Rencana yang Gagal

84 15 5
                                    

Malam itu hujan turun dengan derasnya mengguyur nyaris seluruh kota Jakarta, membuat bintang tidak menampakkan diri dan langit menjadi lebih gelap dari biasanya. Suara hujan dan petir saling bersahutan memekakkan telinga. Dan pemadaman listrik pun terjadi.

Mungkin banyak orang yang tidak suka atau pun kesal jika hujan turun dengan petir yang menggelegar ditambah lagi padamnya listrik. Tapi berbeda dengan Aurel, gadis itu sangat menyukai moment  seperti ini.

Aurel merasa tenang dan juga damai.

Setelah menghela napas berat, gadis itu bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah tempat tidur. Ya, dia butuh istirahat untuk menenangkan kembali pikirannya yang sedang berkecamuk setelah membaca pesan dari Aldo, yang cukup membuatnya shock.

'Besok bokap lo nikah'

Aurel bingung sekarang ia harus melakukan apa. Menentang pernikahan itu atau membiarkan papanya tetap menikah? Sebenarnya, kalau boleh jujur, gadis itu juga tidak rela jika melihat papanya menikah lagi, apalagi menikah dengan wanita yang umurnya tidak jauh beda darinya. Tapi, ia juga tidak berminat melakukan sesuatu untuk membatalkan pernikahan itu.

Disatu sisi Aurel merasa senang, melihat Maira-- wanita pelakor itu menderita karna rumah tangganya dirusak juga oleh pelakor, tapi disisi lain Aurel juga sedih, jika pernikahan itu benar terjadi bagaimana perasaan mamanya nanti saat melihat suami yang ia cintai menikah untuk yang ketiga kalinya? Aurel tidak bisa membayangkan betapa hancur mamanya.

Aurel menghela napas untuk yang kesekian kalinya, lalu gadis itu menelpon seseorang untuk ia tugaskan merusak acara pernikahan papanya. Karna Aurel benar-benar malas untuk turun tangan sendiri. Setelah panggilannya tersambung Aurel dengan cepat memberikan perintah dan menjanjikan bayaran yang sangat menggiurkan jika orang itu berhasil mengacaukan pernikahan papanya dan orang yang sedang ia telpon itu pun setuju untuk melaksanakan perintahnya.

Aurel memutuskan panggilan, lalu melempar ponselnya ke atas nakas. Gadis yang sedang memakai tank top dan hot pants  itu tersenyum miring mengingat rencananya tadi. "Maaf, Pa. Kali ini aku nggak bakal biarin pernikahan Papa sampai terjadi, walaupun wanita yang akan Papa nikahi itu telah mengandung."

Aurel merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, gadis itu memejamkan mata dan berharap pagi segera tiba, karna Aurel benar-benar tidak sabar untuk menyaksikan kekacaun yang telah ia rencanakan.

* * *

Aurel berjalan santai menuruni tangga. Gadis berambut cokelat keemasan itu begitu cantik mengenakan dress setengah paha dan juga high heels yang berwarna senada. Tak lupa pula ia memakai kalung berbandulkan cincin pertunangannya dengan sang kekasih.

Setelah sampai di anak tangga terakhir, Aurel tersenyum melihat Aldo yang menatapnya kesal. Mungkin cowok itu kesal gara-gara kelamaan menungguinya berdandan. Pikir Aurel sembari terkekeh di dalam hati.

Aurel melangkahkan kakinya mendekati Aldo. Setelah sampai di hadapannya, Aurel mengamati raut wajah Aldo yang sedikit berubah-- dari kesal menjadi-- semakin kesal. Aurel lagi-lagi terkekeh dibuatnya.

"Kenapa nggak pake baju yang gue kasih?"

Aurel tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya. "Baju yang lo kasih tadi terlalu tertutup ntar gue kepanasan, udah itu warnanya juga nggak cocok sama selera gue."

Aldo menatap Aurel datar. "Rell, kita mau ke acara nikahan bokap lo bukan mau ngelayat."

Aurel mengangguk. "Gue tau."

"Terus lo ngapain sih make pakaian serba hitam gini?" tanya Aldo jengkel.

Aurel mencium pipi Aldo sekilas. "Nggak usah bawel. Mending sekarang kita pergi nanti ketinggalan acaranya."

My Cool Fiance [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang