Bagian 8

931 98 87
                                    

"Kau... tidak bekerja?"

Sehun menggelengkan kepalanya. "Pukul delapan nanti aku harus bertemu dengan teman-temanku. Jadi sebelum aku pergi kau ingin aku buatkan ses __."

"Jangan pergi."

"?"

Jiyeon terbelalak kaget saat ucapan itu meluncur begitu saja. Sungguh, dia mengatakan itu tanpa sadar.

"Ma... maksudku__." Jiyeon tak dapat meneruskan ucapannya saat melihat Sehun mengulas senyumnya.

Bukan senyuman paksa, itu senyuman yang membuat pria itu terlihat sangat tampan.

Senyuman yang entah kenapa membuat jantungnya berdetak rusuh dan pandangannya tak bisa lepas dari wajah itu.

"Kenapa?"

Jiyeon mengulum belah bibir bawahnya saat Sehun bertanya dengan senyuman yang masih betah dia sunggingkan.

"Aku... Aku... Tidak! Kau boleh pergi." Jiyeon mendudukan dirinya membuat senyuman Sehun perlahan luntur lalu pria itu kembali berdiri.

"Pasti pertemuan itu penting. Jadi pergilah. Jangan pikirkan ucapanku tadi." Jiyeon berucap tanpa menatap Sehun yang tengah memandangnya.

"Aku__!" Jiyeon terkesiap saat Sehun tiba-tiba menarik lengannya sampai membuatnya berdiri dan menubruk tubuh tinggi pria itu.

"Sehun.." cicitnya masih dalam mode terkejut. "!" Lagi, Jiyeon dibuat terkesiap ketika tangan kanan Sehun merengkuh pinggangnya dan menekannya, membuat tubuhnya semakin menempel dengan tubuh pria itu.

"Jika kau tidak ingin aku pergi maka aku tidak akan pergi."

Suara itu dan tatapan itu.

Kenapa Sehun membuat dirinya tak bisa bergerak bahkan hanya untuk seinchi? Dan kenapa jantungnya semakin berdetak rusuh?

"Aku..." Tangan Jiyeon spontan menekan dan meremat pakaian Sehun saat pria itu kembali mengeratkan rengkuhannya.

Jiyeon memejamkan matanya. "Sehun, aku..."

"Aku mencintaimu."

Jiyeon sontak membuka matanya sehingga kini dia bersitatap dengan pria Oh yang menatapnya dengan tatapan penuh kelembutan.

Jiyeon tidak tahu harus mengatakan apa. Pikirannya terasa blank dan lidahnya kelu. Jadi yang dia lakukan adalah menumpukan kepalanya didada bidang pria itu dan betapa terkejutnya karena telinganya dapat mendengar dentuman kasar -juga cepat, dari pria yang memeluknya ini.

Bukan hanya dirinya yang berdegup cepat seperti ini, tapi Sehun juga sama.

Degupan jantungnya begitu cepat namun entah kenapa membuatnya terasa tenang dan menyenangkan sehingga tanpa sadar matanya terpejam.

"Kau tidak akan pergi?"

"Jika kau yang meminta maka aku tidak akan pernah pergi." Suara Sehun terdengar begitu yakin. Tak ada keraguan disana.

"Kalau begitu..." Jiyeon membuka matanya lalu memandang pria yang masih setia menatapnya. "...jangan pergi."

Sehun menganggukkan kepala, tersenyum lalu mengecup dahinya.

***

Le Samedi

***

Suara alarm dari ponsel membuat tidur nyenyak perempuan yang bergelung dibalik selimut itu perlahan terusik.

Cicitan protes dengan suara yang lucu meluncur dari mulutnya.

Le Samedi [COMPLETE]Where stories live. Discover now