Kejadian Aneh

191 24 2
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, Alicia pergi ke sekolah diantar oleh papanya yang tadi subuh baru pulang dari luar negeri. Sedikit aneh sih memang, tidak ada angin, tidak ada hujan tau-tau beliau ingin mengantarnya ke sekolah. Dulu, saat Alicia pertama kali jadi murid baru aja papanya tak peduli, bahkan beliau lebih mementingkan pekerjaan dari pada anak semata wayangnya. Tapi tadi pagi saat gadis itu ingin pergi tiba-tiba papanya berkata 'Naik ke mobil biar Papa antar' dan Alicia tidak tau harus menjawab apa selain mengangguk.

Selama di perjalanan tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Keheningan mendominasi suasana di dalam mobil itu, baik Alicia maupun papanya tidak ada yang ingin mengeluarkan suara.  Benar-benar canggung.

"Berhenti di situ." Alicia menunjuk sebuah kedai yang tidak jauh dari sekolahnya. "Papa anter Elis sampe sini aja."

Papanya mengangguk lalu menepikan mobilnya di tempat yang Alicia katakan. "Kenapa? Sekolah kamu bukannya masih jauh?"

Alicia menyandang tas yang sedari tadi dipangkunya. "Ada yang mau Elis beli, lagi pun sekolah Elis udah deket, nanti tinggal jalan kaki aja," ujar Alicia seraya melepaskan sabuk pengaman, lalu membuka pintu. "Makasih, Pa. Papa udah mau nganterin Elis, Assalamualaikum." Alicia keluar, kemudian menutup pintu mobil dan berjalan menjauh.

Tak lama setelah Alicia memasuki kedai, mobil papanya pun pergi.

* * *

Jam masih menunjukkan pukul enam lewat sepuluh menit. Masih ada waktu untuknya membeli makan karna gadis itu tadi tak sempat sarapan.  Alicia tidak ingin sakit perut lagi.

Setelah terdiam cukup lama, Alicia akhirnya memilih duduk dibangku yang disediakan oleh pemilik kedai, lalu memesan satu porsi lontong sayur berukuran sedang untuk ia makan.

"Anak Gertacahya?"

Alicia menoleh, memperhatikan seorang gadis cantik yang tadi bertanya kepadanya. "Iya, kenapa?"

"Nggak papa sih," jawab gadis itu cuek.

Alicia hanya mengangguk. Tetapi matanya terus memperhatikan penampilan gadis itu, ia memakai seragam sekolah lengkap dengan jas yang berwarna abu-abu. Seragam yang digunakan gadis itu seperti seragam di sekolah Elite. Benar-benar cantik.

"Nggak segitunya juga kali ngeliatin gue," kata gadis itu terkekeh kecil. "Nama gue Aurel, baju gue nggak ada nametagnya jadi lo nggak perlu cape-cape nyari." Kekehan merdu keluar dari bibir gadis cantik itu. "Haha.. gue bercanda."

Alicia diam. Mencoba membaca pikiran gadis itu, tetapi... tidak bisa. Alicia tidak bisa membaca pikirannya. Bahkan untuk mengetahui gadis itu sekolah dimana saja, Alicia tidak bisa. 'Kemampuan' Alicia seolah menghilang.

"Kalo lo siapa?" Lagi. Gadis itu bertanya seraya memperhatikan seragam sekolah Alicia. "Hm.. Alicia, itu nama lo kan?"

Alicia lagi-lagi diam, ia bingung mau menjawab apa. Dan menurutnya gadis itu sedikit aneh.

"Iss, lo nggak seru banget sih dari tadi gue ngomong cuma di diemin. Persis kek tunangan gue," ujar gadis itu kesal.

Alicia tersenyum. "Gue bingung mau ngomong apa. Kita kan nggak saling kenal."

Gadis yang mengatakan bahwa namanya Aurel itu terbahak seraya menepuk bahu Alicia. "Makanya itu gue ngajak lo kenalan. Gue sekolah di Grand Elite High School kalo lo penasaran."

Alicia mengangguk. Tidak tau mau merespon apa.

"Gue cukup populer di sekolah, bahkan di luar sekolah juga," katanya seraya meminum segelas air putih. "Dan ada beberapa mantan gue yang sekolah di Gertacahya. Salah satunya bernama Erlangga." Gadis itu bercerita panjang lebar dan Alicia hanya bisa diam saja-- mendengarkan.

My INDIGO Girlfriend [ON GOING]Место, где живут истории. Откройте их для себя