24

16 3 0
                                    

Umumnya mengatakan bahwa penyesalan selalu datang di akhir kalau di awal namanya pendaftaran.

×××

"Jujur Di, kamu membutuhkan aku atau tidak?"

Aku mematung di tempat dan sedetik berikutnya menoleh pada Suga yang menatapku dalam. Mata itu...

Aku menelan ludah. Apa yang harus aku jawab?

Jika saat ini aku bilang aku membutuhkannya, menginginkannya apa aku tidak akan membuatnya kecewa suatu saat nanti?

Aku takut dia akan kecewa lalu pergi meninggalkanku.

Namun, jika aku bilang aku tidak membutuhkannya, aku bohong. Aku membutuhkannya. Sangat.

Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang. Kebodohan masa lalu itu kembali menghantuiku. Memporak-porandakan hatiku saat ini.

Apa yang harus aku lakukan?

"Jujur Di." tanganya menyentuh jemariku. Melingkupi kehangatan di sana hingga berakhir kerelung hati yang menangis menjerit.

Aku menatap Suga dalam. Untuk kali pertamanya aku membiarkan dia menggenggam tanganku. Aku menelan ludah. Mataku sudah memanas.

Aku tidak ingin kebodohan itu menghantuiku lagi dan membuatku semakin menyesal suatu saat nanti,namun jika ku abaikan, suatu hal lain yang tak di ingin pun akan datang.

Jadi aku harus bagaimana? Apa aku harus?

Aku menghela napas. Cukup lama aku bergulat dengan perasaan sendiri dan mencoba mencari jawaban atas sesuatu. Akan tetapi, aku tidak menemukan jawabannya selain mencoba.

Haruskah?

×××

Dua jam berlalu dari kejadian di mobil dan sekarang di sinilah kami. Di bawah pohon rindang di taman. Dua jam pula kami hanya duduk diam tanpa suara. Membiarkan angin berembus menerpa kulit dan menenangkan hati atas gelisah kekhawatiran yang dibuat sendiri.

"Jawabanku tetap sama," Mendengar itu aku menoleh dan mendapatkan Suga yang menatapku yakin. Dia meraih tanganku lalu kembali menggenggamnya, "aku akan tinggal." lanjutnya.

"Tap-"

Dia tersenyum dan meremas tanganku. "Aku tidak masalah Di. Aku senang mendengarmu jujur. Aku menghargai kekhawatiranmu, tapi kamu tidak usah takut. Aku tidak akan pernah pergi darimu, Di. Tidak akan. Terlebih tangan ini sudah bisa ku genggam seerat ini dan tidak akan ku lepas."

Aku melongo mendengar keputusan Suga. Sejak tadi dia mampu membuatku terkejut-kejut. Ya, tadi aku memutuskan untuk menceritakan 'kebodohan di masa lalu' ku itu dan jawaban mengejutkan Suga mampu membuatku tak berkutik.

Aku kira dia akan pergi dan memandangku rendah, namun nyatanya sampai sekarang dia masih tinggal sehingga kami bisa duduk bersisian seperti ini.

Aku bahkan berulang kali menyuruhnya untuk memikirkan apa yang di ucapkannya itu dan beberapa detik lalu dia kembali mengatakn jawaban yang sama atas pertanyaan yang aku lontarkan tadi.

POTRETWhere stories live. Discover now