Part 32 - Insecurity

540 52 0
                                    

"Tiii... lo udah beli dress buat prom night?" Suara Rani dari seberang telpon.

"Udah dibuatin sama Nyokap." Tiyas menyahut kalem.

"Lo jahitin dress? Tumben banget."

"Abis gue maunya banyak. Ga mau mahal, ga mau ribet panjang-panjang nanti kesrimpet, mau setengah lengan, mau yang bisa pakai kets. Nyokap gue pusing, Wisnu juga ikutan pusing udah keliling 5 mall di Jakarta Raya ini dan ga nemu yang gue mau. Ya udah jahitin aja."

"Dasar banyak maunya. Tapi tunggu deh, pakai kets Ti? Yakin lo?"

"Wisnu ga bolehin gue pake kets. Katanya kemarin gue pake heels buat Raka. Tapi untuk antisipasi gue bawa kets di mobil. Gitu."

Rani tertawa. "Gelo dasar. Gue baru besok nih mau beli. Ga sempet-sempet abisnya."

"Duileee sibuk banget bu."

"Wajib doong, booking salon, cari sepatu, tas." Rani berceloteh riang. 

Selama beberapa menit kedepan mereka masih asyik berbincang seputar prom night dan diskusi jurusan yang sudah mereka ambil berikut bagaimana cemasnya mereka saat ini menunggu pengumuman hasil PTN.

***

Beberapa minggu kemudian. Pengumuman kelulusan PTN sudah keluar. Wisnu sengaja datang kerumah gadisnya memberi kabar baik. Mereka ada di ruang baca lantai atas.

"Ti..." Wisnu datang mengenakan celana pendek dan kaus. Sepertinya terburu-buru. "Alhamdulillah aku diterima Ti. Jadi bisa bareng kamu." Wisnu tidak bisa menyembunyikan wajah lega dan bahagianya. "Aku tinggal urus beasiswa dari Nusantara Satunya minggu depan." 

Tiyas hanya berdiri tenang mendengarkan dan ikut bahagia untuk Wisnu.

"Ti...kamu gimana? Keterima juga kan?"

"Keterima tapi pilihan kedua."

"Pilihan kedua? Masih di Depok kan Ti?"

"Bandung."

"Bandung? Sejak kapan kamu pilih Bandung? Bukannya kamu pilih tempat yang sama cuma beda jurusan?"

"Tapi aku ga kepingin jurusan lain Nu. Aku cuma pingin Teknik."

"Ya Tuhan Ti, serius kamu." Wisnu duduk di sofa yang ada di ruang baca kecil itu. Ia mulai diserang kekhawatiran akan hubungan jarak jauh.

"Kok kamu ga seneng sih Nu?"

"Aku...sayang aku bukan ga seneng. Aku seneng lah pacar aku keterima PTN. Tapi lokasinya..." Wisnu mulai salah tingkah.

"Jadi kamu ga seneng kan?" Tiyas masih berdiri di tempat yang sama.

"Aku seneng Tiyas."

"Senyum dong. Kok stress gitu."

Wisnu memaksakan senyumnya.

"Coba ya aku cek sekali lagi." Tiyas beranjak ke komputernya yang memang berada di ruang baca dan mulai mencari situs online pengumuman PTN. "Eh salah deng Nu. Aku keterima di Depok juga ternyata. Ups salah ngomong aku."

"Tiyaaaasssss...kamu yaaaaa." Wisnu mencubit pinggang Tiyas yang tertawa terbahak-bahak. Setelah selesai menggoda Wisnu Tiyas duduk di sofa. Wajah Wisnu masih terlihat sangat kesal dan gemas dengan Tiyas.

"Nu, seriusan deh. Kamu harus atasin insecurity nya kamu deh Nu. Kita ga bisa terus bareng-bareng 24/7 kan."

"Aku ga insecure sayang." Wisnu duduk disebelah Tiyas, merangkul bahunya.

"Udah insecure, denial juga lagi. Kamu itu yang fansnya banyak, bukan aku."

"Apa? Gimana? Itu terusnya Danar, Raka, kak Brama dulu itu bukan fans ya?"

"Bukan. Mereka temen aku dan senior."

Wisnu tambah gregetan melihat wajah innocent Tiyas. "Tiyas, mereka itu..."

"Udah Nu. Intinya aku ga mau tiba-tiba kamu jadi posesif ya. Nanti kalau aku mau berorganisasi di kampus ga boleh lagi. Mau ada acara di luar kota, diikutin. Jangan gitu ya Nu."

"Emang SMA ini aku pernah ya resein kamu kalau kamu organisasi?"

"Nggak sih." Tiyas mencoba memikirkan dan menyadari bahwa ada benarnya omongan Wisnu. Malahan sepertinya Tiyas yang tidak tahan lama-lama, buktinya sudah 2 kali hampir saja Tiyas menyusul Wisnu ke Bandung. 

"Nah, jadi atas dasar apa aku posesif? Selama ini aku Jakarta Bandung buat Nusantara Satu ga pernah maksa kamu ikut kan? Malah, dulu itu kamu aku biarin pergi sama Raka berdua aja. See how much I trust you?"

"Iya tapi abis itu ngambek aku dicuekin seminggu. Udah Nu, jangan diinget lagi. Iya aku paham."

"Aku cuma ga suka kalau aku setiap hari ga bisa lihat kamu. Paling nggak kalau kita satu kampus aku bisa samperin kamu kapan aja aku kangen sama kamu Ti. Itu aja."

"Okey okey." Tiyas membenamkan kepalanya di leher Wisnu.

"Tiyas I'm deadly serious with you and I trust you, dan itu harus dua arah. Aku ga mau kamu tiba-tiba ke Bandung pas aku lagi basket dengan alasan kamu ga percaya sama aku."

"Ga usah pake dead-dead segala serem. Iya aku paham." Tiyas membalas pelukan Wisnu.

"Prom nya seminggu lagi ya? Udah ambil baju di penjahit?"

"Udah."

"Dandan yang cantik ya, buat aku. Lebih cantik dari waktu kamu pergi bareng Raka."

"Tuuu kaaan, masih dibahas aja."Tiyas merengek disambut mendaratnya bibir Wisnu dibibirnya. Dan seperti biasa, selalu ada kupu-kupu di perut Tiyas yang susah diusir pergi.






Just another High school Story [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt