23

8 3 2
                                    

Katanya, apa yang menjadi milikmu akan kembali lagi padamu. Jadi tunggu saja. Setelah hujan pasti ada pelangi.

×××

Sudah tiga hari dari hari di mana Suga mengantarku ke rumah sakit. Tiga hari juga aku melihat Ghinta gencar-gencarnya menarik Suga ke sana sini.

Heran juga melihat Suga yang kenapa mau aja di ajak Ghinta kemana-mana. Bukannya cowok itu banyak kerjaan? Bukannya dia tidka menyukai Ghinta lalu sekarang?

Aku mendelik dan tanpa sadar berdiri dari meja kantin sambil menghempaskan buku tebal ke atas meja. Keribuatn kecil itu ternyata menarik perhatian manusia lainnya di kantin yang mulai ramai ini, tidak terkecuali Suga.

Tatya tertawa lepas melihat tingkahku seperti ini  dan tanpa berdosa dia menarik tanganku untuk duduk dan berseru, "Sabar beb! Cemburu juga butuh asupan extra! Ayo makan. Makan. Ululuh..."

Tatya menyodorkan semangkok bakso ke hadapanku lalu kembali tertawa keras. Puas melihatku hanya pasrah menerima dengan wajah kesal.

Dia memegang perutnya kemudian berdehem. Sepertinya soto di depannya kali ini tidak berhasil menarik perhatiannya.

"Gini ya, Di. Kalau ada barang lo hilang dan jika barang itu masih berjodoh sama lo, alias memang milik lo. Dia akan kembali lagi," ujarnya sok meyakinkan. "Ibarat kata nih, jodoh gak akan kemana! Mau dia sekarang diambil sama dedemit lampir noh, dia akan kembali lagi ke elo. Iya, ga Suga?" tanya Tatya berseru.

Aku seketika tersedak dan terbelalak. Tatya bodoh itu!

Aku secepat kilat menyumpal mulutnya dengan tisu dan menatap Suga yang berada dua meja dari kami dengan gelengan. Malu anjirr!

Bukannya merasa bersalah, Tatya malah tertawa senang. Dan aku menatap satu persatu orang yang terkekeh geli melihat ke arah kami. Tepatnya aku.

Dengan kesal aku melepas Tatya dan pergi dari tempat sialan itu. Laparku berterbangan bersama rasa malu. Dan makanan menggoyah selesar tadi tidak lagi menumbuhkan nafsu.

Jodoh ya jodoh, tapi gak usah di kerasin juga. Tatya brengsek!

×××

Kekesalan dan kemarahanku pada Tatya membuat gadis itu tidak bersamaku saat ini.  Aku mengusirnya dan sialnya, dia bukanya minta maaf malah melenggang pergi dengan embel-embel 'Rezta telah menunggunya di parkiran'.

Sialan emang! Itu teman apa musuh? Atau musuh bersembunyi di balik kata teman?

Alah terkampret emang!

Aku yang tengah mengutak atik benda canggih pipih dengan kesal itu tiba-tiba mendongak ketika seseorang mengambilnya tanpa izin. Aku yang hendak menyuarakan sumpah serapah sekaligus memanfaatkan orang tersebut sebagai pelampiasan kemarahanku, seketika semuanya mengawang entah kemana saat melihat Rendi tertawa di depanku.

Dia mengacak rambutku gemas seperti biasanya. "Yuk, pulang." Dia mengulurkan tangannya padaku yang hanya menatapnya beberapa detik. "Gak mau pulang nih?" tanyanya yang membuatku tersenyum.

Aku mengangguk dan menerima uluran tangannya itu. Rendi sosok yang selalu berhasil membuatku membatalkan semua sumpah serapah dan menghilangkan kekesalanku dengan hanya mengandalkan kehadirannya.

Jika ibarat kata, kalau ingin terhindar dari dosa dekat-dekatlah dengan Rendi. Wajah ademnya membuat kamu batal melakukan dosa untuk memaki-maki orang.

Selain itu kalian juga akan terhindar dari penuaan dini dan karma.

Saat di tengah jalan, motor Bang Rendi tiba-tiba mogok. Saat di periksa Rendi berspekulasi bahwa gusinya kepanasan padahal seingat dia baru kemarin ia membersihnya. Setelah mencoba-coba namun tidak berhasil juga. Kami memutuskan untuk mendorong dan mencari bengkel terdekat.

Ketika sudah cukup jauh berjalan, akhirnya kami menemukan sebuah bengkel yang ternyata di sana ada Suga.

Aku hanya diam dan mencoba menghindari tatapannya sementara Rendi setelah mengatakan keluhannya pada si Abang tukang bengkel itu, menghampiri Suga dan mereka berbincang-bincang entah soal apa. Aku berusaha untuk tidak tertarik dengan itu.

Namun, sialnya Bang Rendi malah memanggilku dan akhirnya di sinilah aku sekarang. Di mobil tuan muda Suga dan kali ini aku duduk di depan tidak seperti kali terakhir kemarin.

Aku hanya diam menatap jendela. Berharap mobil baru Suga melesat cepat tiba di pelantaran kosanku.

"Leher kamu bisa patah melihat ke sebelah sana terus," ujar Suga membelah keheningan.

Aku terdiam. Bingung harus merespon bagaimana. Padahal sesungguhnya hatiku sekarang tengah kocar-kacir di dalam sana.

Suga menghela napas dan melalui ekor mataku aku melihat Suga melirikku.

"Di... "

Untuk kali pertamanya dia kembali memanggil namaku.

Perutku bergejolak seketika.

"Kita perlu bicara."

Tegas. Tak terbantah.

Mobil itu berhenti tepat di sebuah taman yang sudah tidak asing lagi bagiku. Aku menautkan alis, kenapa aku tidak sadar kalau Suga membawaku ke tempat lain alih-alih ke kosan ku?

Aku menelan ludah. Tidak sanggup berlama-lama satu ruang dengan Suga. Karena itu aku menoleh dan bersuara.

"Bicara apa? Aku pindah ke belakang? Tempat ini bukan tempatku? Oke." ujarku dalam satu tarikan napas dan bergegas membuka pintu yang sialnya langsung berbunyi kretek. Alias di kunci oleh Suganto si pemilik mobil.

Aku menghela napas dan bersandar memunggunginya. Apa yang harus aku hadapi? Jantungku tidak kuat jika seperti ini. Dia akan meledak jika lama-lama di dekat pemuda ini. Kenapa Suga tidak juga peka?

Aku mendengar Suga menghela napas dan ikut bersandar. "Kursi itu untuk kamu," Aku hanya diam. Belum bisa menoleh padanya. "Karena tempat itu belum di duduki wanita lain selain kamu dan tidak akan pernah di sentuh siapapun selain pemiliknya."

Aku tetap diam memegang dadaku dan mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Suga.

"Di... Aku ingin semuanya berakhir di sini sekarang. Karena aku muak dengan semua ini. Dengan kepura-puraan yang kita jalani atau hanya aku?"

Suga melirik punggungku. Dia terdiam sejenak dan menghela napas. Mencoba meyakinkan hati untuk menyampaikan apa yang mengganggunya selama beberapa bulan belakangan ini.

Ia ingin tahu bagaimana perasaan cewek yang disukainya. Hanya itu.

"Jujur Di, kamu membutuhkan aku atau tidak?"

×××

Kalau aku bilang tidak bagaiamana, Ga?

Jangan lupa berikan like dan komen ya😘

2 Nov 19
#Lc

POTRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang