Dihukum Ketos

516 246 213
                                    

Untung sayang. Kalau enggak, udah habis sama gue!
-Aldo Pratama-

Ternyata itu adalah suara Aldo si Ketua OSIS dan wakilnya yang bertugas untuk memberikan hukuman kepada siswa dan siswi yang terlambat datang.

Rhani menatap tubuh Aurel dari atas sampai ke bawah, kemudian ia melirik Aldo seraya memberi kode untuk menatap Aurel juga. Aldo menaikkan sebelah alisnya, setelah mengerti maksud dari Rhani barulah ia menganggukkan kepala.

Kemudian Rhani berjalan mendekati Aurel, dan membungkukkan sedikit badannya, lalu tangannya terulur menyentuh paha Aurel.

Aurel menepis tangan Rhani, lalu mundur beberapa langkah ke belakang, "Lo ngapain, sih?"

Rhani menegakkan tubuhnya kembali. "Satu jengkal," ujar Rhani disertai dengan gelengan kepala, "Rok yang lo pakai itu satu jengkal di atas lutut, lo nggak punya duit lagi apa buat beli rok baru?"

Aurel mendengus. "Udah deh, gue lagi nggak mood ngeladeni ocehan lo, mendingan kasih hukuman aja tanpa embel-embel ceramah."

Aldo menatap tajam Aurel. "Lo jangan ngatur-ngatur! Di sini itu yang jadi Ketua OSIS gue, bukan elo!" Mendengar ucapan Aldo membuat Aurel memutar bola matanya.

"Gue mau masuk," kata Aurel sembari berjalan ke arah pintu pagar yang sudah dibuka oleh Aldo.

"Enak aja!" jawab Rhani ketus. Rhani adalah Wakil Ketua OSIS.

"Jadi gue mau diapain lagi sih?" tanya Aurel pasrah. Karena ia tahu sekeras apapun usahanya membujuk kedua makhluk itu, tidak akan pernah berhasil.

"Seperti biasa," jawab Aldo cuek.

"Lo ngga bosen ya tiap hari dihukum mulu? Buku dosa ini hampir dipenuhi oleh nama lo." Rhani menatap sinis Aurel.

Aurel tersenyum kecut. "Seharusnya gue yang nanya hal itu sama kalian. Emang kalian ngga bosen ya tiap hari menghukum gue mulu?" tanya Aurel sembari menatap Aldo dan Rhani bergantian.

"Lo itu junior, seharusnya lo bersikap sopan sama senior lo!" bentak Rhani seraya mengepalkan kedua tangannya.

Mendengar bentakkan Rhani membuat emosi Aurel terpancing, ia ingin menjambak rambut Rhani tetapi tangannya dicekal oleh tangan Aldo sedangkan sebelah tangan Aldo yang lain menarik ujung rambutnya yang berwarna abu-abu. "Kalau besok gue lihat rambut lo masih warna itu, jangan salahin gue kalau rambut lo gue potong."

Aurel menarik tangannya dari cekalan Aldo. "Udah selesaikan ceramahnya? Sekarang izinin gue masuk." Aurel menatap jengkel Aldo. Lalu menghela napas, "Gue nggak mau berantem sama kalian, hari ini masalah gue lagi banyak."

Aldo menaikkan sebelah alis matanya. "Lo curhat?" tanya Aldo santai, sedangkan Rhani sudah terbahak di sebelahnya.

Aurel melotot, "Dasar cowok sialan!" batin Aurel.

Rasanya Aurel sangat ingin mencakar wajah datar itu hingga tak berbentuk lagi. Tetapi ia tidak boleh melupakan fakta bahwa laki-laki berwajah datar itu adalah tunangannya sendiri.

Aldo memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Hormat bendera sampai bel istirahat bunyi, dan jam istirahat kedua, jangan lupa temui gue di ruang OSIS!" Ia berujar ketus dengan wajah datarnya, lalu pergi meninggalkan Aurel. Dan Rhani pun juga pergi mengikutinya.

"Gila banget tuh cowok! bisa-bisanya nyuekin tunangannya sendiri," batin Aurel.

Aurel pun berdiri di depan bendera yang berada di tengah lapangan, dengan mengangkat salah satu tangannya ke atas kepala.

My Cool Fiance [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora