Iqbal Dan Saga

407 136 82
                                    

Menjadi murid baru itu tak seasik yang ada di pikiran Alicia. Ia mengira akan mendapatkan teman-teman yang baik, tapi ternyata harapannya pun musnah saat membaca pikiran teman-teman sekelasnya, mereka tidak menyukai Alicia dari segi manapun, terutama cewek yang bernama Nada Khasmira. Sepertinya cewek itu memiliki dendam terhadap dirinya. Alicia bisa melihat aura berwarna merah yang mengelilingi Nada.

"Kayanya dia cewek yang berbahaya," batin Alicia seraya mengusap bulu tangannya yang berdiri.

Merinding, Alicia merasakan perasaan itu lagi. Padahal sudah lama gadis itu tidak pernah merasakan yang namanya merinding lagi walaupun ada beberapa makhluk mengerikan  berkeliaran di sekitarnya. Tapi kenapa sekarang Alicia malah merinding? Bahkan bulu-bulu yang ada di tangannya sampai berdiri.

"Lo kenapa?"

Alicia tersentak kaget. Lalu menoleh cepat ke sebelahnya. "Gue?" Alicia tertawa hambar, menyembunyikan kegugupan serta perasaan takut yang menyerangnya. "Emang gue kenapa?" tanya balik Alicia menatap teman sebangkunya.

Cowok itu mengedikkan kedua bahunya. "Lo sedikit aneh."

Aneh? Kata itu lagi! Sungguh, Alicia benar-benar membencinya.

Alicia berusaha membaca pikiran teman sebangkunya yang gadis itu ketahui bernama Iqbal Devandra Armadani.

Tidak bisa, berulang kali Alicia mencoba tetapi hasilnya tetap sama, TIDAK BISA. Alicia tidak bisa membaca pikiran Iqbal walaupun cowok itu berada di dekatnya.

Alicia menghembuskan napas berat. Dengan sengaja gadis itu menyenggol tangan Iqbal agar ia bisa lebih mudah membaca pikirannya.

Gadis itu tersentak saat tangannya merasakan sengatan ketika bersentuhan dengan tangan Iqbal.

"Kok tangan gue malah kesetrum, sih?" batin Alicia heran. "Apa mungkin dia orang berbahaya yang harus gue hindari?"

Alicia melihat tangannya yang melepuh berwarna keunguan. Kemudian gadis itu melirik Iqbal. "Lo juga ngerasain seperti yang gue rasain nggak?"

Iqbal meletakan kembali ponselnya ke atas meja, cowok itu menatap sebal ke arah Alicia yang terus mengganggunya. "Emang lo ngerasain apa? Deg-degan? Gugup? Karna tangan kita bersentuhan." Iqbal mengerutkan keningnya. "Oh, bukan bersentuhan sih, tapi lo yang sengaja nyentuh tangan gue."

Suara Iqbal lumayan keras, membuat beberapa teman sekelasnya menatap ke arah mereka berdua. Bahkan ada juga yang berbisik-bisik mengatakan Alicia gadis yang genit.

Alicia memejamkan matanya menahan malu, otaknya tanpa disuruh langsung bekerja cepat membaca pikiran orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Ngapain lo pada ngeliatin gue?" tanya Alicia sarkas. Tatapannya tertuju ke seisi kelas. "Urus aja diri kalian masing-masing, nggak usah sok paling bener. Nyeritain orang sana-sini."

Kemudian Alicia bangkit, lalu berjalan keluar kelas setelah menyimpan buku-bukunya ke dalam tas. Untung saja tidak ada guru di dalam kelas. Jika ada, Alicia pasti sudah kena marah.

* * *

Alicia mengepalkan kedua tangannya di samping paha, amarahnya sudah sampai di ubun-ubun. Tidak, Alicia tidak boleh melampiaskan amarahnya di sini karna gadis itu tidak bisa menjamin bahwa tubuhnya akan tetap baik-baik saja saat sudah selesai mengamuk.

Seorang wanita tiba-tiba melintas di depannya. Alicia mengenal wanita itu. Itu adalah Mila, hantu berperut bolong yang menghuni rumahnya.

"Elis.."

Alicia tak menanggapi ucapan Mila, gadis itu terus berjalan menyusuri koridor-koridor kelas sebelas.

"Kontrol emosi kamu, Elis. Jangan sampai tubuh kamu dirasuki makhluk-makhluk halus yang berkeliaran di sekitar sini."

Alicia menghentikan langkah kakinya, lalu gadis itu mengangguk. "Gue nggak suka di sini, temen-temennya pada jahat," lirih Alicia tak bersemangat.

"Kamu mau aku balas perbuatan mereka?"

Alicia menggeleng. "Nggak usah, nanti aja kalau mereka udah bertindak terlalu jauh."

Milla mengangguk kemudian menghilang.

"Woi! Tunggu!"

Alicia menoleh ke belakang, gadis itu mengerutkan keningnya saat melihat seorang cowok berlari ke arahnya.

"Lo manggil gue?" tanya Alicia seraya menatap aneh cowok berhoodie hitam yang ada di depannya.

Cowok itu mengangguk kemudian mengulurkan tangannya. "Nama gue Sagara Adriano Mahesa. Lo bisa panggil gue Saga."

Alicia tertegun, gadis itu dengan cepat membaca pikiran cowok yang ada di depannya. Ternyata cowok bernama Saga itu benar-benar tulus ingin berkenalan dengannya. Untung saja Alicia bisa membaca pikiran orang-orang yang ada di sekitarnya, jadi gadis itu bisa mengetahui mana yang tulus dan mana yang modus.

Alicia menyambut uluran tangan Saga. "Gue Alicia, panggil aja Elis."

"Syukurlah nggak kesetrum, berarti dia bukan orang yang berbahaya," batin Alicia tersenyum lega.

"Segitu sukanya ya lo pegangan tangan sama gue? Sampe senyam-senyum begitu."

Alicia tersadar dan langsung melepaskan tangan Saga, kemudian gadis itu memalingkan wajahnya yang sudah memerah. "Nggak usah ge'er!"

"Kayanya gue baru kali ini deh ngeliat muka lo. Lo anak kelas berapa?" tanya Saga penasaran.

"Gue murid baru di kelas sebelas."

Saga melirik Alicia sebentar kemudian cowok itu tersenyum tanpa Alicia sadari.    "Ipa atau ips?"

Alicia memutar bola mata jengah. "Kepo!"

Saga terkekeh kecil. "Kelas lo nggak belajar?"

Alicia menggeleng. "Katanya sih gurunya nggak dateng. Kalau lo emang nggak belajar?"

"Belajar," jawab Saga enteng.

"Terus kenapa lo malah di sini?"

Saga tersenyum miring. "Gue bolos."

"Hah? Lo bolos? Emang nggak takut apa kena marah guru?"

Saga menggeleng lalu mengibaskan tangannya ke udara. "Udah biasa gue mah."

Alicia mencibir. "Sok banget."

Saga tersenyum tipis melihat gadis berlesung pipi di hadapannya, mata Saga beralih menatap ke arah tangan Alicia yang melepuh dan berwarna keunguan. "Tangan lo kenapa?" tanya Saga seraya memegang tangan Alicia dengan lembut.

"Eh." Alicia terperanjat kaget, kemudian gadis itu menarik kembali tangannya dari Saga. "Oh, ini tadi pagi kena minyak panas pas bantuin nyokap gue masak," bohong Alicia, jari-jari tangannya saling meremas. Itulah kebiasaan Alicia ketika berbohong.

Saga mengangguk. "Oh gitu. Ya udah deh gue mau bolos, lo nggak ada niatan pengen ikut?"

Alicia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Nggak, makasih." Lalu gadis itu memutar tubuhnya dan kembali berjalan menuju kelas. "Gue duluan."

Saga melambaikan tangannya. "Hati-hati Elis. Kalau ada yang nyakitin lo bilang aja sama gue," teriak Saga karna Alicia sudah mulai menjauh.

Alicia tidak menjawab ucapan Saga walaupun gadis itu mendengarnya. Alicia melirik tangannya yang melepuh dan mata gadis itu membulat saat melihat tangannya baik-baik saja dan bekas berwarna keunguan tadi sudah menghilang. "Kok bisa? Apa Saga yang nyembuhin?"

Alicia menarik napas panjang kemudian menghembuskaannya perlahan. "Baru hari pertama gue di sekolah ini tapi udah jumpa sama dua cowok aneh. Iqbal Devandra Armadani, cowok yang nggak boleh gue sentuh dan Saga Adriano Mahesa, cowok yang bisa nyembuhin luka tangan gue kalau nggak sengaja nyentuh Iqbal.

Tbc..

Salam sayang dari penulis amatir yang sedang sakit:(

Queensha_Amara

My INDIGO Girlfriend [ON GOING]Where stories live. Discover now