Lima Belas

8.3K 1.2K 44
                                    


Jaehyun berlari keluar barak dengan sebuah pedang panjang di tangan.

Dibelakangnya, Jiyeon berdiri menatap kekacauan yang mulai terjadi. Ada api yang berkobar di salah satu barak. Bayang-bayang mimpi itu kembali menghantui Jiyeon.

"Tunggu aku di dalam barak, aku akan segera kembali."

Jaehyun baru akan beranjak, namun jemari Jiyeon menggenggam pergelangan tangannya erat. "Jangan pergi, Seja Jeoha. Saya takut."

"Aku tidak bisa membiarkan yang lain berjuang sendirian." Balas Jaehyun. "Kau akan aman disini. Tetap berada dalam barak. Aku berjanji akan kembali."

Jaehyun melangkah menjauh, mengindahkan panggilan Jiyeon di belakangnya.

Pedang milikknya melayang beberapa kali. Menghantam para penyusup yang menyerang barak perburuann juga rakyat negerinya.

Jaehyun menatap ayahnya yang ikut bermain pedang. Dengan begitu gagah maju menghadang penyusup lain hingga keadaan di sekitar mereka menjadi hening. 

Dan itu terasa amat janggal.

Pertempuran berakhir dengan begitu cepat. Haruskah Jaehyun merasa lega? Atau curiga?

Cukup lama Jaehyun saling bertatap mata dengan ayahnya sebelum pemegang tahta tertinggi kerajaan itu berteriak kencang.

"DIMANA ISTRIMU?"

Pertanyaan itu memukul kesadaran Jaehyun. Ia segera berlari menuju barak khusus miliknya. Perasaan Jaehyun mencelos saat menemukan Doyoung dan Penasihat Kim tengah bertarung pedang melawan beberapa penyusup di pintu masuk barak.

Jantungnya terasa hampir lepas begitu mendengar isakan Jiyeon meski keadaan terasa sangat ribut dan tidak kondusif.

Jaehyun berjalan mendekat. Membantu sepupu dan penasihatnya menghadapi beberapa penyusup yang berusaha memasuki barak.

SRAK!

Ayunan terakhir, seorang lagi penyusup tumbang. Jaehyun memasukkan pedang kedalam tempatnya lalu berjalan melewati Doyoung yang tampak terengah tengah menumpukan diri pada pedang yang ia tancapkan di tanah.

Dari dalam barak, Jaehyun mendengar tangisan Jiyeon yang semakin keras. Jadi ia segera membuka pintu barak, membuat Jiyeon mendongak dan lagi-lagi gadis itu berlarian padanya. Membuat Jaehyun secara begitu saja merentangkan lengannya, menyambut Jiyeon dengan pelukan yang erat.

"Apa Putra Mahkota terluka?"

Begitulah pertanyaan yang terlontar dari bibir Jiyeon saat ia tenggelam dalam pelukan Jaehyun. Gadis itu masih menangis. Lalu bertanya perihal yang sama berkali-kali. Dan Jaehyun menjawabnya dengan nada rendah untuk menenangkan.

"Syukurlah Seja Jeoha baik-baik saja. Saya.." Jiyeon menahan tangisannya. "Saya takut kehilangan.." Ucap gadis itu dengan suara seraknya.

Air mata yang mengalir di pipi Jiyeon membuat Jaehyun terpana. Pelan tapi pasti ia mengangkat jemari, mengusap pipi sang Putri Mahkota untuk pertama kalinya. Menghapus jejak air mata dari kedua pipi lembutnya.

"Apa kau memiliki firasat aku akan meninggalkanmu?"

Jiyeon mengangguk, dan air matanya kembali tumpah. Jaehyun menatap binar kesungguhan dalam manik madu milik Putri Mahkota. Binar yang entah sejak kapan berhasil menabuhkan genderang perang dalam dadanya.

Jemari Jaehyun kembali mengusap pipi istrinya, kali ini suaranya berubah menjadi bagitu lembut namun penuh antisipasi.

"Apa kau.. menangis karena takut aku akan pergi?"

Belum sempat Jiyeon menjawab, suara busur panah yang terlepas menyambangi pendengaran mereka. Lamat-lama Jiyeon melihat ujung busur yang semakin mendekat. Lalu entah bagaimana ia bergerak, memutar tubuhnya menggantikan Jaehyun.

Tak lama hangat itu menjalar pelan dari punggungnya.

Jiyeon tidak merasakan apapun. Perlahan hitam menelannya, juga kesadarannya. Dan hal terakhir yang Jiyeon dengar adalah panggilan keras dari sang Putra Mahkota.

Suaminya.

[✔] Crown Prince's First Love | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now