25 - drama

57.8K 3.9K 151
                                    

Semua anak OSIS dan beberapa anak jurnalistik sudah bersiap di pinggir taman. Sebentar lagi, mereka akan menampilkan sebuah drama yang bertajuk 'Cinderella'.

Bulan pun sudah ada di sana, lengkap dengan pakaiannya yang sudah berganti dengan kostum saudara tiri Cinderella. Penampilan mereka adalah penutup acara hari ini. Jadi, ada banyak waktu untuk Bulan mengganti pakaiannya setelah tampil bersama dengan Bintang tadi.

Mereka semua masih menunggu konfirmasi dari Bian. Tatapan Bulan lagi-lagi, jatuh kepada seorang cowok yang sedang duduk satu meja dengan teman seangkatannya, Zera. Yang Bulan herankan, mereka hanya duduk  berdua dalam satu meja yang seharusnya diisi oleh empat orang.

Hati Bulan rasanya seperti diremas-remas ketika dua manusia itu bersenda gurau. Mereka tertawa bersama, foto bersama, dan tentunya itu semua membuat hati Bulan lagi-lagi terasa sakit.

"Demen amat ya nyakitin hati sendiri," ucap seseorang dari samping Bulan. Siapa lagi kalau bukan Bintang.

Bulan menolehkan kepalanya ke arah Bintang, lalu kembali menatap ke arah Bumi. "Memangnya lo bisa menutup pandangan lo dari orang yang lo suka? Emang besi bisa menolak magnet?"

Bintang tersenyum. Perih. Hatinya perih, sama seperti Bulan. Bagaikan dihujam jutaan pisau, hatinya kembali terluka. Ketika menyadari kalau Bulan masih mencintai Bumi. Baiklah, Bintang bisa apa?

Bintang meraih pundak cewek itu. Meski hatinya terluka, ia tidak boleh terlihat rapuh. Karena kalau ia saja rapuh, siapa lagi yang akan menjadi tameng untuk Bulan?

Bintang memutar tubuh Bulan agar berhadapan dengannya, lantas menatap manik mata yang juga sedang menatapnya. "Cinta itu didasarkan kepercayaan, Lan! Lo harus percaya sama dia, percaya sama hati lo, percaya sama hati dia, kalau hati lo milik dia dan hati dia milik lo. Meskipun dia tertawa bersama orang lain saat ini, tapi hati dia masih milik lo. Dengan menanamkan itu di hati lo, lo gak akan sakit hati, Lan!"

"Tapi susah, Tang! Karena orang yang lagi ketawa bareng dia itu adalah serpihan hati dia yang lama. Ibarat pohon nih, ya! Pohon itu emang udah kecabut, tapi akarnya masih tinggal. Dan sewaktu-waktu, akar itu bisa tumbuh jadi tanaman lagi, Tang!"

Bintang menghela napasnya. Bulan benar. Bintang sudah melihatnya sendiri, Bumi juga masih ragu dengan perasaannya.

"Dan satu lagi. Sekuat apapun cewek, setegar apapun cewek, meski dia udah tanamin omongan lo tadi, dia akan tetap merasa cemburu."

Bintang menarik sudut bibirnya. Dan sepertinya, "Cowok pun begitu."

Bulan menatap Bintang lekat. Bintang berkata begitu, pasti karena ia juga pernah cemburu, bukan? Lalu, kalau Bintang merasa cemburu, pasti Bintang sedang menyukai seseorang. Dan entah mengapa, hatinya bergejolak ingin tahu. Sebuah kekepoan yang sepertinya bisa dibilang berlebihan.

"Lo pernah cemburu, Tang?" Tanya Bulan takut-takut. Bintang tersenyum, dan mengangguk.

"Sama?"

"Guys! Ayo kita kumpul ke sisi panggung, sebentar lagi kita tampil!" Ucap Bian membuyarkan semuanya. Membuat Bulan kehilangan kesempatan untuk mengetahui jawaban dari Bintang karena cowok itu sudah lebih dulu menyeretnya ke tempat yang dimaksud Bian.

"Bintang! Tampilnya yang serius, ya!" Ucap Bulan menyemangati ketika mereka sudah berada di sisi kiri panggung. Bintang tersenyum, sangat manis. Membuat Bulan tak akan pernah lupa senyuman itu.

"Lo juga!" Tangannya bergerak untuk membenarkan rambut cewek itu yang sedikit berantakan.

...

Bintang yang berperan sebagai pangeran, bersama dua orang pengawalnya datang mengahmpiri rumah Cinderella.

Seperti naskah di ceritanya, Bulan yang berlakon sebagai kakak tirinya itu mangaku-ngaku bahwa sepatu kaca itu adalah miliknya.

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang