Tahun ajaran baru, seorang pemain saxophone bergabung dalam klub band sekolah dan berhasil menyita perhatian semua orang. Selain sifatnya yang supel dan kemampuannya dalam bermusik, gadis itu berhasil menyatukan murid-murid yang berbeda kepribadian...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[Flashback]
Aku membuka mata, melihat keadaan di sekitarkudengan samar. Tubuhkusangatsulitdigerakan, seolah-olahenergikuterkurashabis. Aku juga merasakansakithampir di seluruhbagiantubuhku, baiksakit karena luka basah maupun lebam.
Aku menggerakantangankanankusecaraperlahan, kemudianmenyentuhlengan Dad yang duduk di sampingkananku. Beliaumenolehkearahku dan tersenyumlebar, iris hazel-nyaberkaca-kaca. Lelakiparuhbayaitumengeluspunggungtangankudenganlembut, jemarinyabergetarhebat.
"You'll be alright, kiddo. I promise."
"Dad?"
Suarakuterdengarparau, bahkanuntukmengucapkansatu kata pun sulit.
Aku menolehkearahkirikusecaraperlahan, melihat seseorang yang kurindukanmenangistersedu-sedu, seseorang yang kukirasudahpergimeninggalkankuuntukselamanya.
"Mom?"
*****
[Present day, Aiden POV]
Aku berjalan secepat mungkin menuju ruang musik. Meskipun samar, percakapan Nat dan Cameron di koridor tadi dapat kudengar.
Semua ini salahku, seharusnya aku tidak perlu mengajak Cameron bergabung di band. Tetapi, menyesali sesuatu yang sudah terjadi tidak akan ada gunanya. Saatnya memperbaiki segala kekacauan yang kubuat, kan?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.