24. Hourglass (END)

2.1K 356 273
                                    

Setelah meninggalkan Rumah Pantai, Seongwoo sebenarnya berencana langsung kembali ke Seoul. Tapi dia tidak bisa menahan tumpahan air matanya. Akhirnya dia menepikan mobilnya di tepi jalan.

Sendirian dalam kegelapan, Seongwoo menangis.

Malam itu dia pulang rumah keluarganya. Apartemen yang disewanya beberapa bulan terakhir sudah dikembalikannya kepada pemiliknya. Lagi pula tidak ada siapapun di rumah itu yang akan menggangunya. Kakaknya dan keluarga masih berada di New York, hanya pelayan yang tidak akan bertanya apa-apa.

Seongwoo juga belum memutuskan akan berapa lama dia akan berada di sini, atau akan kemana dia setelah ini.

Apakah dia akan menetap di Seoul. Ataukah dia akan kembali ke New York?

Seongwoo belum memutuskan.

New York. Seongwoo menggigit bibir mengingat kekacauan yang dibuatnya di sana. Rasanya kembali ke New York bukan pilihan yang baik sekarang. Tak terhitung berapa banyak orang yang marah kepadanya di sana.

Walau Sunghoon bisa menerima keputusan Seongwoo, tapi dia yakin keluarga pria itu tidak. Karena bukan hanya pesta pernikahan saja yang dibatalkan oleh Seongwoo, tapi semuanya.

Satu tahun pertunangan.

Tiga tahun hubungan.

Seumur hidup kepercayaan.

Tidak ada masa depan bagi Seongwoo di New York.


Tapi melihat reaksi Daniel kemarin, kelhatannya juga tidak ada masa depan baginya di sini.

...

Seongwoo memandang jam yang tergeletak di atas meja. Ternyata dia tertidur lebih dari 12 jam. Matahari sudah tinggi, cahanya yang terang menyinari kamar yang tidak ditutup tirainya semalam.

Seongwoo tidur di kamarnya semasa kecil. Tak banyak yang berubah walau sudah ditinggalkannya sekian lama. Kelihatannya sekian tahun ayahnya tidak peduli, dan tiga tahun terakhir, penghuni baru rumah tersebut pun tidak ambil pusing.

Kamar itu cukup terawat. Para pelayan pasti rutin membersihkannya. Letak perabotan masih sama. Hanya kehilangan sentuhan pribadi. Sudah tidak ada barang Seongwoo di sana. Tapi tetap saja membawa Seongwoo dalam kenangan.

Semalam dia terlalu lelah untuk memperhatikan. Kini kilasan itu kembali padanya. Malam-malam yang dihabiskannya dalam ketakutan, meringkuk di bawah selimut, was-was akan langkah kaki Ayahnya yang mendekat. Malam-malam dimana dia menangisi nasibnya.

Tapi ada juga kenangan lain. Malam ketika dia merasa bahagia. Malam ketika dia tertawa mengingat lelucon Daniel dan pengalaman membolos mereka. Malam dimana dia bisa tidur nyenyak setelah mengungkapkan bebannya.

Seperti semalam.

Seongwoo tidur sangat pulas malam itu. Bebannya selama tujuh belas tahun ini terangkat dari pundaknya.

Rasanya sangat lega sudah mengakui segalanya.

Dan seperti katanya kepada Daniel, dia tidak mengharapkan pengampunan. Dia tahu dia bersalah dan tahu kesalahannya akan terlalu berat untuk dimaafkan.


Walau ada bagian kecil hatinya yang berharap.

Daniel.

Dia berharap pada Daniel.

Dia berharap Daniel mau membaca suratnya.

Dia berharap Daniel akan memahaminya setelah membaca surat-surat itu.








HOURGLASS [END] | OngNielWhere stories live. Discover now