1- Gue mau dia

282K 9.4K 466
                                    

Bulan sedang sibuk membereskan bukunya kala seorang cowok dengan tubuh tinggi berjalan ke arahnya. Cowok itu duduk di meja Bulan, yang langsung saja dihadiahi decakan keras dari bibir cewek itu.

"Bumi! Lo apa-apaan sih! Itu buku gue keduduk sama lo!" omel Bulan seraya memukul lengan Bumi dengan kasar.

Alih-alih merasa kesakitan, cowok itu malah tertawa dengan suaranya yang kelewat nyaring. "Malah ketawa."

Diperingati seperti itu, Bumi semakin mengeraskan tawanya. Wajah kesal Bulan, adalah suatu lelucon baginya.

"Bumi!!!!" Karena sudah sangat kesal, Bulan menarik telinga Bumi dan berteriak tepat di gendang telinga cowok itu. Dan setelahnya, barulah Bumi menyingkir dari mejanya.

"Sakit tau, Lan!" Bumi misuh-misuh seraya memegangi telinganya yang memerah.

"Bodo amat! Lagian lo tuh ya, duduk itu di kursi, bukan di meja!"

"Kursinya kependekan."

"Songong." Bulan hendak menggendong ranselnya, tapi Bumi langsung mengambil alih ransel cewek itu dan meletakkannya di bahu kekarnya sendiri.

"Lah lah lah itu tas gue!!!" Tangan Bulan meraih-meraih tasnya yang sudah bertengger manis di pundak Bumi.

Bumi tak mengindahkan ucapan Bulan dan malah meraih tangan cewek itu untuk ia genggam. Bulan masih terbengong, hingga cowok itu menuntunnya untuk keluar dari kelas.

"Lan, gue udah cocok, kan jadi pacar lo?" Dan pertanyaan barusan, berhasil membuat Bulan menarik kembali tangannya.

"Ngaco!" sargahnya dengan wajah yang memerah bak kepiting rebus.

"Yah .... mukanya merah!" Bumi menunjuk-nunjuk wajah Bulan yang langsung ditutupi cewek itu.

"Lan, jangan merah gitu dong mukanya ..."

"Apaan sih?!"

Dan Bumi kembali tertawa nyaring. Cara untuk membuat cowok ini bahagia sangatlah sederhana, cukup bersama dengan orang yang ia sayangi. Se-simple itu.

Suara ponsel di saku Bumi menginterupsi keduanya. Langsung saja ia merogoh sakunya, dan melihat si penelepon.

"Halo ndi? Kenapa?"

"..."

"Oke oke, gue ke sana sekarang!" Dan tepat dengan dimatikan teleponnya, raut Bumi berubah drastis. Tentu saja hal itu tak luput dari indra penglihatan Bulan.

"Lan?"

"Hmm?"

"Barusan Nindy telepon, katanya Zara masuk UKS, jadi ..."

"Gue ngerti!" sahut Bulan dengan cepat tanpa membiarkan Bumi melanjutkan perkataannya. "Sini tas gue."

Bumi menyerahkan tas di pundaknya ke Bulan, dan kembali merasa tak enak. "Lan, sorry."

"Gue ngerti, Bumi! Lo khawatir, kan?! Ya udah, cepetan ke UKS. Nanti Zara kenapa-napa," ucapnya dengan nada ketus. Sayangnya, Bumi tak terlalu peka untuk mendengar nada ketus tersebut.

"Ya udah, lo hati-hati. Gue suruh Fahri buat anter lo pulang."

"Gak usah! Gue masih punya uang buat naik angkot." Dan setelah mengatakan itu, Bulan berlalu pergi dengan perasaan kecewa. Kecewa karena nyatanya Bumi masih sangat peduli pada Zara, mantan kekasih cowok itu. Dan rasa kecewa itu semakin mendalam, ketika tahu, bahwa cowok itu tak berlari mengejarnya untuk melarangnya pulang sendiri.

"See? Lo bahkan gak lebih penting dari mantan dia, Lan," ucap Bulan seraya menatap sendu punggung tegap Bumi yang berlari menjauh.

...

"Tang, lo gila ya? Ngapain sih nendang Zara segitunya? Lo bisa diskors tau gak?!" oceh Galang seraya terus mengekori Bintang yang berjalan menuju parkiran.

"Bodo amat! Lagian siapa suruh ngikutin gue, gue gak minta!" Jawab Bintang acuh.

"Bintang, masalahnya itu cewek yang lo tendang kakinya! Kalo dia lumpuh gimana?"

"Astaga Galang! Gue gak keras nendang kakinya! Dia aja yang kelebayan, gak mungkin bakalan lumpuh," ucap Bintang seraya terus memakai helm dan menaiki motornya.

"Lagian, kenapa sih lo masih nolak cewek kayak Zara? Cantik, kaya, dan dia juga mantannya Bumi, senior yang juga badboy kayak lo."

"Gue gak mau cewek kayak dia."

"Terus?" Bintang tidak menjawab dan malah hendak menjalankan motornya, namun Galang kembali berbicara membuatnya tidak jadi jalan. "Pokoknya kalau sampai kena masalah, gue gak mau ikutan!"

"Siapa juga yang mau kena masalah?" Setelah mengatakan pertanyaan berupa pernyataan itu Bintang benar-benar menancap gas motornya untuk meninggalkan parkiran sekolah. Namun, mungkin baru dua kali rodanya berputar, motor itu kembali harus direm mendadak.

"Woy cowok sialan! Gak liat apa lo, kalau di sini ada gue?! Lo ngeliat pake apa sih? Dengkul?" omel cewek yang hampir saja ditabrak Bintang. Lalu, cowok itu membuka kaca helm nya, dan tersenyum miring.

"Malah senyum."

"Lo gak kenal gue?" tanya Bintang dengan sombongnya. Cewek itu memicingkan matanya, dan berujar dengan santai.

"Kenal. Bintang Prameswara. Anak nakal yang disukai cewek-cewek bodoh, dan GUE GAK TERMASUK!" Cewek itu dengan sengaja menekankan tiga kata terakhir. Supaya cowok di depannya ini tidak berbesar kepala.

Bintang menampakkan ekspresi terkejutnya. Cewek itu tidak terpesona pada parasnya? Bahkan, cewek itu dengan beraninya meneriaki seorang Bintang Prameswara di depan umum? Dia pasti gila.

Tanpa berkata-kata lagi, cewek itu meninggalkan parkiran dengan kaki dihentak-hentakkan dan raut wajah kesal. Sedangkan Bintang, masih terbengong dengan fakta bahwa ada cewek yang tidak mengaguminya di sekolah ini.

"Lang, dia siapa?" tanya Bintang pada Galang yang sejak tadi langsung menghampirinya.

"Namanya Bulan. Anak kelas XI-IPA 2."

"Bulan?" Entah mengapa, tapi bibir Bintang malah tertarik untuk melengkungkan senyum yang sangat manis. "Gue mau dia."

"Ha?!" Tentu saja Galang terkejut. Tidak. Bukan karena Bulan tidak layak disukai oleh Bintang. Tapi ... "Lo cari masalah sama kak Bumi?"

"Maksud lo? Bumi kelas dua belas itu?"

Dan Galang hanya bisa mengangguk membenarkan pertanyaan Bintang.

***

Halo alohaaa

Welcome ya di bagian satu! Semoga suka, jangan lupa kasih vote sama comment nyaa. Karena because itu sangat membantuku, Ferguso😈

More info:
Instagram: @zkhulfa_ (dm aja, ntar difollback :v)

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang