[Season Series] | Morosis - Taeyong Version

6

"No! She's still alive!"

•••

"Taeyong, tidak ingin bermain basket dulu?"

Yang ditanya menoleh sesaat sebelum kembali fokus menyimpul tali sepatunya. Setelah tersimpul rapi, Taeyong berdiri tegak dan tersenyum manis untuk gadis kesayangannya.

"Kamu ingin lihat aku bermain basket?"

"Ya. Aku sangat senang melihatmu bermain basket!"

Taeyong mengusak surai gadis di hadapannya dengan gemas. Tangannya turun untuk merangkul bahu mungil milik gadisnya sebelum menoleh ke satu arah.

"Jihyo! Winwin! Pulanglah lebih dulu!"

Jihyo mengernyit. "Ingin bermain lagi?"

"Ya! Hati-hati di jalan!"

Keduanya mengangguk bersamaan sebelum melambaikan tangan dan pulang bersama meninggalkan Taeyong juga Jennie di depan kelas.

Taeyong menarik Jennie menuju lapangan setelah sebelumnya meminjam bola basket dari ruang peralatan olah raga. Tanpa menunggu lama, pemuda Lee itu mulai hanyut dalam permainnya dengan Jennie yang sesekali bertepuk tangan saat bola oranye yang Taeyong lempar berhasil masuk ke dalam ring.

Langit mulai berubah warna menjadi kelabu disertai suara gemuruh. Jennie mendongak, menatap ngeri pada langit lalu beranjak dari duduknya guna menghampiri kekasihnya.

"Taeyong, ayo pulang. Hujan sepertinya—"

Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya, rintik hujan sudah lebih dulu turun membasahi bumi. Jennie berdecak kesal lalu menarik Taeyong yang nampak tengah menikmati hujan di jemarinya.

"Kenapa tidak bermain hujan saja?" tanya Taeyong setelah mereka berdiri di lorong kelas yang menghadap ke lapangan.

Jennie menggeleng. "Tidak mau. Aku benci hujan."

Taeyong tertawa lalu membawa sang gadis ke pelukannya. Mereka mengambil tas dan menunggu hujan reda di lobby sekolah. Namun hingga dua jam kemudian, hujan tak kunjung reda. Jennie sudah sangat bosan, ingin segera pulang karena tidak ada yang bisa dilakukan lagi.

"Taeyong..."

"Yes, kitten?"

"Aku ingin pulang."

Taeyong mengernyit. "Tapi hujan masih sangat deras. Kamu tahu 'kan aku tidak membawa kendaraan? Aku juga tidak membawa payung, kamu bisa basah nanti saat kita berlari menuju halte."

Gelengan kepala Jennie berikan untuk kekasihnya. "Tidak apa. Aku ingin cepat pulang, ini waktunya pulang, Taeyong. Ayo cepat antar aku!"

"Baiklah." Si pemuda menghela napasnya sebelum meraih jemari Jennie dan menariknya untuk berlari di tengah guyuran hujan.

Beberapa kali Taeyong tertawa karena Jennie menginjak kubangan air dan mengeluh, nyaris mengumpat karena kesal. Sampai di pinggir jalan, Taeyong menoleh ke kanan dan kiri sebelum menyebrang—karena halte yang terletak di seberang jalan—lain halnya dengan Jennie yang langsung melepas genggaman dari kekasihnya sebelum berlari menyebrang jalan.

Taeyong terkejut saat gadisnya melangkah tanpa melihat situasi. Baru saja akan menyusul, sebuah truk melaju dengan sangat cepat membelah jalan yang basah. Tepat mengarah ke gadisnya.

"Jennie tung—JENNIE!"

Terlambat. Kejadian yang tidak Taeyong inginkan tidak terelakkan. Di sana, gadisnya terbaring berlumuran darah dengan mata memejam. Keadaan jalan seketika menjadi ramai.

Taeyong berlari menuju kerumunan tersebut dan menerobosnya.

"Permisi! Jennie!"

Seorang wanita paruh baya memeriksa denyut nadi Jennie. Tepat saat Taeyong berlutut di samping gadisnya, wanita itu mengangkat kepala.

"Apa kamu teman gadis ini?" tanyanya.

Taeyong mengangguk cepat. "Ya! Aku akan menelpon ambulance secepatnya agar—"

"Maaf, Nak. Temanmu sudah tidak terselamatkan..."

"A-Apa?!"

"Temanmu sudah mening—"

"Tidak! Dia pasti masih hidup! Selamatkan dia! Siapapun, tolong telepon ambulance... Tolong!"

Taeyong meraung di bawah hujan deras dengan kepala Jennie yang berada di pangkuannya. Gadisnya... Gadis yang dia cintai, harus pergi secepat ini.

Taeyong mengutuk hujan. Karenanya, dia harus kehilangan Jennie. Pemuda itu terus meraung dan menangis hingga tidak sadarkan diri.

- Morosis -

Season Series - January 2019