Chapter 2 - The Party

2.5K 937 2.2K
                                    

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Kamis sore tidak ada latihan band sepulang sekolah, sehingga aku bisa pulang lebih cepat dan memiliki waktu luang lebih banyak

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Kamis sore tidak ada latihan band sepulang sekolah, sehingga aku bisa pulang lebih cepat dan memiliki waktu luang lebih banyak. Di sinilah aku, berada di dalam kamar, berbaring di atas ranjang yang empuk sambil bermain ponsel. Ketika asyik menggulir Twitter, ponselku bergetar. Nama 'Ezra Mitchell' tertera di sana. Aku menekan tombol berwarna hijau, mengangkat teleponnya. "Yeah?"

"Aiden, kau datang ke party Brian malam ini, 'kan?"

"Sorry?" tanyaku.

"Party!" Ezra menghela napas kasar. "Party-nya Brian!"

"Brian ... Crandall? Siswa tahun kedua? Quarterback tim football kita?"

"Yep."

Aku mengernyit. "Dia tidak mengundangku. Aku bahkan tidak kenal dengannya!"

Ezra tertawa. "Nope, dia mengundangmu. Adikku bilang semua temanku di klub band boleh datang!"

Aku memutar bola mata. "Party? Tempat di mana murid-murid populer berkumpul dan suara musik yang nyaris memecahkan gendang telinga? Tidak, terima kasih."

"Ayolah, sekali-kali kau harus mengisi baterai sosialmu dan berinteraksi dengan banyak orang! Ini party-nya Brian Crandall! Kau tahu seberapa kaya orang tuanya dan sebesar apa rumahnya? Pasti akan sangat menyenangkan!" oceh Ezra.

"I'm an introvert, okay? Menyendiri adalah caraku mengisi energi," jawabku.

"Tapi semua orang di klub band datang, bahkan Myra!" Ezra bersikeras.

Aku terdiam selama beberapa saat, kemudian menghela napas dan menjawab, "Baiklah."

"Oke, aku dan Myra akan jemput kau jam tujuh malam," ucap Ezra sebelum menutup telepon.

Aku menghela napas berat, kemudian meletakkan ponsel di atas ranjang dan menatap kosong langit-langit kamar. Well, aku tidak pernah bilang bahwa aku benci datang ke sebuah pesta, sejujurnya aku hanya bingung akan melakukan apa di sana. Namun, Ezra benar, sesekali aku harus berinteraksi dengan banyak orang, 'kan?

Tepat pukul tujuh malam, mereka berdua menjemputku. Aku membuka pintu mobil Ezra dan duduk di bangku penumpang belakang yang rupanya kosong. Myra duduk di bangku penumpang depan, tepat di sebelah Ezra yang malam ini bertugas sebagai pengemudi.

Winter Serenade [COMPLETED]Where stories live. Discover now