Gardiawan Admaja

249 140 91
                                    

Aldo mengernyitkan dahi saat melihat pintu kamarnya terbuka. Di dalam sana terdapat Aurel yang kini tengah duduk di pinggir tempat tidur sambil memainkan ponselnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Aldo bingung seraya berjalan mendekati Aurel.

Aurel terkekeh pelan namun tidak dapat mengindahkan bahwa cewek itu sedang dalam keadaan baik-baik saja. "Gue kangen. Lo tau kan Kalau gue nggak bisa nahan kangen?"

Aldo memejamkan matanya sejenak lalu mendesah pelan. "Ini kamar gue. Kamar Dhirga ada di sebelah," ujar Aldo ketus.

"Astaga, masalah ini lagi," batin Aurel kesal.

Aurel menghembuskan napas panjang, cewek itu menatap Aldo cukup lama. Kemudian ia melangkah lebih dekat dengan Aldo.

"Al."

Aldo menatap Aurel tepat di manik mata cewek itu, kemudian berdehem pelan.

Tangan Aurel terangkat menangkup wajah Aldo. Lalu ia tersenyum tulus. "Maaf. Maaf untuk yang kesekian kalinya."

Aldo juga ikut tersenyum dan tangannya terangkat memegang tangan Aurel yang ada di wajahnya.

Cukup lama mereka berdua saling tatap, hingga Aldo mendekatkan wajahnya dengan wajah Aurel. Hal itu jelas saja membuat Aurel tersenyum miring karna sangat yakin bahwa Aldo akan memaafkan lalu menciumnya.

Wajah Aldo yang semakin dekat membuat Aurel menutup mata karna sedikit gugup, walaupun ia sudah sering berciuman tapi tetap saja rasa gugup itu tidak akan bisa hilang jika Aldo yang menciumnya.

Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik, lima detik hingga detik kesepuluh Aurel tidak merasakan adanya sentuhan bibir Aldo diwajahnya.

Perlahan Aurel membuka mata saat merasa ada yang aneh dengan tunangannya itu. Matanya langsung menatap mata Aldo yang juga menatapnya datar. "Kenapa?" tanya Aurel heran.

Aldo menggeleng lalu menurunkan tangannya dari wajah Aurel, kemudian menjauh. "Nggak papa."

"Kayaknya ada yang nggak beres," batin Aurel.

Aurel menatap Aldo yang mulai melepaskan dasi, membuka ikat pinggang, dan menanggalkan baju sekolahnya hingga menyisakan kaos oblong berwarna hitam. "Udah puas merhatiinnya?" tanya Aldo sarkas, suaranya terdengar ketus membuat Aurel sedikit kecewa.

"Lo masih marah soal kejadian waktu itu? Bukannya lo sendiri yang bilang gak usah dibahas dan diinget-inget lagi."

Aldo mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh, mencoba untuk mengendalikan amarahnya yang mudah terpancing jika menyangkut tentang perselingkuhan. "Gue bilang gitu supaya lo sadar sama kelakuan lo!"

Aurel terlonjak kaget mendengar suara bentakan Aldo. Lalu gadis itu mengusap dadanya berulang kali. "Bicara baik-baik dong, nggak usah pake ngebentak segala, kalau gue jantungan gimana?" balas Aurel nyolot.

"Keluar!" Aldo menunjuk ke arah pintu kamarnya. "Dan jangan pernah masuk ke kamar gue lagi."

Aurel menatap Aldo kesal. "Nggak perlu lo suruh pun gue juga mau keluar."

Tertunduk lesu, Aurel mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja belajar milik Aldo, kemudian beranjak pergi, berniat pulang karna percuma saja ia ada disini tetapi Aldo tidak menyukai kehadirannya.

* * *

Aurel menuruni anak tangga satu persatu, samar-samar ia mendengar suara orang tertawa. Mungkin Tante Vani sedang kedatangan tamu pikir gadis berambut abu-abu itu.

"Suara tamunya kok familiar banget ya," gumam Aurel seraya memperbaiki letak tasnya yang sedikit merosot.

Ketika kakinya memijak anak tangga terakhir, tubuh gadis itu langsung membeku saat melihat tamu Vani ternyata adalah papanya sendiri, Gardiawan admaja. Orang yang paling ingin ia hindari.

My Cool Fiance [ON GOING]Where stories live. Discover now