m-maksudnya kak?"

"Sikap kamu ini ngga bisa bohong, Ran. Pasti Sammy lagi, kan?" Sudah aku bilang, kak Fatih tidak bisa dibohongi. Cepat atau lambat dia akan tau apa yang sebenarnya terjadi.

Aku terdiam.

"Jangan dipikirin lagi ya," suara lembut kak Fatih berhasil membuatku luluh dan tersadar.

Kak Fatih mengelus lembut puncuk kepalaku. Aku samar-samar mengangguk. Terlihat senyum tipis kak Fatih yang terukir diwajahnya. Tipis sekali, bahkan hampir tidak terlihat.

"Yaudah, yuk kita lanjutin belanjanya!"

Kak Fatih menarik tangan ku lalu mengaitkannya. Aku pasrah saja ditarik kak Fatih.

Fulfilled [ON GOING]Where stories live. Discover now