o n e

77K 2.9K 62
                                        

***

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

***

Mengalihkan perhatian dari layar ponsel, aku meregangkan otot-otot jari tangan yang terasa mulai kaku. Penyebabnya apalagi kalau bukan adu mobile game sama Mark.

Mark itu buta teknologi, tapi bukan berarti aku si cupu yang beraninya cuman main lawan Mark aja. Emang ini udah jadi rutinitas kita tiap jam makan siang, toh kantin selalu penuh dan kita berdua bukan tipikal yang suka berdesak-desakan demi antri makanan.

Beda sama Yeri. Teman sebangku aku yang satu itu bahkan rela bolos kelas demi jalan sama pacarnya. Apalagi kalau sekedar berebut bangku kantin untuk makan berdua.

"Jiah mark kalah lagi, cupu banget!" seruku. Sedikit menggoda Mark karena dia berulang kali kalah gak ada salahnya. Gak pernah juga aku liat Mark marah hanya karena itu.

Dengan raut malu bercampur bingung, cowok itu menatap aku dengan ekor matanya. Kemudian menaruh ponsel di atas meja dan duduk rapi ketika ketua kelas ngasih instruksi. Mungkin karena Pak guru udah dalam perjalanannya menuju kelas.

"Mark pulang sekolah kita main lagi ya ya ya," bisik aku ke arah Mark. Posisinya tepat di depan aku, jadi ketika Mark menolehkan kepala aku bisa dengan mudah menangkap ekspresi malesnya dengan mata yang disipitkan.

Karena kita semua tahu hasil akhirnya, sejak kapan Mark menang adu mobile game? Tidak semudah itu kawan.

"No, I should meet my tutor chel"

Tutor? Mark ikut les? Sejak kapan?

Karena dari apa yang aku tahu, Mark udah cukup pinter. Seenggaknya jelas lebih baik kalau dibandingin sama aku. Dan tipikal yang cukup puas juga sama hasil belajarnya di sekolah. Orang tuanya juga gak pernah menekan dia untuk dapet nilai bagus, Mark jelas gak butuh hal semacam itu.

"I've told u earlier, yakan ?"

"Emm.. when did you— ah! Les bahasa Korea ya? Oh my God, i forgot it"

Aku selalu aja lupa sama fakta bahwa bahasa Korea Mark bisa dibilang masih rata-rata, dan itu jelas menghambat proses belajarnya di sekolah.

Kalau untuk les itu sih, aku setuju. Bukan sekedar buang-buang uang, tapi itu juga untuk masa depan Mark sendiri.

Aku dan Mark sama-sama dateng dari Kanada. Bedanya, udah sekitar sepuluh tahun aku besar dan tumbuh di Korea. Sementara Mark baru beberapa bulan sebelum masuk SMA dia pindah ke Korea.

Dulu aku sempet ikut les bahasa Korea juga, di kelas 1 SMP. Yang jadi alesan kenapa bahasa Koreaku cukup lebih baik kalau dibandingin sama Mark. Jelas aja, yang namanya belajar bahasa itu akan lebih maksimal kalau dimulai saat usia masih muda.

Dengan itu bukan berarti orang dengan usia yang lebih tua nggak bisa belajar bahasa loh.

***

dearest tutor • jaehyun ☑Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon