34 - Kecewa

53.5K 3.7K 75
                                    

Sejak hari itu, Bulan tak lagi mendengar kabar tentang Bintang. Ponselnya sepi tanpa notifikasi dari cowok itu. Bulan merasa, hidupnya jadi hampa. Tak lagi berwarna.

Bulan menarik napasnya dalam. Perlahan, ia membuka pintu mobilnya dan menuju ke dalam sekolah. Hari ini adalah hari pembagian raport. Jika dihitung, hari ini adalah hari keenam Bintang tak mendekatinya. Bahkan, kadang Bulan bertanya-tanya. Cowok itu sebenarnya sekolah atau tidak? Pasalnya, ia tak pernah melihat batang hidung cowok itu.

Bulan menepis bayangan Bintang jauh-jauh. Dia harus konsisten. Demi persahabatannya dengan Alena, Bulan harus mengalah.

Bulan berhenti melangkah kala melihat Bintang di depan ruang jurnalistik. Sedang apa cowok itu? Bulan hanya bisa bergelut dengan pikirannya tanpa mengutarakan langsung ke Bintang.

Satu yang pasti. Cowok itu bukan mencarinya.

Bulan memang berniat untuk ke ruang jurnalistik karena sedang ada tugas dari ketua ekskul tersebut. Dan tanpa disangka, akhirnya dia melihat Bintang.

Bintang melangkah ke arahnya. Tidak. Bintang hanya akan berjalan ke kelasnya pasti. Tapi, sebelum Bintang melewatinya, cowok itu berhenti tepat di depannya. Mereka saling menatap. Hanya menatap. Tak ada satu huruf pun yang keluar.

Bintang lebih dulu memutus pandangannya. Cowok itu bergeser ke samping dan melanjutkan langkahnya. Membuat dada Bulan bergejolak karena terasa sesak. Bulan tak pernah membayangkan ini semua. Bintang yang biasanya periang, kini dingin bagai tak tersentuh.

Bulan menahan air matanya agar tidak jatuh. Setelah merasa cukup kuat, ia kembali melangkah ke ruang jurnalistik.

Sesampainya di sana, Bulan langsung menghampiri Fani, cewek yang tadi dititipi kertas oleh Bintang.

"Fan, tadi Bintang nitip apa?"

"Nitip puisi gitu. Gue udah bilang kalo kita belum mau memperbarui mading sampai tahun ajaran baru. Tapi dia tetep keukeh. Mau diapain ya menurut lo? Pajang aja di mading?"

"Boleh gue liat?"

Fina mengangguk dan menyerahkan selembar kertas dengan tulisan yang sangat rapi di sana. Bulan tak pernah tahu kalau cowok itu mempunyai tulisan tangan yang bagus.

Bulan menarik napasnya dalam. Ia genggam kertas itu erat. Bintang. Bulan rindu Bintang.

"Fan, biar puisinya gue aja yang simpan." Ucap Bulan sepihak tanpa mendengar persetujuan dari Fani. Karena ia langsung berjalan meninggalkan Fani.

Bulan menghidupkan laptop sekolah. Lalu, mengetik ulang puisi buatan Bintang.

Kecewa

Tak tau ku mengapa
Kau mintaku pergi sebelum kita dekat
Kau mintaku enyah sebelum miliki
Kau mintaku hancur sebelum terbangun

Aku tak mengerti
Tapi, aku tak apa

Karena kau tau?
Tanah rela kau injak asal kau bahagia

Posted by:
Agrita Bulan Maheza

Bulan menghembuskan napasnya berat. Berulang-ulang ia baca tulis tangan itu. Apakah ia menyakiti hati Bintang? Ia tak ada maksud untuk menyakiti siapa pun.

...

Pembagian raport dimulai. Dan sekarang, siswa-siswi sudah berbaris di lapangan. Kepala sekolah sibuk menyampaikan sambutan, dan Bulan sibuk dengan pikirannya. Hingga saat namanya dipanggil sebagai juara umum kedua, Bulan harus didorong Alena dulu baru tersadar.

Bulan berjalan untuk maju ke depan. Habislah riwayat Bulan. Ekor matanya dapat melihat Bayu yang terlihat marah. Bagaimana tidak, biasanya Bulan mendapat juara umum pertama. Dan sekarang, kedua?

Bulan hanya bisa menunduk. Pikirannya sangat sangat kacau sekarang. Bulan mengangkat kepalanya untuk menerima hadiah. Ia mengucapkan terima kasih, dan tersenyum. Saat matanya menangkap sosok Bintang, Bintang juga masih menatapnya. Sangat lama. Sampai barisan dibubarkan, barulah keduanya memutuskan pandangan satu sama lain.

Bayu mendekati Bulan. Auranya sangat menyeramkan bagi Bulan. "Kamu ini bikin Papah kecewa saja!" Ucapnya tegas pada Bulan.

Bulan hanya bisa menunduk. Setelah ini, pasti liburannya akan dihabiskan dengan buku, buku, buku, dan buku.

***

Vote comment jangan lupa

More info:
Instagram: @zkhulfa_

😻

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang