Chapter 1 - Natasha Winchester

5.5K 1.1K 3K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sepuluh menit sebelum bel pertama berbunyi, aku berdiri di depan lokerku, menekan tombol kombinasi gembok dan membukanya, kemudian mengambil binder musik dari dalam sana. Kumasukkan benda itu ke dalam ransel.

"Kau sudah menyelesaikan lagu ciptaanmu?" tanya Myra, teman perempuanku di marching band. Ia kakak kelasku, kami berbeda satu tahun. Gadis keturunan India berambut hitam sebahu itu bersandar pada loker sebelahku. Tote bag kanvas berwarna hitam tersampir di bahunya.

"Belum." Aku menutup pintu loker, kemudian menguncinya. "Aku masih merasa kurang puas dengan bait-bait terakhirnya."

"Kau harus menyelesaikannya segera. Mungkin saja di pertandingan football selanjutnya kita akan memainkan lagu ciptaanmu," ujar Myra.

Aku terkekeh. "Semua itu kembali pada Ezra, 'kan? Ia yang membuat keputusan."

Myra memutar bola mata. Ia melangkahkan kaki membelah lorong lantai satu yang mulai dipenuhi oleh siswa yang berlalu-lalang, aku berjalan di sebelahnya. "Aku benar-benar bosan harus memainkan lagu kebangsaan Berry High setiap pertandingan football diadakan. Kau tahu, ketika kau bergabung di marching band, aku punya firasat kau akan membawa perubahan besar. Maksudku ... kau pemain trompet sekaligus komposer remaja paling berbakat yang pernah kukenal! Aku akan sangat senang jika kita bisa memainkan lagu lain!" oceh Myra.

Mendengar pujian itu, kedua sudut bibirku terangkat sedikit. "Aku masih harus banyak belajar. Tapi, yah, terima kasih."

Belum jauh kami berjalan, seorang gadis latino berambut hitam pendek dengan blus berkerah menghadang kami di tengah lorong. Tangan kirinya sibuk memegang binder kecil, sedangkan tangan kanannya memegang pulpen, bersiap untuk mencatat sesuatu. Senyumannya begitu lebar. Aku mengenalnya, ia teman sekelasku.

"Bolehkah aku menanyakan beberapa hal pada kalian?" tanyanya, "untuk survey homecoming yang akan diadakan beberapa bulan lagi."

"Oh, hai, Maria. Sure." Aku mengangguk.

"Let's see ...." Maria menunduk untuk membuka lembaran binder-nya, membaca sesuatu, kemudian kembali mendongak, menatapku dan Myra bergantian. "Live DJ atau grup band?"

"Untuk homecoming? Live DJ," jawab Myra cepat, "DJ bisa memainkan lagu apa pun, sesuai tema atau mood saat itu. Sedangkan grup band, mereka biasanya hanya menguasai satu aliran musik saja."

Maria tersenyum. "Ah, kau genius, Myra!" Gadis itu menuliskan sesuatu di binder-nya.

"Yeah, live DJ tidak buruk," jawabku.

"Oke, oke, lalu ...." Maria kembali mendongak. "Kudapan dan minuman apa yang kalian inginkan untuk ada di snack bar?"

Selama tiga menit ke depan, Maria mengajukan sekitar lima pertanyaan, dan aku menjawab asal-asalan. Aku tidak tertarik dengan pesta dansa sekolah. Itulah mengapa pendapatku tidak penting, karena aku tidak akan datang.

Winter Serenade [COMPLETED]Where stories live. Discover now