Bolos bareng Dhirga

425 223 180
                                    

Enak banget ya jadi anak pemilik sekolah, bisa nyuruh-nyuruh orang sesuka hati.
-Aurellia Putri-

Mereka pun menoleh ke arah sumber suara, Dan benar dugaan mereka bahwa pemilik suara berat sekaligus mata elang yang tajam itu adalah Aldo Pratama Alexander sang Ketua OSIS yang super galak dan cuek.

Tetapi Aldo tidak hanya sendiri, dia di dampingi oleh beberapa anggota OSIS lainnya. Ada Rhani, Anggi, Dera dan juga Syahril.

"Kalau ada yang nanya itu dijawab! bukannya malah bengong!" bentak Rhani seraya tersenyum sinis.

Aurel mengangkat wajahnya dari ponsel, lalu berdiri dan menghadap ke arah anggota OSIS tersebut. "Nah, kalian pada ngapain juga ada di kantin? bukannya bel masuk udah lama bunyi ya?" tanyanya disertai dengan senyum miring.

"Jangan banyak tanya deh Kak, udah salah juga," tandas Dera - murid kelas sepuluh yang memiliki body seperti gitar Spanyol.

"Tau tuh. Padahal udah jadi kakak kelas, bukannya ngasih contoh yang baik buat adik kelas, tapi malah ngajarin yang nggak baik." Syahril - si adik kelas itu juga ikut menimpali.

Dini dan Distia lantas bangkit dari duduknya, dan menatap adik kelasnya itu dengan kesal, sedangkan Aurel, gadis itu sudah memikirkan rencana untuk membalas si adik kelas yang songong itu.

"Der, Ril, nggak boleh gitu. Gimana pun mereka itu kakak kelas kita," lerai Anggi - murid kelas sepuluh itu dengan tersenyum manis, hingga menampilkan kedua lesung pipinya.

Anggi melirik Aurel, lalu Aldo. Kemudian ia menghembuskan napas berat. "Jangan sampe mereka berantem," batinnya sembari berdoa di dalam hati.

Aldo berdehem. "Kalian masuk ke kelas, biar mereka gue yang urus," perintah Aldo yang langsung dipatuhi oleh anggota OSIS lainnya kecuali Rhani.

Rhani menatap Aldo yang balas menatapnya datar. "Gue nemenin lo, ya?"

"Lo nggak denger apa yang gue bilang?" Aldo menatap Rhani tajam, lalu menunjuk ke arah pintu kantin. "Pergi, dan masuk ke kelas lo!"

Aurel tersenyum puas. "Hush.. hush.. sana," celetuknya seraya mengibas-ngibaskan tangannya ke udara.

Rhani menatap sengit Aurel, lalu melangkah pergi meninggalkan kantin sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya.

Aurel, Dini dan Distia menahan tawa. Sedangkan Aldo menghembuskan napasnya lelah.

Aldo melirik Aurel, Dini dan Distia. "Pelajaran apa kalian sekarang?"

Distia tersenyum kikuk. "Ma.. Matematika wajib Kak," jawabnya sedikit gugup.

Aurel dan Dini lantas memutar bola mata jengah. "Gitu aja gugup,"  batin keduanya.

Aldo menatap Aurel, Dini, dan Distia begitu tajam. Membuat mereka bertiga tak mampu berkutik lagi, bahkan bernapas saja terasa sangat sulit.

Lalu tak lama Aldo berdehem. "Lo berdua." Aldo melirik Dini dan Distia bergantian. Membuat kedua cewek itu menunduk karena takut dengan tatapannya. "Bersihkan toilet cewek kelas duabelas. Sekarang!"

Dini dan Distia melotot. "Serius, Kak?" ujar Distia dengan wajah polosnya.

Aldo menatap Distia begitu intens membuat Distia jadi grogi. "I.. iya Kak, kami bersihin toiletnya sekarang."

"Cuma mereka berdua?" tanya Aurel sedikit heran. "Gue enggak?"

Aldo mengangguk.

Distia menyikut perut Dini. "Ayo Din, nanti keburu Kak Aldo berubah jadi serigala," bisiknya di telinga Dini. Dini hanya mengangguk. Lalu keduanya pergi meninggalkan Aldo dan Aurel di kantin.

My Cool Fiance [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang