27 - yakin?

57.4K 3.8K 152
                                    

Bulan menundukkan kepalanya dalam. Ia tahu, pada akhirnya, Bayu akan tahu semuanya. Dan ia yakin, Papahnya itu pasti akan marah besar.

Bayu melangkah lebar ke arah dirinya dan Bintang. Bulan bersembunyi di balik Bintang dan menggenggam erat kostum cowok itu.

"Bulan! Keluar kamu!" Bentak Bayu pada Bulan.

"Enggak!"

"Jadi ini kerjaan kamu?! Kamu ingatkan kalau minggu depan itu sudah ujian kenaikan kelas?! Harusnya kamu belajar di kelas! Bukannya malah nyanyi dan apa lagi ini?! Ngapain pakai baju gak jelas?!"

Bintang membuktikan sendiri sekarang. Betapa Papah Bulan ini sangat ambisi dan menjadikan Bulan bagaikan robot. Selama ini, Bintang hanya mendengar cerita dari Alena.

Bayu hendak menarik Bulan, tapi Bintang segera mencekal tangan pria itu.

"Jangan ikut campur!" Bayu menepis tangan Bintang dengan kasar.

"Saya pikir manusia akan melahirkan manusia," ucap Bintang masih melindungi Bulan di belakangnya.

"Maksud kamu apa?"

"Yang saya lihat, om itu manusia. Kenapa om memperlakukan Bulan seolah-olah dia adalah robot?"

"Kamu tidak mengerti apa-apa! Sana pergi!" Bayu mendorong tubuh Bintang sangat kuat. Membuat Bintang yang tanpa ancang-ancang langsung terhuyung ke lantai. Dan kepalanya tepat terkena batu. Sensasi pusing langsung menghantam kepalanya. Darah keluar dari pelipis juga hidungnya.

Bulan langsung panik. Ia berlari ke arah Bintang. "Bintang! Lo gak papa kan?" Bulan langsung berjongkok dan membantu cowok itu berdiri. Ia berusaha menghapus darah dari hidong cowok itu dengan bajunya. Alih-alih terhapus, darah itu malah semakin mengucur dengan derasnya. Bulan semakin panik. Dan Alena datang menghampiri mereka.

"Lan, Bintang kenapa?!"

"Dia jatoh, Na!" Ucap Bulan panik. Ia bahkan menangis sekarang. Kenapa Bintang terlihat lemah begini, biasanya cowok itu kalau terluka tidak pernah terlihat sakit. Bulan sangat panik.

Dan di kepanikannya yang menjerat, Bayu malah menarik cewek itu dari belakang. Bulan memberontak, tapi kekuatannya tak sepadan dengan Bayu.

"Papah kejam! Bintang kayak gitu gara-gara Papah!"

Bayu sama sekali tak menghiraukannya. Tujuannya hanya menarik Bulan agar cewek itu mau melepaskan pegangannya pada batang pohon.

"Bulan! Ayo pulang!"

"Gak mau! Aku gak akan ninggalin Bintang!"

"Bulan!"

"Lan, gue baik-baik aja, kok! Lo pulang aja, ikutin kemauan Papah lo dulu, maaf gue belum bisa bantu." Ucap Bintang masih tersenyum, padahal terlihat jelas kalau cowok itu sedang kesakitan. Dan darah yang terus jatuh dari pelipis dan hidung cowok itu membuatnya semakin panik.

Bulan menggeleng kuat. Tapi, pegangannya pada pohon terlepas, dan dengan terpaksa ia harus ikut dengan Bayu.

"ALENA! GUE TITIP BINTANG!"

Dan setelah mengatakan itu, Bulan hilang, masuk ke dalam mobil hitam yang langsung melesat meninggalkan sekolah.

Setelah Bulan tak lagi terlihat, Bintang meringis dan menampilkan rautnya yang asli. Sejak tadi, ia merasa sakit, pusing, dan segalanya! Hanya saja, ia tidak mau membuat Bulan semakin khawatir.

"Tang, kita ke rumah sakit sekarang!" Ucap Alena seraya membantu Bintang untuk berdiri. Setelah itu, mereka naik mobil Alena menuju ke rumah sakit terdekat.

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang