Bagian 9

1K 101 55
                                    

"Aahh~ dingii~n." Jiyeon berlari kecil ke dalam rumah dan mendudukan diri disofa. Matanya melirik pada Sehun yang berjalan dengan santai melewati pintu.

Saat dalam perjalanan pulang dari minimarket tiba-tiba saja salju turun lumayan lebat.

"Kau tidak kedinginan?"

"Aku pria kuat."

Jiyeon mengernyit tak suka. "Jadi maksudmu aku perempuan lemah?" Dia berdiri dan menyilang tangannya.

Sehun tahunya menggedik bahu, seolah tidak peduli dengan apa yang baru diungkapkan oleh istrinya. Langkahnya dia bawa menuju dapur membuat Jiyeon mengerucutkan bibir dan menyusulnya.

"Aku lemah hum?" Jiyeon menyenggol lengan Sehun saat pria itu meletakan kresek berisi lima bungkus ramyun, empat kaleng soda, telur, sosis, dan keju di atas meja makan.

"Kau ingin jawaban seperti apa?" Sehun malah berbalik tanya.

"Jawaban jujur! Ah tidak..." Jiyeon menggelengkan kepalanya. "... jawaban yang membuatku senang!"

Sehun tersenyum lalu dengan mudahnya mengangkat tubuh mungil sang istri dan mendudukannya dimeja.

Jeritan kaget spontan meluncur dari bibir yang dipoles lipstik merah.

Sehun menumpukan kedua tangannya disisi tubuh Jiyeon, sedang tubuhnya agak merunduk -membuat wajahnya sejajar dengan wajah si perempuan.

Jiyeon tiba-tiba saja merasa gugup saat Sehun hanya terdiam sembari memandang dirinya.

"He..hentikan." Jiyeon mencicit dengan wajah merona malu. Ah dia tidak tahu kalau ditatap oleh Sehun akan membuat dirinya merasa malu dan ... gugup.

"Kau ingin mendengar jawabanku?"

Jiyeon mengangguk. Rona merah masih menghiasi wajahnya.

"Aku memanglah kuat hanya saja kau lebih kuat dariku."

"Huh?"

"Tanpa perlu menggunakan kekuatan besar kau bahkan bisa menghancurkanku."

Jiyeon nampaknya masih belum mengerti akan apa yang diucapkan oleh Sehun.

"Dengan pergi dari sisiku, meninggalkanku, kau sudah bisa membuatku hancur. Tak bersisa."

Wajah bingung Jiyeon perlahan berubah menjadi ringisan lalu sebuah sentilan mendarat didahi Sehun.

"Ah!" Sehun mengelus dahinya. Sentilan perempuan itu lumayan sakit rupanya.

"Ish! Aku serius bertanya. Kenapa jawabanmu seperti itu?"

"Tapi jawabanku juga serius. Tidak main-main."

Jiyeon mengerucutkan bibirnya. Pandangannya lantas menangkap merah samar didahi pria-nya.

Kedua tangannya meraih wajah Sehun lalu mengecup dahi itu setelah sebelumnya mengatakan 'maafkan aku. Segeralah sembuh' yang mana membuat Sehun tersenyum lebar.

"Tapi aku memang tidak tahan dingin." Jiyeon tiba-tiba berucap, melanjutkan topik awal mereka. "Aku lemah terhadap dingin."

"Kalau begitu aku akan membuatmu selalu hangat." Kedua lengan kekar itu bergerak, memeluk tubuh Jiyeon. "Apa sudah cukup hangat?"

"Tidak. Aku masih merasa dingin." Nada bicaranya terdengar sangat manja.

Sehun mengeratkan pelukannya seiring dengan Jiyeon yang membalas pelukan itu.

"Ini baru hangat." Jiyeon menyamankan posisi kepalanya yang tepat didada Sehun. "Aku suka."

"Kalau begitu aku akan terus memelukmu sampai pagi."

Le Samedi [COMPLETE]Where stories live. Discover now