17 - Bukan monster!

67.6K 4.5K 257
                                    

Bulan berhenti berjalan saat berada tepat di samping motor Bintang. Membuat Bintang mengernyit heran dan mau tak mau harus kembali ke samping Bulan.

Bintang memutar tubuh itu hingga menatapnya. Bintang mengangkat wajah yang masih terus dibasahi air hujan itu dengan telunjuknya. Bulan menatapnya sendu, membuat hati Bintang hancur sehancur-hancurnya.

"Kenapa hem?" Cowok itu bertanya dengan nada lembut dan senyuman manisnya.

Bulan masih menatapnya sendu, tak merubah sedikit pun ekspresinya. Bintang masih menyelami tatapan yang menyiratkan kepedihan itu. Dan Bintang menatapnya teduh, berharap bisa menghangatkan hati cewek di depannya.

"Kenapa, gue tanya?" Tanya Bintang masih dengan selembut mungkin.

Bulan menarik napasnya dalam, lalu menatap cowok itu memohon. "Gue gak mau pulang," katanya dengan suara yang serak.

Bintang tersenyum. Tentunya ia belum mau mengantar cewek itu pulang ke rumahnya. Tangan Bintang beralih untuk mengusap puncak kepala cewek imut di depannya. "Kenapa? Masih kangen sama gue?" Kekehnya membuat Bulan melayangkan pukulan yang keras di lengan kekar cowok itu.

"Pokoknya gue belum mau pulang!"

"Memangnya siapa yang mau nganter lo pulang? Orang gue mau bawa lo ke rumah gue." Ucap Bintang dengan santainya. Ia mengambil helm yang sudah basah akibat air hujan. Lalu, memasangkannya ke kepala Bulan.

"Ihhh Bintang! Ini helmnya basah!"

"Daripada lo jatoh terus kepala lo pecah, mendingan pakai aja deh!" Sahutnya sedikit galak namun dengan suara yang lembut. Cowok itu menaiki kuda bermesinnya, lalu menyuruh Bulan untuk naik.

Namun, Bulan masih berdiri di samping motor dan tak kunjung naik. "Kenapa?" Tanya Bintang heran.

"Lo... gak pakai helm?"

Bintang tersenyum dan menggeleng. "Keselamatan lo lebih baik daripada diri gue sendiri."

Ah, sial. Bulan merasakan pipinya yang memanas diantara dinginnya suhu akibat hujan. Dan tentu saja, hal itu tak luput dari penglihatan Bintang. "Cie... merah cie... laper ya mbak?"

Bulan segera menjauhkan wajahnya dari penglihatan Bintang. Namun, cowok itu sudah lebih dulu tergelak melihatnya. "Tapi nanti lucu!"

"Iya emang. Lo kan emang lucu nan imut, makanya gue suka."

"Ihhh bukan itu!!!" Bulan menghentakkan kakinya, lalu kembali menatap Bintang. "Nanti orang-orang yang liat malah lucu. Masa penumpangnya pakai helm, terus yang bawanya nggak."

"Itutu tuh! Omongan orang gak semuanya harus lo masukin ke hati. Suka-suka mereka mau ngomong kayak mana, toh itu juga mulut mereka. Gitu juga dengan kita. Terserah dong kita mau kayak mana aja. Toh ini juga diri kita, mereka bisa apa? Cuma bisa nyinyir!"

Bulan terkekeh mendengar perkataan nan bijak dari cowok super nakal dan slengean ini. Tak disangka, ternyata cowok ini pandai juga dalam hal bicara.

"Lo gak naik dalam hitungan ketiga, gue cium lo sekarang!" Ancam Bintang membuat bulu kuduk Bulan berdiri. Enak saja main cium-cium. Dasar mesum!

"Satu!" Bintang mulai menghitung dan Bulan langsung naik ke atas motor itu dengan bantuan bahu cowok tersebut.

Bulan sudah duduk dengan sempurna, Bintang malah mendesah kecewa. "Yah... gak jadi deh gue cium lo!"

Bugh!

Bulan memukul punggung cowok itu dengan keras. Membuat ringisan kesakitan hadir dari bibir Bintang. "Sakit, Lan!"

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang