05. FROM BERLIN TO ST. BASIL (Fanfict)

196 14 10
                                    

Starring :

Starring :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AND

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Ketika mata terbuka, aku langsung bersitatap dengan bola mata biru laut milik lelaki di depan yang menyeringai menatapku balik. Kupikir semalam aku bermimpi bertemu dengannya dan kami bepergian bersama, ternyata itu kenyataan. Jendela kereta tepat di sampingnya memantulkan cahaya pagi yang jatuh di atas rambut berwarna jahe dengan kulit yang pucat. Bertemu dengannya lagi secara kebetulan saja sudah membuatku merasa sangat senang. Kemudian, ketika rute perjalanan kami sama, sungguh itu kejutan yang luar biasa.

"Kenapa tidak membangunkanku? Ada sarapan?" tanyaku malas sambil meregangkan badan dan menguap.

"Aku punya sedikit cokelat jika kau mau," tawar Ed sambil mengorek-ngorek isi ransel dan dari dalamnya keluar sebuah bungkus biru dengan kertas timah yang ditekuk asal. Belum lagi dia menyodorkan, aku merebutnya. "Hey, kupikir kita akan berbagi, Tay," protes Ed.

Aku menyeringai menatapnya yang belum berubah, lelaki itu selalu lambat dalam banyak hal. "Well, kau salah Ed. Aku sangat lapar dan bisa memakanmu. Jadi berterima kasihlah pada cokelat ini." Satu gigitan besar masuk ke dalam mulutku dan aku bisa mendengar Ed menelan ludah.

Sambil mengulum cokelat pemberian Ed, kuedarkan pandangan ke sekeliling kabin yang berukuran 3m2. Sebuah jendela kaca di kiri membuat warna kabin berubah-ubah terang-gelap karena bayangan hutan di luar dengan pucuk pepohonan tertutup salju semalam. Sebuah meja kecil terbentang memisahkan tempat dudukku dan Ed di seberang. Samar suara desing kereta terdengar mengiringi perjalanan kami dari Paris ke Berlin, destinasi terakhir Justin di Eropa, dua belas jam menurut flyer yang terpampang di depanku.

"Siapa suruh kau tidak mau makan kemarin hanya karena teleponmu tidak diangkat Justin. Mungkin dia sedang berada di antara keramaian atau—dalam pelukan wanita lain," komentar Ed membuatku berhenti mengunyah dan menoleh perlahan ke arahnya dengan perasaan jengkel.

"Justin bukan orang yang seperti itu, Ed? Kau tidak berhak mengatakan apapun jika tidak mengetahui kebenarannya." Cih!

Siapa yang bisa menyalahkan jika Justin—dengan wajah malaikatnya yang sudah mengisi mimpi banyak wanita di atas bumi—memiliki banyak fans? Dulu memang ada kasus Justin tertangkap basah bercumbu dengan Katty Perry, tapi itu sudah lama. Banyak yang mengatakan aku bodoh karena memaafkannya, tapi kupikir, permasalahannya apakah kami setia pada komitmen yang sudah dibuat atau tidak. Kuharap Justin belajar dari pengalamannya.

SHORT STORY - A COLLECTIONWhere stories live. Discover now