Part 23 - The Truth

523 53 1
                                    

Wisnu dan Tiyas mulai melanjutkan kebiasaan mereka ketika bersama dulu. Salah satunya, biasanya setiap Jumat sore mereka akan menghabiskan waktu di teras belakang rumah Tiyas. Entah membaca buku atau hanya mengobrol tentang minggu mereka di sekolah. Suasana di rumah Tiyas begitu tenang karena biasanya Ibu Tiyas masih berada di luar rumah dan adiknya mengikuti les tambahan mata pelajaran.

"Ti, test nya itu besok ya? Test soal beasiswa." Wisnu duduk disebelah Tiyas yang sedang membaca.

"Iya, kenapa emang?" Tiyas hanya menyahut acuh tak acuh. Mata Tiyas masih fokus pada bacaannya.

"Setelah aku pikir-pikir lagi, kok kayaknya ga adil ya kalau kamu aku larang-larang." Wisnu memperhatikan Tiyas disebelahnya lalu merangkulnya.

"Nu, aku ga keberatan kok soal itu mah. Pertama karena Ibu dan adek ga akan bisa ditinggal juga, dan kedua karena masih banyak kok universitas negeri di Indonesia Raya ini yang bagus. Ga kalah sama yang di luar. Tenang aja Nu soal itu, ga usah terlalu dipikirin."

"Tapi kamu selalu support aku Ti. Selalu. Nusantara Satu deh contohnya. Sekalipun awalnya berat, kamu tetep support aku. Jadi aku mau kamu coba test nya Ti."

Tiyas menghentikan kegiatannya. Sebenarnya Tiyas sudah benar-benar tidak perduli dengan beasiswa itu. Tapi Wisnu sepertinya ada benarnya.

"Kalau aku lulus, gimana? Lulus semuanya dan bisa pergi kesana." Tiyas menatap Wisnu.

Wisnu menghela nafas sebelum menjawab. "Aku ga tahu jawabannya sekarang. Yang aku tahu ini hal yang bagus buat kamu, masa depan kamu. Jadi sekalipun aku ga suka dengan ide kamu pergi jauh dari aku, aku tetep harus support."

"Kalau aku lulus dan pergi, kemungkinan besar aku pergi bareng Raka. Kamu yakin Nu soal ini?" Tiyas harus membeberkan fakta yang ada.

Wisnu diam. Dia tahu dan sadar soal Raka. Saat ini jawabannya adalah Wisnu tidak rela jika Tiyas pergi jauh darinya bersama Raka. Tapi Wisnu akan merasa sangat bersalah jika Tiyas tidak mencoba. "Aku ga yakin dengan semuanya Tiyas. Tapi sekarang, kenapa ga coba dulu aja testnya. Kalau lolos, kita akan pikir lagi bagaimana."

"Jadi besok aku anter ya. Jam 8 aku jemput kamu." Wisnu menutup pembicaraan.

Tiyas memeluk Wisnu dari samping. "Kamu itu pacar yang penuh perhatian dan pengertian. Aku setuju buat coba, karena kamu yang minta." Tiyas tersenyum manis dan mendaratkan ciuman ringan di pipi Wisnu.

***

Gedung kantor PT Graha Cipta Nusantara berada di salah satu kawasan di pusat Jakarta. Tiyas dan Wisnu tiba 20 menit sebelum test dimulai. Wisnu berjanji akan menunggu Tiyas di coffee shop bawah. Lalu Tiyas segera menuju lantai 19. Sesampainya diatas, sudah ada sekitar 30 orang yang akan mengikuti testnya. Salah satunya gadis periang yang secara tidak sengaja duduk di sebelah Tiyas. Namanya Lisa. Dia adalah salah satu anak dari pegawai di perusahaan ini. Jadi ia tahu banyak soal keluarga Nugraha.

"Tiyas, tahu ga kalo Pak Nugraha punya anak seumuran kita yang masih SMA juga? Caraka namanya." Lisa berceloteh lagi. "Katanya dia ganteng lho. Tapi sayang udah tunangan."

"Hah? Tunangan? Tunangan sama siapa?" Tiyas sangat penasaran, kenapa ia tidak tahu soal ini.

"Sama Adella Bimantoro. Della. Kalau ga salah mereka satu sekolah deh. Tapi Della emang lebih muda 1 tahun sih. Seru ya, kayak di drama-drama. Anak-anak orang kaya, terus dijodoh-jodohin. Penasaran gue mereka disekolah kayak gimana. Mereka ga mungkin sih di sekolah negri, pasti sekolah di swasta, manusia-manusia banyak duit gitu...."

Tiyas berusaha mengingat-ngingat. Ada berapa banyak Della disekolahnya. Tiyas memutuskan untuk tidak terlalu memperdulikan hal ini. Mungkin hanya kebetulan.

Just another High school Story [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang