9

4.3K 907 33
                                    

"Stop smiling like you're okay

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Stop smiling like you're okay."

•••

Seminggu berlalu. Keadaan mulai berubah. Kamu tidak lagi pergi makan siang bersama ketiga orang yang kamu sayangi. Tidak lagi bermain dan duduk di dekat mereka.

Kamu bertukar tempat duduk dengan salah seorang siswi yang menempati kursi bagian depan. Kamu selalu membawa bekal dan memakannya di dalam kelas dengan headset yang menyumpal telingamu.

Winwin dan Jihyo memang masih mengajakmu bicara, kamu juga masih memberikan respon yang baik. Namun hanya sebatas itu. Tidak ada lagi canda tawa riang kalian saat jam istirahat, saling melempar kertas atau penghapus saat salah seorang di antara kalian mengantuk di jam pelajaran. Tidak ada lagi acara makan siang bersama di kantin sekolah.

Begitu pula dengan Taeyong. Pemuda itu semakin tertutup dari hari ke hari. Hanya memperhatikanmu yang tersenyum dan tertawa dari tempat duduknya tanpa menghampirimu seperti biasanya.

Tepat saat bel pulang sekolah berbunyi, Taeyong merapikan buku dan alat tulisnya dengan cepat. Semuanya harus diselesaikan.

"Ayo kita pulang bersama seperti biasanya, (Y/n)!" ajak Winwin semangat dan hanya kamu balas dengan gelengan pelan serta senyuman tipis.

"Ada yang perlu aku beli di toko ujung jalan. Pulanglah dengan Jihyo lebih dulu."

"Tapi aku bisa mengantarmu seperti biasa dan kita—"

Kamu menggeleng lagi. "Tidak perlu. Pulanglah. Aku akan kembali ke rumah secepatnya. Jangan khawatir."

Winwin terdiam selama beberapa saat kemudian mengangguk canggung. Sebuah senyum dia berikan padamu sebelum menarik Jihyo keluar kelas. Kamu menghembuskan napas, meraih tas dan bangkit dari tempat dudukmu.

"(Y/n)."

Matamu memejam beberapa detik sebelum memutar tubuhmu dengan ekspresi bahagia yang terlihat dibuat-buat. "Ya?"

Taeyong menghela napasnya pelan. Mendekat ke arahmu dengan langkah pasti.

"Berhenti berpura-pura terlihat baik-baik saja. Berhenti tersenyum seakan kamu tidak terluka, dan, ayo berhenti. Sampai di sini," ujar Taeyong tegas.

Kamu tahu. Cepat atau lambat ini akan terjadi. Maka, masih dengan senyum lebarmu, kamu mengangguk dan mengulurkan tangan.

"Senang bisa menjadi kekasihmu, Tae."

Jantung Taeyong seakan tertancap duri saat kamu menyebut nama kecilnya. Dan...hanya kamu yang memanggilnya seperti itu.

"Ah, apa aku boleh meminta sebuah permintaan terakhir?"

Taeyong mengangguk dengan raut wajah datar. Berbanding terbalik dengan hatinya, entahlah, dia sendiri juga tidak mengerti.

"Apakah...kamu bisa memelukku untuk terakhir kali? Sebelum aku pergi nanti?"

Pergi? Jantung Taeyong kembali berdenyut nyeri. Permintaan sederhana yang sarat akan makna. Dan dia akan menyanggupinya, untuk yang terakhir kali.

Maka dalam satu gerakan cepat, Taeyong menarikmu ke pelukannya. Dia mendengar deru napasmu yang mulai tidak beraturan.

Matamu terasa perih. Sebisa mungkin kamu menahan tangismu di hadapan pemuda Lee ini.

Puas memeluk Taeyong—yang pada kenyataannya kamu hanya menghindari kejadian tidak terduga, menangis dalam pelukannya—kamu mendorong tubuhnya dan tersenyum lebar.

"Terima kasih, Tae. Semoga kamu bertemu dengan Jennie lagi, entah itu di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya. Tapi, akan lebih baik jika kamu meng-ikhlaskannya dan mencari kebahagiaanmu sendiri yang mungkin saja masih disembunyikan Tuhan. Aku...bahagia bisa mengenalmu. Aku—akan pulang sekarang. Selamat tinggal!"

Bersamaan dengan kamu yang berlari, air matamu juga turun membasahi pipi. Isakan halus keluar dari bibirmu.

Taeyong menatap nanar tempat dudukmu. Semua berakhir, harusnya dia bahagia, 'kan?

Dan kini, Taeyong merasa lega. Juga kosong.

- Morosis -

Season Series - January 2019

Season Series - January 2019

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
[Season Series] | Morosis - Taeyong Versionजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें