20

19.4K 1.1K 40
                                    

Pagi harinya, pelajaran kembali seperti biasa. Karena Lucky mengalami koma selama 2 minggu, jadi dirinya harus mengulang pelajaran kembali.

Lucky mengulang pelajaran sebelumnya dibimbing oleh seorang pemuda kelas atas yang bernama Luis.

Menurut Lucky, Luis memiliki paras yang tampan dengan rambut berwarna biru gelap dan mata berwarna biru cerah seperti Lucky. Luis merupakan salah satu murid yang memiliki bakat dengan kemampuan es.

Saat ini, Lucky dan Luis berada di area taman belakang academy. Luis mengajak Lucky untuk melakukan pembelajaran disini karena menurut nya disini adalah tempat yang paling aman dan nyaman.

Luis mengajari Lucky cara mengendalikan bakat es dan sedikit mengobrol untuk mencairkan suasana.

"Oh ya, bukannya kau sudah begitu pandai dalam hal mengendalikan kekuatan?" Tanya Luis basa-basi.

"Maksudmu?" Tanya Lucky dengan kening berkerut.

"Saat pertandingan? Bukannya kau yang menang melawan Stefani? Kau menggunakan kekuatan mu sampai batas akhir, mangkannya kau jadi koma selama 2 minggu," Ucap Luis panjang lebar yang membuat Lucky bingung.

"Oooh," Ucap Lucky singkat karena Lucky saat ini memang malas untuk bicara. Menurutnya, lebih baik ia tanyakan hal ini pada kedua sahabatnya.

"Aku sampai lupa tentang pertandingan kemarin," Gumam Lucky.

"Baiklah, mari kita mulai latihannya," Ucap Luis yang dibalas anggukan oleh Lucky.

Luis mengajari Lucky cara mengendalikan bakat yang dimiliki. Karena kekuatan Luis dan kekuatan Lucky sama sama es, jadi Luis dengan mudah mengajari Lucky.

Luis menyuruh Lucky berkonsentrasi, menggerakkan tangan, lalu mengeluarkan air yang muncul dari dalam tangannya.

Lucky pun menurut, ia langsung menggerakkan tangan dan air muncul dari telapak tangannya. Air tersebut berwarna emas dengan gliter silver menghiasi air tersebut.

Luis takjub dengan Lucky karena ia sudah cukup berbakat dalam mengendalikan bakat nya. Luis pun menyuruh Lucky untuk lebih membesarkan pusaran air yang ada di telapak tangannya.

Lucky menurut, ia menutup mata dan  berkonsentrasi cukup lama. Lalu tiba-tiba sebuah angin besar berhembus di antara dirinya dan Luis. Air yang berada di telapak tangan Lucky juga hilang setelah angin tersebut datang.

Lalu Lucky mendengar sesuatu "Bakat apa sebenernya yang ia miliki, angin atau air? Atau keduanya? Tapi itu tidak mungkin,"

"Apa yang kau katakan barusan? Aku tidak memiliki bakat angin tetapi air," Ucap Lucky kepada Luis.

Luis yang ditanya seperti itupun hanya melongo, bagaimana bisa Lucky membaca pikirannya.

"Bakat apa sebenarnya yang ia miliki?" Tanya Luis dalam hati.

###

Setelah pelajaran selesai, para murid RUBY'S ACADEMY segera menuju ke aula untuk makan siang. Semuanya terlihat sangat bersemangat saat waktunya makan tiba, salah satunya adalah Lucky, Stefani, Belle, dan Maggie. Mereka bertempat berjalan beriringan dengan bahagianya. Tetapi tiba tiba mereka semua berhenti karena melihat Lucky yang sibuk menggaruk jari manisnya.

"Ada apa? Apakah tanganmu gatal?" Tanya Stefani kepada Lucky.

"Mungkin karena cincin nya mangkannya jari mu terasa gatal," Timpal Belle yang hanya dijawab oleh gelengan tidak tahu Lucky.

"Sebaiknya kau lepas saja cincin itu dulu, nanti malah semakin parah gatalnya," Kali ini gantian Maggie yang berbicara.

"Mungkin benar katamu, aku harus melepas cincin ini sementara," Jawab Lucky.

"Bukannya cincin itu sangat penting?" Tanya Stefani dengan wajah bingung.

"Sepertinya tak apa kalau hanya sementara," Jawab Lucky mantap yang membuat teman temannya mengangguk setuju.

"Berhasil," Batin Maggie dengan menampilkan senyum liciknya.

"Apanya yang berhasil?" Tanya Lucky sembari melepas cincinnya dan menaruhnya di saku.

"Apanya?" Tanya kompak Belle dan Stefani.

"Hm, tak apa," Ucap Lucky yang langsung menggiring teman temannya untuk makan siang.

Semua kembali bersikap normal dan berjalan beriringan menuju aula, kecuali raut wajah Maggie yang berubah menjadi khawatir.

###

Saat sudah sampai aula, ke empat gadis tersebut langsung menduduki meja nya masing masing, kali ini meja mereka berubah tempat. Karena ke empat nya sudah resmi menjadi siswa tingkat menengah.

"Kau mau pesan apa Stef?" Tanya Belle kepada Stefani.

"Priscal," Ucap Stefani singkat.

"Apa itu priscal?" Tanya kompak ketiga nya.

"Makanan penyihir yang berisi sayuran khas hutan kerajaan putih dan memiliki manfaat besar, yaitu meningkatkan kualitas para penyihir. Dan ya, kalian bertiga harus mencobanya," Ucap Stefani bersemangat yang dihadiahi tatapan melongo teman temannya.

Stefani pun mengucap empat priscal, dan muncullah sebuah piring hitam yang berisi berbagai bentuk sayuran dengan buah yang berwarna warni. Di atas sayuran tersebut ditaburi bubuk berwarna putih.

"Makanan apa ini?" Tanya Belle yang langsung diberi anggukan oleh Lucky dan Maggie.

Tanpa menjawab pertanyaan Belle, Stefani langsung menyuapi Belle, Lucky, dan Maggie dengan paksa.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Stefani dengan senyum sumringah.

Tanpa menjawab ucapan Stefani, ketiganya langsung berlari untuk menuju ke kamar mandi.

"Ada apa?" Tanya Stefani kepada dirinya sembari menikmati priscal kesukaan nya.

###

Di kamar mandi

Stefani, maggie, dan Belle sibuk memuntahkan makanan khas penyihir yang bernama priscal.

Beberapa menit, lalu mereka keluar dari dalam kamar mandi yang bersebelahan.

"Makanan macam apa itu?" Tanya Lucky frustasi, jujur saja karena di bumi tidak ada makanan dengan rasa campur aduk seperti itu.

"Sebaiknya kita harus kembali ke aula dan memakan makanan yang enak, bukan makanan aneh seperti itu," Ucap Belle seraya meninggalkan kamar mandi dan di ikuti oleh Lucky.

"Gila, makanan buruk seperti itu disajikan di sini?" Ucap Maggie dengan dirinya sendiri.

Disaat Maggie akan menuju aula, tiba tiba saja kakinya terasa seperti tersandung sesuatu. Saat dilihat, itu ternyata adalah sebuah benda berbentuk lingkaran dengan permata berwarna merah ke unguan. Lalu satu senyuman yang indah terpancar di wajah Maggie.

###

"Maggie, kenapa kau telat?" Tanya Lucky sembari menikmati nasi goreng nya.

"Oh ya, tadi itu aku muntah lagi," Jawab Maggie kikuk.

"Apakah kalian tadi memuntahkan priscal?" Tanya Stefani yang hanya diberi anggukan oleh ketiga temannya.

Stefani yang dihiraukan pun hanya geleng-geleng kepala saja, lalu lanjut meminum teh hijau nya.

Haiii, saya datang kembali.

Terimakasih karena telah setia menunggu saya.

Beri vote dan komen jangan lupa.

Terimakasih.

RUBY'S ACADEMY (END)✔️Where stories live. Discover now